Bagian 10

646 63 3
                                    

“Ah, sebentar dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ah, sebentar dulu. Tunggu di sini!” Raffa bergegas masuk ke dalam unitnya. Wanita itu ia biarkan sendiri di depan pintu. Kaki Raffa melangkah cepat menuju kamar, ia tarik sebuah kursi dan mengambil sebuah kain berwarna putih.

Kursi itu ia letakkan di depan rak, Raffa naik ke atas kursi tersebut. Tangannya segera mengibarkan kain putih tadi, menutup akuarium berisi potongan kepala agar tidak dilihat oleh tamunya. Setelah selesai, buru-buru ia turun dan berlari ke pintu. Mempersilahkan tamunya masuk.

“Silahkan,” kata Raffa memberi Saras masuk ke dalam unitnya. Wanita itu masuk dan melepas sepatunya. Raffa kembali menutup pintu. “Maaf ya, berantakan banget,” ucap Raffa sambil melihat sekitar.

“Enggak, gak apa-apa. Kosanku juga berantakan.” Saras menaruh sepatunya di rak kecil samping pintu. “Wah, ini luas juga buat sendiri ya?” kata Saras sambil melihat sekitar.

“Gak luas, tapi ruangnya cukup dan semua kebutuhannya tersedia. Kamar mandi, dapur. Mau liat kamarku? Ayo,” ajak Raffa sambil berjalan mengarah ke kamar. Sesampainya di kamar, ia terlebih dahulu mengambil pengharum ruangan. Ia semprot pengharum ruangan itu ke segala arah di dalam kamarnya untuk menghilangkan bau formalin yang masih tercium.

“Wah, ini lumayan banget. Hebat juga kamu bisa punya tempat sendiri, kalo aku sih lebih kecil dari ini. Itu juga berdua sama temenku,” kata Saras yang kemudian duduk di pinggir kasur sambil melepas tas kecilnya. Raffa melihat ke arah jam yang menunjukkan jam lima sore.

Ia lalu duduk di samping Saras. “Ya, nanti juga kamu bisa kok punya tempat begini. Aku bakal kasih info kalau ada yang kosong,” kata Raffa. “Oh iya, aku lupa. K-kamu mau minum apa? Tapi aku gak simpen apa-apa sih di kulkas,” ujarnya sambil berjalan ke lemari pendingin.

“Gak apa-apa, Raffa. Aku udah banyak minum minuman berasa di tempat tadi. Sekarang aku mau minum air putih aja,” jawab Saras. Sesuai permintaan dan sesuai yang ada di dalam kulkasnya, Raffa mengambilkan air mineral untuknya. Beserta gelas kaca yang ia miliki. Saras minum satu gelas air putih, gelas itu lalu ia taruh di meja yang berada di samping kasur.

“Jadi ... Temenmu itu kerja di rumah sakit juga?” tanya Raffa yang kembali duduk di sampingnya.

Saras mengangguk. “Iya, sama jadi perawat juga. Aku sama dia masih baru kok, baru satu tahunan. Gak kaya kamu yang udah bertahun-tahun,” cakap Saras.

“Hahaha, siapa bilang? Aku juga baru kok,” sahut Raffa sambil tertawa kecil. “Aku mau ke tingkatan yang lebih tinggi tapi kan gak punya riwayat sekolah kedokteran,” tambahnya sedikit mengada-ada.

“Gak apa-apa, staff kamar jenazah juga banyak bantu kami juga,” balas Saras.
Raffa lalu menaikkan kedua kakinya, ia luruskan kakinya di atas kasur.

Mengeluarkan ponsel dan bersandar di kepala ranjang yang menempel dengan dinding. Saras menoleh dan memperhatikannya, ia lalu ikut naik ke atas kasur. Bergerak sampai duduk begitu berdekatan dengan Raffa.

Necrolust [18+] (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang