#10 Why?

337 69 1
                                    

Bukannya mencari informasi tentang sosok gadis bernama Jennie Kim, Jisoo justru tenggelam dalam berita-berita tentang kematian sang Ayah 20 tahun lalu. Betapa mengenaskannya sang Ayah meninggal, sampai-sampai paman dan bibinya atau ibu dan ayahnya Lisa saja tidak membiarkan Jisoo kecil melihat jasad sang Ayah untuk terakhir kalinya.

"Kau harus bisa menjadi perempuan yang kuat, yang mandiri, jangan berpikir kalau perempuan tidak bisa melakukan apa yang laki-laki lakukan. Tidak, itu salah Jisoo-ya. Kau bisa. Anak Ayah pintar, anak Ayah bisa melakukan semua yang tidak bisa perempuan lakukan dan ingat satu hal, jika Jisoo disakiti, Ayah akan selalu ada untuk melindungimu dari mereka.."

Tapi..
Siapa lagi yang akan melindunginya sekarang?

Ibunya dibunuh di rumahnya, kemudian sang Ayah datang berusaha melindungi putri kesayangannya namun naas Jisoo hanya bisa pergi bersama paman dan bibinya tanpa tau apa yang terjadi dengan sang Ayah sampai berita itu beredar.

Persaingan bisnis kerja membuat orang lain iri hati dengan keberhasilan keluarga Jisoo dan Jisoo lah yang menjadi korbannya, hidup dalam kesendirian dan bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan. Dia rela melakukan apapun demi bisa membalaskan kematian orang tuanya, andaikan bisa Jisoo sudah melakukannya. Tapi siapa yang membunuh mereka, Jisoo sendiri belum tau.

"Kim.." keluarga Kim yang lain, disebutkan di dalam website, di gadang-gadang sudah membunuh sang Ayah. Berkasnya masih membekas disana, Jisoo membacanya dengan teliti. "Ada banyak keluarga dengan marga Kim di negara ini, bagaimana bisa aku menemukan orangnya dengan benar? Bahkan aku saja tidak tau apakah dia masih hidup atau tidak." Jisoo menuliskan beberapa petunjuk yang bisa ia cari sekarang, setelah di kira cukup Jisoo menyimpannya di meja dan pergi untuk tidur.

***

Supermarket ramai, Jisoo membantu beberapa konsumen untuk menimbang buah-buahan yang mereka beli sedangkan Lisa merapikan rak-rak yang tak jauh dari tempat Jisoo berdiri. "Jisoo-ya, kau ada acara hari ini?"

"Kemana?"

"Aku bertanya padamu, jawab saja." ucap Lisa tanpa menatap ke arah Jisoo.

"Karena hari ini aku libur kerja jadi aku ingin pergi jalan-jalan." Jalan-jalan yang Jisoo maksud adalah pergi menuju tempat yang sudah ia tulis semalam.

"Boleh ya aku ikut.." Lisa sudah berdiri di sampingnya.

"Astaga!! Kau mengagetkanku Lalisa!!" Jisoo terperanjat, jantungnya berdegup cepat. "Boleh, tapi kau harus mengikutiku, jangan rewel." Kebiasaan Lisa adalah meminta pulang lebih cepat ketika mereka sedang jalan-jalan, Lisa merasa tidak nyaman berdiam diri di luar rumah lama-lama, hanya itu saja alasannya.

"Ya ya ya, aku tidak akan meminta pulang cepat-cepat. Memangnya kau mau kemana?"

"Adalah, kau ikut saja." Lisa mengangguk paham dan pergi meninggalkan Jisoo, tidak pernah sekalipun saudaranya itu mengetahui apa yang Jisoo lakukan, Lisa tidak tau jika Jisoo bisa membunuh orang. Yang Lisa tau, Jisoo adalah gadis yang pendiam, tapi memiliki banyak bakat terpendam ya diam-diam serba bisa mungkin bisa di bilang begitu, tidak dengan membunuh.

***

"Bukannya ini.." Lisa memandang takjub pada rumah-rumah mewah yang berada di depan matanya sekarang, rumahnya minimalis, terlihat kecil bahkan namun bagaimana sang empunya rumah menata pekarangan rumahnya menjadi lebih mewah menambahkan nilai lebih tersendiri. "Wah ini adalah perumahan orang-orang kaya kan Jisoo-ya?" mereka berdua berjalan seperti biasa bahkan mereka terlihat seperti warga sekitar. "Kita mau kemana Jisoo-ya?"

