Bagian 3

1.8K 112 1
                                    

Hari itu menjadi hari yang amat terik, meski belum memasuki pertengahan panasnya cuaca sudah membuat siapa pun enggan keluar rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari itu menjadi hari yang amat terik, meski belum memasuki pertengahan panasnya cuaca sudah membuat siapa pun enggan keluar rumah. Ditambah polusi dan debu jalanan di mana-mana, angin pun terasa tidak mau hadir untuk sekedar menyejukkan suasana. Hari ini menjadi berkah tersendiri baji para penjual es dan minuman dingin yang berjualan sepanjang hari di pinggir jalan.

Cuaca panas itu pun dirasakan pula oleh Raffa. Saat itu sebelum azan zuhur, ia sudah istirahat satu jam sesuai dengan jadwal yang berlaku. Kala itu ia memilih makan siang di kantin rumah sakit dengan makanan yang sederhana dan harga terjangkau. Kantin yang tidak terlalu ramai, mengingat para dokter dan perawat rata-rata membawa makanan sendiri. Terkadang kalau ada keluarga pasien yang membeli makan, biasanya akan mereka makan di tempat lain.

Raffa menyendok sisa makanannya yang terakhir. Sambil menguyah makanan, ia merapikan sendok dan garpu. Ia geser piring itu ke tengah meja sambil membuka sebotol air mineral. Di cuaca yang panas ini, sebotol air dingin itu menyegarkan dahaga Raffa. Ia tenggak air itu sampai habis setengah.

“Lu sendirian mulu lu kaya gak ada temen,” cakap salah satu penjual makanan di kantin yang juga mengenal Raffa dengan baik.

“Emang mau sama siapa? Yang penting makan gue sih.” Raffa lalu mengelap mulutnya dengan tisu dan berdiri dari bangku tempatnya semula duduk. “Udahlah, gue duluan!” Raffa membawa botol airnya dan mulai berjalan meninggalkan kantin.

Kakinya melangkah mengarah ke sebuah pos kecil. Di mana di sampingnya terdapat beberapa ambulan terparkir. Saat itu ia tahu, karena hari ini hari sabtu maka hanya ada Pak Rahmat yang masuk. Sedangkan rekan kerjanya libur dan baru akan masuk di hari minggu. Namun, saat masuk ke dalam pos, ia tidak menemukan siapa-siapa. “Mana orangnya?” gumam Raffa.

“Eh, Raffa!” Tiba-tiba terdengar suara Pak Rahmat memanggil dari arah belakang. Tangan Pak Rahmat lalu menepuk bahu Raffa dengan wajah sedikit berkeringat. “Lu gak ada kerjaan kan? Lu ikut gue yuk!” ajaknya yang kemudian mengambil kunci mobil ambulan.

“Kemana?” tanya Raffa.

“Ada udah ikut aja.” Pak Rahmat tak mau panjang lebar menjelaskan, ia langsung berjalan membuka pintu mobil. Dengan santai ia langsung duduk di jok supir dan siap menyalakan mesin mobil. Karena merasa masih ada setengah jam istirahat ditambah dirinya memang tidak ada pekerjaan, Raffa memutuskan untuk ikut. Ia naik dan duduk di samping Pak Rahmat.

Tak lama kemudian, dengan wajah terburu-buru Pak Rahmat langsung tancap gas. “Ada mayat nih, gue disuruh jemput,” kata Pak Rahmat sambil mengemudikan ambulan keluar dari area rumah sakit. Sampai di gerbang satpam, portal dibuka dan membiarkan Pak Rahmat keluar bersama ambulannya.

Raffa yang sudah terbiasa dengan pekerjaan orang tua itu pun hanya mengangguk paham. Mobil ambulan itu lalu berjalan memasuki jalan raya, sirine dinyalakan dan mereka mulai berpacu bersamaan dengan kendaraan lain. Beruntung saat itu jalanan tidak terlalu ramai, banyak pula yang memberi jalan kepada ambulan untuk diprioritaskan.

Necrolust [18+] (TAMAT) Where stories live. Discover now