Chapter 6

8K 719 379
                                    

Love Me Like You Do-Ellie Goulding


Mimpi. Halusinasi. Angan. Palsu. Tidak. Shay merasa bahwa mata, hati, dan pikirannya kini dipenuhi kepalsuan. Shay merasa bahwa apa yang ia lihat saat ini hanyalah kepalsuan. Hanya mimpi. Tidak nyata. Atmosfer seakan menariknya pada satu titik, pada pusat pandangannya akan objek yang tidak pernah diduga. Shay tidak percaya. Tubuhnya menegang diikuti napasnya yang tercekat. Pandangannya terus berpusat pada eksistensi seseorang di depannya.

Justin Allard Rousseau.

Dia adalah seorang pria. Bukan laki-laki berumur belia yang Shay kenal. Shay sama sekali tidak percaya. Apa yang ia lihat saat ini adalah wujud yang benar-benar nyata? Helai rambut pirang itu, wajah itu, tubuh itu, serta senyuman itu... semua tampak berbeda. Namun iris mata hazel dengan sirat penuh misteri menatapnya dengan pandangan sama. Seperti dulu.

Bahkan genggaman tangannya masih terasa sama. Seperti dulu.

"Kita bertemu dalam takdir." Justin berbisik diiringi senyum. "Takdir mempersatukan kita. Aku telah menemukanmu."

Orientasi seakan berpusat pada Justin. Hanya dirinya. Shay memandangnya kagum, seakan baru menemukan sebongkah berlian yang begitu berharga. Saat itu, keadaan sekitar seperti membentuk lingkup yang buram. Tidak ada lagi alunan musik yang menghentak diiringi kelembutan, tidak ada lagi suara riuh-ramai dari euforia pesta. Semua seakan terserap habis oleh atmosfer yang melingkupinya dan Justin.

Jemari hangat Justin mulai menarik Shay kembali dalam tarian. Kedua telinga Shay tidak mendengar apapun, meski musik masih terus mengalun, Shay merasa tuli. Namun nalurinya mengikuti kata hati untuk bergerak, dengan wajah yang dipenuhi aura bahagia, Shay kembali menari. Bersama seseorang yang sesungguhnya masih ia cintai. Pikirannya mulai berkelana pada kenangan, pada kisah lama yang membekas dalam benak dan pikirannya.

Kaki-kaki mereka bergerak dengan sendirinya, diikuti naluri dan gerakan tubuh yang bergerak lembut. Shay sudah tidak peduli akan sekitarnya. Pusatnya hanya pada Justin. Kehangatan tubuhnya, genggaman tangannya. Serta tatapan itu... Shay tidak bisa menghindarinya. Mereka bertemu dalam pandang dan mengabaikan segalanya. Seperti dulu. Seperti ketika mereka merajut hubungan cinta dan mengabaikan apapun meski semesta menolak mereka untuk bersama.

Dan kini, semua telah berbeda.

Beberapa detik kemudian, Shay tersentak pada kenyataan. Di riuh keramaian pesta yang masih berlanjut, ia menghentikan tariannya. Membuat Justin ikut terdiam dan terus memandang Shay dengan tatapan memuja. Namun Shay menggeleng. Ia tidak bisa. Pikirannya berkata bahwa ini bukanlah hal yang benar. Hingga akhirnya, ia berlari kecil untuk pergi. Meninggalkan Justin di tengah kerumunan pesta, alunan musik yang terus mendayu, dan tarian yang belum usai.


***


Shay terjebak.

Bunyi tetesan air yang jatuh pada dasar wastafel mengikuti degup jantungnya yang berdetak. Shay terdiam, menunduk. Menatap tepian wastafel kamar mandi dengan pandangan kosong. Ia berlari dari kenyataan dan terjebak di sini. Di dalam toilet sekitar gedung hotel diiringi gaung sunyi yang terasa kosong. Beberapa menit lalu, ia baru saja bertemu dengan masa lampau. Dengan kelemahannya, dengan kenangannya, dengan rasa cinta yang telah terkubur lama.

Mengapa secepat ini?

Setelah delapan tahun, mengapa takdir membawanya hingga kembali pada titik ini? Pada titik terlemah yang tidak bisa Shay pungkiri? Mengapa? Wanita itu menggeleng dengan bibir gemetar. Semburat kemerahan menghiasi kedua bilah pipinya. Perasaan meletup yang tidak biasa mulai mengembang dalam benaknya. Namun semua itu tertutupi oleh kegusaran yang nyata. Oleh gempuran realita yang tidak mau Shay percayai lagi.

SLUT 2 [COMPLETED]Where stories live. Discover now