Bagian 6

1.3K 91 0
                                    

Raffa membuka mata keesokan paginya, wajahnya masih mengantuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Raffa membuka mata keesokan paginya, wajahnya masih mengantuk. Sambil setengah sadar tatapannya lurus ke langit-langit kamar. Ia masih enggan bangkit dari kasur empuknya. Hari ini hari minggu, alarm tidak berbunyi seperti yang sudah ia setel sebelumnya. Tangannya sekali-kali mengucek mata. Badannya lalu miring ke samping, menghadap ke jenazah yang semalaman satu ranjang dengannya.

Raffa tersenyum. Ia taruh lengannya di atas tubuh kaku itu. Dengan penuh rasa sayang ia memeluknya begitu lembut. Wajahnya mendekat ke kepala jenazah. Hidungnya mencium aroma rambut wanita tak bernyawa itu.

"Selamat pagi, Sayang," ucap Raffa sambil memeluk mayat itu. Tak ada jawaban dari tubuh mati itu.

Beberapa menit ia biarkan jenazah itu dalam dekapannya. Membiarkan telapak tangannya yang lagi-lagi enggan diam, memilih untuk bergerak menjelajahi tiap-tiap bagian tubuh si mayat. Matanya lalu berpaling ke jam dinding, sudah jam tujuh pagi. Ia lalu mengecup pipi jenazah itu.

Selimut yang ia pakai semalaman ia buka, memperlihatkan tubuh telanjangnya bersama wanita mati di sampingnya. Ia segera beranjak dari kasur. Mulai menapakkan kakinya di lantai, lalu berdiri dan berjalan menuju kulkas. Raffa mengambil tempat air putih yang kemudian ia tuang ke gelas.
Gelas sudah kosong, tenggorokannya sudah basah oleh air. Kini ia berpindah menuju kamar mandi. Ia tatap wajahnya di cermin wastafel. Keran air menyala, Raffa mulai membasuh wajahnya. Mencoba agar bisa sepenuhnya sadar dari rasa kantuk.

"Sayang, seperti janji aku kemarin. Aku bakal belikan kamu kosmetik," ucap Raffa sambil mengelap wajahnya dengan handuk. "Sayang?" panggil Raffa sekali lagi. "Kok gak jawab?" tanyanya sambil berjalan ke kamar. Ia pandangi jenazah yang masih terbaring di kasurnya.

"Masih tidur ternyata," gumamnya sambil menggelengkan kepala.

Raffa lalu meraih celana dan baju yang semalam ia biarkan berantakan kemana-mana. Satu per satu dari mulai celana dalam ia pakai, sampai pakaiannya komplit. Tak lupa ia lapisi dengan jaket sebagai luarannya. Di atas rak kecil, Raffa ambil sepatu dan melangkah ke depan pintu. Setelah selesai memakai pintu, barulah ia membuka pintu. Berjalan ke luar unitnya.

Raffa menelusuri lorong seperti biasanya, menyapa beberapa tetangga dan menuruni satu per satu anak tangga menuju lantai bawah. Di lantai bawah, sebuah sepeda motor sudah nampak di matanya. Sepeda motor warna hitam yang terparkir di depan bangunan rumah susun itu. Buru-buru ia mendekatinya.

"Pagi-pagi mau ke mana lu? Hari minggu kan ini," tanya tukang parkir saat melihat Raffa memasuki parkiran yang cukup ramai.

"Ke mana kek udah gede," jawab Raffa singkat. Ia melihat sekitar, sedikit bingung melihat posisi motornya yang diapit beberapa motor lain. "Eh, bantuin gue dong. Gue susah keluarin motor nih!" ujar Raffa ke tukang parkir itu.

Akhirnya setelah si tukang parkir memindahkan posisi beberapa motor di dekat Raffa. Barulah jalan terbuka, dan Raffa bisa dengan bebas mengeluarkan motornya. Ia tak lupa memakai helm dan langsung naik. Bunyi mesin terdengar persis setelah tangannya memasukkan kunci. "Nih." Raffa memberikan uang pecahan seratus ribu kepada tukang parkir itu.

Necrolust [18+] (TAMAT) Where stories live. Discover now