Day 7

128 32 80
                                    

Minggu, hari ke-tujuh
Jadwal : (libur)
Waktu : -

1️⃣0️⃣ 💠 1️⃣0️⃣

Navi masih tidak percaya, dia kemarin pergi mengunjungi Alda. Semakin tidak percaya mengingat dia datang bersama Genta.

Lelaki itu mengeringkan rambutnya yang basah selepas mandi pagi, lalu duduk di atas kasur, menatap ke luar jendela yang memberikan pemandangan langit biru yang cerah.

Emeralda.

Magenta.

Dua nama pengusik masa kecilnya. Navier ingat dia selalu mengernyit benci ketika melihat keduanya terdengar sangat akrab.

"Alda, Alda! Makasih udah ngajarin Genta. Genta sayang Alda!"

Alda tersenyum senang, lalu memeluk Genta erat-erat. Terlihat dia bangga karena berkat ajarannya, Genta berhasil mengendarai sepeda roda dua.

Sedangkan Navier duduk tak jauh dari mereka, bersandar ke sebuah pohon, dan seperti biasa, membaca sebuah buku.

Matanya menatap ke arah dua perempuan yang asyik berpelukan itu lalu mendengus tak suka. Sikap sinisnya mulai tumbuh dari sini.

"Alda bisa ajarin Genta apalagi?"

Suara riang dari Genta sampai ke lubang telinga Navi.

"Aku bisa semua! Mau masak, nari, ngelukis, nyanyi, semua bisa!" Alda ikut menjawab semangat, membuat Navi berdecak pelan.

"Sombong," gumamnya benci lalu membalik halaman bukunya kasar.

"Nari? Coba lihat, coba lihat!"

"Begini."

Lalu Alda mulai bergerak kesana-kemari dengan lincahnya, membuat Genta terpana sekaligus memancing perhatian Navi.

Bagaimana tangan Alda bergerak bebas di udara dibarengi rok hijaunya yang mengembang dengan cantik seiring dia berputar, rambut gelombangnya yang seakan juga ikut menari, ditambah sinar dari bola mata emerald-nya yang memukau ditimpa sinar mentari.

Semuanya tampak sempurna.

Navi menatap tangannya sendiri.

Navi juga ingin menari.

Tapi tidak boleh.

Sekali saja Ayahnya melihat Navi melakukan hal lain selain membaca buku, dia akan langsung dibentak. Dibilang membuang waktu, tidak berusaha menyusul Alda, dan lain-lain.

Itulah mengapa meski Navi juga sebenarnya ingin bersenang-senang dengan bocah bernama Magenta yang tampak kemerahan dari sini, dia tetap diam. Tidak ingin sang Ayah memarahinya lagi.

Mengapa dia harus menyusul Alda? Tidak bisakah dia menjadi dirinya sendiri?

"Kalian itu kembar! Kalian harus jadi double kebanggaan Ayah. Berhenti protes, kembali belajar."

Kalau begitu, Navi tidak ingin jadi kembar.

Navi tidak ingin lahir berdua.

Navi tidak ingin, Alda ada.

Navier segera bangkit berdiri lalu memakai pakaiannya. Selalu seperti ini. Saat memorinya mengingatkan betapa kejamnya pola pikirnya saat kecil, Navier mengelak dengan cara melakukan hal lain.

Namun kali ini gagal.

Navi mengaku, dia memang jahat.

Tapi, memang apa yang diharapkan dari seorang bocah lelaki umur enam tahun yang senantiasa dibanding-bandingkan? Tentu saja dengan menyingkirkan pesaing.

Sepuluh [Selesai]Where stories live. Discover now