Day 6

144 34 73
                                    

Sabtu, hari ke-enam
Jadwal : (libur)
Waktu : -

1️⃣0️⃣ 💠 1️⃣0️⃣

"Magenta!"

Dengan pipi bundar yang memerah sempurna, Magenta menoleh sambil mendongak. Dan ibu-ibu di hadapannya tiba-tiba memekik gemas dan segera mengangkatnya dalam gendongan.

"Wah, mantap sekali, ya!" katanya sambil menepuk-nepuk paha Magenta. "Pipinya, astaga. Boleh kucium?"

Martha, Ibu Magenta, mengangguk sambil terkekeh geli. Membuat Nada, sahabatnya, langsung menyerbu pipi gembul Magenta.

"Itu siapa, Ma?"

Nada menunduk, mendapati anaknya tengah menatap ke sosok yang digendongnya dengan penasaran.

Nada akhirnya membungkuk, menurunkan Magenta yang berumur empat tahun dari lengannya.

"Namanya Magenta. Ajak main, ya."

Magenta menatap orang di hadapannya dengan penasaran. Mata bulatnya melebar dan mengerjap lucu.

"Magenta? Ah, namamu unik! Bisa ada unsur warnanya gitu. Sama kayak aku."

Kalimat barusan terasa sangat sulit dicerna oleh Magenta, banyak kata asing yang baru saja dia dengar.

Namun tak sempat berpikir, tangan Magenta ditarik menjauh dari Ibunya.

"Ayo, main sama kita!"

Magenta menatap sekeliling. Taman belakang yang asri dan teduh dengan kolam ikan yang cantik di sudut.

"Navier, sini!"

Magenta ikut menoleh, melihat ada orang lain berjalan mendekat yang terlihat terpaksa.

"Kenalin, namanya Magenta. Lucu, ya?"

Navi menoleh ke arah Magenta. Perempuan kecil di hadapannya ini mendongak menatap Navi penasaran, sebelum kemudian mengerjap lalu langsung mengalihkan pandangannya, kentara tidak nyaman.

Navier mengernyit.

"Apanya yang lucu?"

"Lihat pipinya! Merah banget."

Navi melengos lalu berlalu, merasa tenaganya berjalan mendekat terbuang sia-sia.

"Itu siapa?" Magenta berbisik pelan, masih bersembunyi di balik orang yang menariknya tadi.

Entah mengapa, orang ini terasa baik sehingga Magenta berani menjadikannya tameng. Berbeda dengan orang yang barusan pergi tadi yang membawa hawa yang negatif, ditambah bola matanya yang berkilat biru seperti petir.

"Oh, itu Navier."

Magenta mendongak, baru menyadari bahwa anak perempuan yang menariknya tadi memiliki bola mata hijau yang terlihat sangat sejuk dan segar.

"Ah, iya. Namaku belom, ya?" Dia terkekeh kecil lalu tersenyum.

"Namaku Emeralda. Emeralda Hardhika."

-

Salah satu memori yang masih terpendam di benak Magenta sampai sekarang, bagaimana sahabat pertamanya mempertemukan dia dan Navier untuk yang pertama kalinya.

Hubungannya dengan Navier tidak baik saat itu. Navier terlalu sibuk dan Magenta terlalu takut, sehingga hanya Emeralda yang menjadi penengah di antara mereka.

Sepuluh [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang