#14 Crime

355 44 1
                                    

Jisoo seolah melihat dirinya di dalam api unggun yang menyala terang di depannya. Mereka berdua benar-benar menginap disana dengan menyewa sebuah tenda dan perlengkapan berkemah. Ia tidak pernah di perlakukan seperti ini, penuh dengan persiapan padahal niat hatinya tak sampai kesana.

Hanya untuk bermain-main, memancing sang anak keluar dan membunuh ayahnya, sekejam itukah dirinya membuat Jennie menjadi percaya pada dirinya dengan persiapan seperti ini.

Jisoo tidak berpikir kalau kencan pertama mereka sangat mengesankan, meskipun di bumbui oleh jatuhnya seorang gadis tidak bersalah ke dalam sungai yang katanya sudah berhasil di temukan dan di bawa ke rumah sakit oleh pihak wisata.

Jisoo termenung lagi, ia tidak menghiraukan dinginnya udara malam dan panasnya bara api di wajahnya, gadis itu masih berpikir, pantaskah ia melakukan hal ini? Pada seorang anak yang tidak tau apa kesalahan ayahnya?

Jauh di balik kejam dan dinginnya Kim Jennie, Jisoo tau kalau Jennie sangat peduli padanya lewat segala yang ia lakukan hari ini, apa yang bisa Jisoo lakukan untuk membalas kepeduliaannya? Mungkin ini hal sepele bagi banyak orang, tapi Jisoo tiba-tiba merasakan rasa bersalah yang mendalam malam ini.

"Kau baik-baik saja?" Jennie membalikan daging yang sedang ia panggang di atas perapian. Jisoo menjawabnya dengan senyuman lebar dan bergabung bersama Jennie untuk mencicipi masakannya.

"Hmmm, ini enak sekali Jennie-ya sungguh.." Jennie pun mengangguk setuju.

"Aku sudah lama tidak makan daging seperti ini, baru ada kesempatan sekarang.."

Selain senang berpetualang baik membunuh orang mau pun menikmati pemandangan, Jennie juga sangat cantik dan pintar memasak bahkan dengan alat seadanya ia bisa memasak daging dengan sangat empuk dan enak. Jisoo mulai membelot dari tujuan utamanya mengajak Jennie berkencan.

"Daging sapi atau daging yang lain?" Tanya Jisoo dengan nada bercanda.

"Ada kemungkinan kencan kita selanjutnya, aku akan memakanmu."

"Uhukkk... akkhhh.." potongan daging cukup besar tidak sengaja tertelan oleh Jisoo tanpa sempat di kunyah halus, namun ia bisa mengembalikannya lagi ke dalam mulut tanpa muntah, tidak mungkin ia memuntahkan makanan ini.

"Minum minum, tidak seharusnya aku mengajakmu berbincang ya.." Jennie yang panik, menuangkan secangkir air hangat dan memberikannya pada Jisoo.

"Aku hanya terkejut saja, maafkan aku." Kim Jennie tidak bisa di tebak dengan mudah, bisa saja sekali Jisoo salah memilih kata-kata, ucapannya tadi menjadi kenyataan. "Kau sudah sering kesini?"

"Oh ya, beberapa kali aku kemari dengan Ayahku. Ilegal tentu saja.." Jennie menunjuk ke arah atas bukit. "Aku di ajak untuk berburu, belajar menembak dan bertahan hidup, itu sudah lama saat aku masih SMA." jelasnya, mungkin memang insting membunuhnya di turunkan langsung oleh sang ayah, pikir Jisoo. "Aku tidak masuk ke daerah wisata ini, aku memutar jalan dari balik bukit sana jadi menurutku itu termasuk ilegal kan?"

"Hmm.."

Jisoo membantu Jennie membersihkan tenda mereka setelah makan malam, merapikan tas milik Jennie dan memberikan ruang untuk mereka berdua tidur.

"Terima kasih untuk baju cadangannya dan.." Jisoo ragu, "Dan dalamannya.."

Jennie justru hanya memperhatikan Jisoo dari atas ke bawah lagi, tertawa kecil dan mengangguk, senyumannya..

"Aku sungguh-sungguh Jennie-ya, terima kasih."

"Iya aku tau, sama-sama." Ia pun memasukan sisa kayu bakar yang mereka beli dan masuk ke dalam tenda.

Melihat Jennie yang sudah masuk ke dalam tenda, terlintas kembali pikiran untuk membunuh anak dari pembunuh ayahnya, sebuah pisau tanto yang selalu Jisoo selipkan di balik lengan jaketnya mulai ia turunkan perlahan. Cukup lama Jisoo mengintip dari balik bahunya, Jennie terlihat biasa saja dan seperti memasang sleeping bag untuknya tidur.

Bloody LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang