Day 5

131 36 95
                                    

Jumat, hari ke-lima
Jadwal :
• Fisika
• Bahasa Jawa
Waktu :
07.00 - 09.00
09.00 - 09.30 (istirahat)
09.30 - 11.30

1️⃣0️⃣ 💠 1️⃣0️⃣

Kali ini, kata "sial" memihak kepada Genta.

Gadis itu berlari ke lantai dua bersamaan dengan bel yang berbunyi. Kemarin menjadi hari yang emosional. Semua memori Magenta menyeruak ke permukaan, membuatnya tidak tahu harus berbuat apa selain menangis semalaman dan berakhir kesiangan.

Belum ada pengawas. Genta terengah-engah sambil berjalan ke belakang, mengambil alat tulis, meletakkan tasnya, dan melihat Navi sudah berdiri seakan langsung memberinya jalan masuk.

Genta duduk, mengatur nafasnya, melihat Navi yang juga kembali duduk di sebelahnya. Laki-laki itu tampak tenang.

Bukan, memang setiap hari dia tenang. Namun, ada yang berbeda. Navi sama sekali tidak melirik Genta, membuat Genta bingung apakah ini pertanda baik atau pertanda buruk.

Terserah, Genta juga sudah tidak peduli. Setidaknya, dia berusaha tidak peduli.

Waktu terus berjalan. Sebagai peminat pertama fisika, Magenta menyelesaikan soal-soal dengan cepat walau belum semua. Masih tersisa satu jam, membuatnya memilih untuk merebahkan kepala sejenak dan tanpa sadar malah melanjutkan tidurnya semalam yang tidak begitu nyenyak.

Barulah, Navier berani melirik setelah tahu Magenta tertidur menatap ke tembok, memberikan pemandangan rambut cokelat diikat asal. Mungkin karena tadi diburu waktu.

Dan sedetik kemudian Genta membalikkan kepalanya, tanpa sadar mencari posisi yang nyaman, membuat pemandangan Navier berganti menjadi wajahnya yang merona tanpa alasan.

Navier tahu itu. Raut wajah perempuan di sebelahnya ini memang selalu memerah, bagaimana pun suasana hatinya.

Rambut hitam kecokelatan yang sedikit menggelung dan mata cokelat terangnya menyesuaikan semburat merah di pipinya. Kulitnya putih sedikit kemerahan, sekilas seperti bayi yang baru lahir. Alisnya rata, hidung mungil terhimpit pipi, dan bibir berkelok sempurna. Ditambah-

Navi mengalihkan pandangannya. Apakah baru saja dia mendeskripsikan Genta dengan sebegitu detailnya?

Iya, Nav. Makasih ya, udah bantuin author.

Jarum jam terus berjalan, sisa waktu tinggal sepuluh menit. Pengawas juga sudah mengingatkan, membuat Navier iseng mengintip lembar jawab Magenta.

Masih ada yang kosong, batinnya. Kok berani tidur? Ckckck. Sekali ceroboh, tetep ceroboh, ya?

Navier mengalihkan pandangannya, tidak merasa dia harus peduli.

"Jadi tolong, ngertiin gue dikit."

Huft, baiklah.

Sedikit saja, kan?

Lengan lelaki itu akhirnya bergerak, menyenggol Magenta pelan beberapa kali, sampai akhirnya gadis itu terbangun.

Menyadari Navier baru saja membangunkannya, membuat Magenta langsung terlonjak duduk tegak.

"Jam."

Refleks, Magenta melihat jam dinding. Ah, sudah hampir selesai. Teringat masih ada beberapa soal yang masih kosong, Magenta langsung kelabakan mengerjakan.

Sayangnya, pikiran yang masih tertinggal di alam mimpi membuatnya seketika blank. Magenta mengerjap-ngerjap, berusaha tersadar sepenuhnya sambil terus membaca ulang soal.

Sepuluh [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang