Janji

137 17 40
                                    

*baca part dulu baru dengerin🙋🏻‍♀️

link yt juga Avi taro di bio, siapa tau ada yang mau download (ngarep parah)😊

happy reading, happy listening❤️
(walopun isinya ngga happy💔)

1️⃣0️⃣ 💠 1️⃣0️⃣

Sepuluh tahun yang lalu..

"Ah, kamu kembarannya Alda, kan?"

Navi mendongak dari bukunya, melihat Genta tiba-tiba mendatanginya dengan wajah mengantuk dan tangan memeluk bantal.

"Ngapain ke sini?"

Tentu saja Navi harus waspada di sebelah pembunuh cilik ini.

Namun Genta juga sepertinya lelah, tidak mengerti mengapa orang-orang mulai menjauhinya. Bahkan Ibunya bilang, besok mereka harus pindah ke tempat yang jauh untuk sementara.

Magenta tidak tahu mengapa. Dia tidak menyadari bahwa perbuatannya kemarin merusak hubungan dua sahabat.

Genta meletakkan bantalnya di sebelah Navi lalu membaringkan badannya begitu saja.

"Di sana berisik. Terus ada kotak besar di tengah jadi Genta nggak bisa main. Kalo Genta nggak main, Genta ngantuk."

Navi diam, memilih mengabaikan gadis yang lebih muda setahun darinya ini.

Bocah laki-laki itu tetap fokus membaca bukunya dengan raut serius, padahal hari itu adalah kebaktian penghiburan atas perginya saudarinya.

Navi hanya, tidak ingin ikut berkabung.

Keadaan hening sampai tiba-tiba Genta bangkit, memeluk leher Navi, dan mencium pipinya dengan hangat.

"Hei!" Navi reflek mendorong Genta menjauh karena terkejut, takut tiba-tiba gadis kecil ini membawa pisau atau apa.

Genta langsung jatuh terduduk, merengut, tidak mau Navi juga ikut menjauhinya.

"Kata Mama, kalau Genta cemberut bakal dicium. Terus abis dicium, Genta selalu senyum. Navi abis dicium kok tetep nggak senyum?"

"Karena nggak pengen," jawab Navi mulai berpikir bahwa Genta benar-benar berada di perbatasan alam mimpi.

Bocah itu tidak mungkin berani mencium Navi jika benar-benar sadar. Menatap saja sudah menciut, apalagi mencium.

Genta tertawa lalu menepuk-nepuk pipi gembulnya di hadapan Navi.

"Abis Mama cium, Genta selalu balik cium Mama. Navi nggak mau balik cium Genta?"

Navi mau tidak mau tersenyum melihat kepolosan manusia di hadapannya ini. Dia cukup tahu bahwa Genta tidak mungkin sengaja membunuh Alda, yang artinya dia tidak berbahaya.

Navier hanya berjaga-jaga.

"Kapan-kapan."

Genta langsung merebahkan tubuhnya lagi, meringkuk di samping Navi. Seketika mendengkur halus, membuat Navi kembali membaca bukunya.

"Navi,"

"Hm?" Navi langsung menoleh begitu Genta bergumam memanggil namanya.

"Navi ganteng."

Navi seketika terkekeh, tidak mau menyangkal. Ada saja hiburan simple seperti ini, membuat Navi tahu mengapa Alda suka bermain dengan Genta.

Gadis ini terlalu jujur.

"Terus Genta juga cantik." Magenta tersenyum dengan mata tetap terpejam. "Mama juga cantik, Papa ganteng walaupun Genta cuma lihat di foto. Terus mereka nikah. Orang ganteng nikah sama yang cantik. Berarti Navi nanti nikah sama Genta, ya?"

Navi mendengus mendengar kesimpulan yang sungguh tidak masuk akal itu. Terdengar konyol, namun Navi memberi reaksi.

Bukunya dia letakkan lalu ikut berbaring di sebelah Genta. Mungkin meladeni anak ini tidak ada salahnya. Mood-nya tiba-tiba membaik.

"Kalo nikah, nanti anaknya namanya siapa?" tanya Navi iseng.

Magenta bergumam sejenak.

"Harus ada warnanya juga, biar lucu."

"Perpaduan warna kita?"

Genta langsung membuka matanya, seakan teringat sesuatu.

"Ah, kemarin Genta belajar campur warna di sekolah." Matanya meredup lagi. "Emm, kuning sama biru jadi hijau. Merah sama kuning jadi pink- eh, oren. Biru sama merah jadi, ungu."

Navi menerawang ke depan, mendengarkan.

"Magenta hampir merah, kalo Navi itu biru," gumam Navi ikut berpikir. "Jadi namanya ungu?"

"Ungu?" gumam Genta dengan suara yang mulai memudar dan kening yang mengernyit samar. "Susah manggilnya."

"Terus apa?" tanya Navi balik sembari berpikir lagi.

Magenta bergumam-gumam. Diskusi ini seakan menjadi cerita dongeng pengantar tidur baginya.

"Nama lain ungu, ya? Hmm," Navier bergumam lagi, mencoba mengingat ilmu dasar tersebut.

"Violet?"

Senyum Genta langsung terukir begitu saja.

"Iya, cantik. Nanti anaknya namanya Violet, ya?" Dia mengerjap ke arah Navi sekilas, lalu menjulurkan kelingking mungilnya. "Janji?"

Navi tersenyum, mengaitkan kelingkingnya, mencatat memori itu baik-baik.

Meski Magenta harus pergi jauh keesokan harinya.

Meski Navier hanya bertemu sepuluh hari setelah sepuluh tahun dengannya.

Meski,

Meski nanti akhirnya hanya dia yang masih menyimpan janji itu.

"Janji."

La Fin.

1️⃣0️⃣ 💠 1️⃣0️⃣

Sepuluh [Selesai]Where stories live. Discover now