"Sudah kau tidak usah banyak bertanya, kau cukup ikuti aku saja dan jangan bersikap aneh atau kita akan di seret keluar oleh satpam." Jisoo menoleh ke arah beberapa satpam yang berdiri di pos nya, Lisa mengangguk paham dan mereka kembali berjalan.

Selain perumahan yang berisikan rumah-rumah mewah, mungkin yang tinggal disini juga kebanyakan adalah orang kaya terlihat dari bagaimana mereka bisa membeli dan mendesain rumah sebagus ini. Ada beberapa orang yang sedang merawat rumah mereka, ada yang membersihkan tanaman, ada yang jalan-jalan sore bersama anjing peliharaan mereka, ada beberapa anak kecil yang bermain juga. Sungguh ini memang pemandangan indah di sebuah perumahan seperti biasanya. Tanpa Lisa sadari, sedari tadi Jisoo justru sedang mencari nomor rumah yang memang dari awal hendak ia datangi namun ia mulai kesulitan ketika mereka tersesat sampai ke tengah perumahan.

"Aku haus, kau mau membeli minum?" tanya Lisa yang berusaha mencari warung kecil.

"Kau mencari apa? Kau pikir bisa menemukan warung kecil pinggir jalan di dalam sini?" Jisoo mengeluarkan sebotol air dan memberikannya pada Lisa.

"Siapa tau, ada orang kaya yang memang masih merasa kurang dan buka warung di rumahnya." Lisa duduk di sebuah kursi taman dan Jisoo kembali mengecek kembali alamat yang sudah ia tulis, apakah benar atau ternyata pencariannya sore ini tidak ada hasilnya.

Terdengar suara seorang lelaki paruh baya namun perawakannya masih muda, sekitar 40 tahunan. Ia terlihat sedang tertawa sambil mengelus-elus kepala anjing golden retriever yang mungkin adalah peliharaannya.

"Good boy.." ucap saat sang pemilik saat anjingnya berhasil melakukan apa yang ia perintahkan. Jisoo mencari celah dimana nomor rumah itu terpasang dan benar saja itu adalah rumah yang ia cari tapi apakah itu orang yang ingin ia datangi?

Sang istri keluar dari rumah, bersandar di pintu dan ikut senang ketika sang suami bermain bersama peliharaan mereka. "Keluarga yang bahagia hah?" Seringai Jisoo, ia mengeluarkan pisau Tanto dari sisi tasnya menyembunyikannya kembali di balik lengan hoodie dan memperhatikan keadaan sekitar.

Tatapan tajamnya benar-benar berusaha memastikan jika tidak ada orang disekitar rumah mereka yang bisa menjadi ancaman kalau-kalau Jisoo tertangkap basah dan gagal dalam rencana ini, Lisa masih sibuk bersantai di kursi taman dan waktu Jisoo tidak banyak, ia harus cepat. Mereka adalah keluarga yang membunuh sang ayah, lebih tepatnya lelaki itu, sang kepala keluarga. Jisoo berusaha memastikan kalau hanya ada dua orang di dalam rumah beserta satu anjing mereka, gadis itu berjongkok di dekat pohon sambil membenarkan tali sepatunya, tatapannya masih sama tapi ada hal yang membuatnya harus berhati-hati.

Tidak jauh dari sana Jennie berjalan mendekat ke arah rumah yang Jisoo tuju, tatapannya tetap dingin seperti biasa, tidak mau ambil pusing Jisoo segera bersembunyi dan kembali mengikuti gerak gerik Jennie beserta keadaan rumah tadi.

"Jangan bilang kalau.." Tubuh Jisoo memanas ketika melihat apa yang Jennie lakukan.

"Ehh.. Anak ayah sudah pulang." Lelaki itu mengacak rambut Jennie menyuruhnya masuk dan disambut dengan hal yang sama oleh sang ibu.

"Kim Jennie?!"

Srakkk..

Jisoo segera berbalik, bersembunyi di balik pohon besar di depan rumah Jennie, Jennie yang merasa di perhatikan oleh seseorang segera melihat ke arah yang sama.

Kali ini jantung Jisoo berdegup dengan cepat, tidak seperti biasanya, ia merasakan adrenalin yang berbeda.

"Kim Jennie huh?!" Jisoo menghembuskan napasnya dengan kasar.

***

Bloody LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang