Mate

194 76 50
                                    

"Navi, ini file yang lo minta."

"Iya, taro aja di situ."

Navi menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

Ah, dia paling benci kerja kelompok. Selain membuang waktu, dia juga harus memastikan semua anggota bekerja supaya adil.

"Oy, Nav! Password WiFi lo apa, dah?"

"Ck, gak. Sini, kerjain bagian lo. Kurang dua paragraf lagi itu."

Farel balas berdecak lalu akhirnya menurut dan beringsut mendekat.

"Gue buntu banget. Butuh referensi."

Navi tidak menjawab, yakin Farel bisa mencari alternatif sendiri. Navi sebagai ketua kelompok pun juga punya bagian yang harus dia kerjakan.

"Ah, kurang ini sama nambahin yang itu," gumam Navi lalu mengambil flashdisk di sebelahnya, sebelum mengernyit begitu membukanya di laptop.

"Oy, De! Ini kenapa flashdisk ada password-nya segala?"

"Biar aman," sahut Dea sambil meringis. "Buka aja. Password-nya ID LINE gue."

"Mana gue tau?" Navi langsung menghadapkan laptopnya ke arah lawan bicara. "Cepetan buka. Udah mepet deadline-nya."

Dea langsung mengetik, kecewa karena gagal memberi kode sang doi. Navi yang tak sadar langsung kembali membenahi tugasnya.

"Udah, nih. Dua paragraf." Farel menyerahkan flashdisk-nya lalu langsung merebahkan diri di karpet ruang tamu rumah Navi. "Ah, akhirnya kelar juga."

Navi kembali menyusun laporan kelompoknya. Farel, Dea, dan satu teman lainnya menunggu dalam diam.

"Eh, ada anak baru katanya."

"Kelas?" tanya Dea menanggapi informasi Farel.

"Sepuluh."

"Yeeh, itu mah emang semuanya anak baru. Gimana sih, lo?"

"Bukan. Yang ini menarik perhatian." Farel membalikkan tubuhnya menjadi telungkup. "Khususnya buat Navi."

"Apa?" Navi merespon sambil tetap fokus ke layar laptop.

"Katanya namanya kayak lo, ada unsur warnanya gitu. Keren gak, sih?"

"Wah, jodoh banget!" Dea menyahut dengan nada tinggi, menutupi sakitnya patah hati. "Siapa namanya?"

"Siapa, ya? Pokoknya semacam kayak Pinky atau siapa gitu."

"Oh! Magenta bukan, sih?"

"NAH, IYA!" Farel berseru semangat. "Magenta, bener. Lucu, kan? Magenta dan Navier. Haha! Kayak judul novel aja."

Dea ikut tertawa, mengusik Navi yang masih berusaha berkonsentrasi.

"Lo udah pernah ketemu dia, Nav?"

"..., belum."

"Anaknya lucu," ucap Dea. "Gue pernah liat sekilas. Pipinya chubby banget."

"Akhirnya, raja homo kita punya mate."

Navi melirik ke arah Farel sekilas sebelum kemudian menekan tombol "enter" yang otomatis mengirim pekerjaan mereka.

"Gue gak homo."

"Iya, soalnya lo ada temen cewek si Silla." Farel membalas langsung. "Coba kalo gak, beneran dicap homo kayaknya."

"Emang kalo gak punya temen cewek otomatis gay? Kolot."

Sepuluh [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang