Chapter 13

3K 302 125
                                    

Justin menyentuh kemudi mobilnya yang terasa begitu nyata, merabanya dengan jemari, menelusurinya seraya merasakan perasaan yang begitu menyenangkan dalam benaknya. Perlahan, pria itu melihat ke arah kaca mobil yang menampakkan jalanan luas. Iris hazelnya menatap tak percaya pada pemandangan di depannya. Lalu angin yang berembus kencang menerbangkan helaian rambut pirangnya, membuatnya tersadar bahwa pria itu tengah mengendarai mobil dengan kap atas yang terbuka. Melawan udara menelusuri jalanan yang dipenuhi tebing di setiap sisinya.

Bunyi derum mobil, embusan angin, serta kehangatan matahari terik begitu memanjakan Justin, memeluk jiwanya hingga perasaan hampa yang selama ini menekannya begitu dalam seakan pudar. Seakan kekosongan dalam hidupnya berganti dengan sesuatu yang terlahir kembali. Ketika Justin menoleh ke sisi kirinya, ia terkejut. Karena Shay tengah berdiri di sampingnya sembari merentangkan kedua tangan. Helaian rambutnya yang terkibas indah oleh angin serta raut wajahnya yang dipenuhi ketenangan terasa begitu nyata.

Justin sontak menginjak rem, menghentikan mobilnya dengan begitu mendadak.

Lantas pria itu kembali menoleh, memastikan eksistensi Shay di sampingnya yang kini terduduk, balas menatapnya dengan iris mata cokelat gelap yang begitu ia rindukan. Rambutnya yang terurai berantakan seakan menambah kecantikannya yang begitu murni. Dan kali ini, Justin merasa begitu senang ketika menyadari jika Shay tidak memakai pulasan apapun di wajahnya.

"Shay?" Justin berbisik, seakan berhalusinasi dengan bayangannya sendiri.

"Kenapa kau berhenti?" Shay terdiam sejenak, sejurus kemudian wanita itu tertawa. "Tadi itu menyenangkan, sungguh. Aku jarang sekali melakukannya."

"Shay,"

"Astaga, apa?" balas Shay tanpa menghilangkan senyumnya. "Kau selalu memanggilku selama perjalanan, kau tahu? Itu berisik sekali."

"Shay––"

"Justin," Shay menyentuh rahang Justin dengan lembut, mengelusnya perlahan. Hingga pria itu sontak terpaku. "Berhentilah memanggilku. Aku di sini, kau melihatku sekarang."

Raut wajah itu, tatapan itu, serta sentuhan yang tidak pernah berubah membuat jiwa yang selama ini terkurung oleh kegelapan seakan meluruh, menimbulkan cahaya baru yang tumbuh. Justin seakan kembali pada kebahagiaan yang ia rindukan. Pada gelitik di perutnya yang timbul kembali. Hingga perlahan, pria itu tersenyum. Diiringi rona yang tidak pernah timbul sejak lama. Lantas, ia menyentuh punggung tangan Shay yang menempel di rahangnya.

"Aku tak percaya ini." lirih Justin diiringi senyumnya yang terus mengembang, diikuti derai tawa Shay yang terdengar begitu ringan. "Sungguh, Ma Belle. Kau menggemaskan."

Shay tersenyum, menatap iris mata Justin seperti dulu. Seringan embusan angin yang menerbangkan dedauan.

Tiba-tiba, Justin menindih tubuh Shay hingga tebaring di atas kursi mobil, membuat Shay terkejut lantas kembali tertawa. Tawanya yang terdengar begitu ringan dan lembut membuat Justin kembali merasa terkejut, entah mengapa. Pria itu kembali menyadarkan jiwanya sendiri, memastikan tubuh Shay memang berada di bawah kendalinya. Lantas tanpa diduga, Justin mencium kening Shay cukup lama. Pucuk-pucuk rambutnya menyentuh puncak kepala Shay. Shay hanya menikmati kecupan itu, meresapinya sembari meraba tubuh Justin yang dilapisi kaus putih.

"Aku merindukanmu!" Justin berseru, cukup keras. Kecupan manisnya lantas mengarah ke seluruh wajah Shay. Pria itu terus menciumnya hingga berulang-ulang. "Sial! Kehidupan kita begitu rumit. Tapi persetan dengan semua itu. Kita memang rumit, Shay."

Shay tidak menjawab, wanita itu hanya memejamkan kedua matanya seraya tersenyum.

"Tersenyumlah seperti itu, kau jarang sekali melakukannya," kekeh Justin, mendekap Shay lebih erat, ia mulai mengecupi permukaan leher Shay yang terbuka. "Putain! Ini menggairahkan."

SLUT 2 [COMPLETED]Where stories live. Discover now