34. Mimpi

5.4K 1K 83
                                    

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Kerjaannya rebahan mulu, tapi ngeluh kesepian.


Yang masih ujian semangat ya!
Jangan nyontek dan tetap belajar.

Maaf slow update mulu hehehe
Wattpad punya mak rada sableng kayak yang punya.

Setiap publish gagal mulu udah kayak percintaan.

Setiap publish gagal mulu udah kayak percintaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👻👻👻

Laura tampak linglung ketika terbangun. Wajahnya kentara bingung ketika melihat gedung didepannya sangat amat berbeda.

Bukan sekolah yang terlihat ketika dirinya membuka mata, melainkan sebuah ruangan kayu seperti yang sering Laura lihat di drama kolosal kerajaan.

Bau kemenyan sangat kentara disini. Dari luar ruangan terdengar ramai seperti pasar.

Laura bangkit seraya menyibak selimut. Gadis itu berusaha mencari letak pintu dan jendela, namun nihil. Tidak ada sekat sama sekali.

"Bagaimana, apakah indah rumah ini untukmu?" sebuah suara tanpa rupa terdengar.

Laura menoleh ke samping tepat dimana asal suara itu muncul. Tidak ada siapapun.

"Apa kau menikmatinya? Apa kau butuh makanan lezat, aku bisa menyiapkannya untukmu,"

Lagi, namun dari sisi yang berlawanan. Laura kembali mencari asal suara itu. Memasang tanda waspada di dirinya, gadis itu berusaha bersuara.

"Kamu siapa?" tanya Laura.

"Baiklah, sebenarnya aku benci basa-basi,"

"Sudah saatnya aku mencari mangsa, tapi kau kacaukan semuanya!" Suara itu terdengar nadanya semua meninggi pertanda marah yang kentara.

"Apa maksudmu, mangsa apa? Lau nggak tau apa yang kamu maksud,"

"Jangan bertindak bodoh! Apa kau sudah merasa paling pintar dengan mencampuri urusanku dengan bedebah itu?!"

Angin berhembus kencang membuat bulu kuduk Laura merinding seketika, asap hitam pekat muncul tepat didepan Laura.

Hembusan angin semakin kencang disertai bau semerbak bunga dan bau anyir seperti darah tercium jelas di indra penciumannya.

Wangi kemenyan sangat kentara.

Tawa dan lolongan minta tolong terdengar jelas ditelinga gadis itu, lambat Laun asap menghilang terganti dengan wajah mengerikan muncul. Mata merah menyala dengan api mengitari sekitar puncak kepalanya. Taring dengan tetesan darah yang menyebabkan bau anyir mulai muncul. Mata yang bulat besar seolah membelalak itu terlihat mengerikan bagi Laura. Gadis itu terpejam ketika sosok itu sudah menunjukan rupa nya dengan sempurna.

"Segala sesuatu yang diperbuat harus ada pertanggung jawaban atas itu, dan kau seharusnya tidak boleh ikut campur dengan segala kesepakatan kami!" sosok itu terlihat murka.

InDieGo KoplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang