Day 9

141 25 93
                                    

Selasa, hari ke-sembilan
Jadwal :
• Sejarah
• PJOK
Waktu :
07.00 - 09.00
09.00 - 09.30 (istirahat)
09.30 - 11.00

1️⃣0️⃣ 💠 1️⃣0️⃣

Ah, senyum itu lagi.

Magenta balas tersenyum dari kejauhan. Wajar kan, jika dia merasa aneh melihat orang yang dikenalnya lebih dari sepuluh tahun yang lalu untuk pertama kalinya tersenyum?

Entahlah. Rasanya ilegal saja.

Navi kembali menghafalkan sejarah di hadapannya setelah dirasa hatinya menghangat melihat Magenta datang.

Ya, Navi mengaku. Dia tengah berbunga-bunga sekarang.

Aneh, ya? Iya, banget.

Bagaimana pun, Genta adalah teman kecil Navi. Mau sebenci apa pun, Navi tetap bisa merasakan sepercik rasa senang melihat kawan lamanya.

Tidak ada orang yang benar-benar diciptakan jahat, kan? Pasti masih ada hal baik meski hanya secuil.

Amarah memang awalnya memimpin di depan, namun akhirnya rindu berhasil mengambil barisan.

Navi berdiri, membiarkan Genta masuk, lalu dirinya kembali duduk.

Ah, Navi benci sejarah. Terlalu banyak poin yang harus diingat. Ditambah nama-nama yang cukup sulit dihafalkan membuat Navi menghela nafas kasar.

Dia memang selalu lemah di hafalan panjang seperti ini. Tak heran Ayahnya selalu memaksanya terus membaca buku.

Tujuannya baik meski caranya salah.

Magenta membuka bukunya, melirik Navi yang tampak frustasi, lalu tersenyum geli.

Senang melihat Navi tampak seperti manusia normal. Bukan robot dengan aura dingin tanpa ekspresi seperti dulu.

"Ck," decak Navi tanpa bisa ditahan, kesal tidak kunjung hafal, lalu bergumam. "Kenapa masa lalu harus terus dikaitkan ke masa kini?"

Deg

Magenta menoleh seketika, namun Navi tidak menyadarinya. Cowok itu terlalu sibuk dengan bacaannya, tidak tahu bahwa Genta benar-benar merasa tersindir barusan.

Memilih pasrah, Navi akhirnya menutup buku karena matanya panas lalu terkejut melihat Magenta tampak memandanginya terang-terangan.

"Kenapa?"

Magenta masih diam, sebelum kemudian mengerjap, sadar bahwa Navi benar-benar tidak berniat menyindir apa pun tentangnya.

Genta akhirnya hanya menggeleng sambil tersenyum kecil, semakin menyempurnakan rona di pipinya.

Navi ikut tersenyum lalu membereskan bukunya, tidak menyadari jantung Genta masih berdetak menyakitkan.

1️⃣0️⃣ 💠 1️⃣0️⃣

"Lo mau makan?"

Magenta mengangguk selepas kertas jawaban disalurkan ke depan. Navi berdiri, membiarkan Genta keluar bergabung dengan arus yang menuju ke kantin.

"Mau gue temenin?"

Genta terbelalak, mau tak mau terkekeh geli.

"Lo kenapa jadi nge-gas banget, sih?"

"Karena gue gak mau kehilangan lo lagi."

Senyum Genta luntur perlahan mendengar Navi menjawab pertanyaannya kelewat serius.

Sepuluh [Selesai]Where stories live. Discover now