Bagian 9

711 67 4
                                    

Hari yang indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang indah. Indah bagi siapa pun yang menatap dunia dengan penuh tawa dan keikhlasan. Tiap jam tiap detik kota ini menjadi saksi, tentang mereka yang berjuang tanpa henti. Melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati, demi keluarga yang menanti atau mereka yang tengah berjuang meraih mimpi. Kota ini seperti tidak pernah mati, benar-benar sulit untuk menjadi sepi.

Tiap pagi, tukang sapu selalu bangun lebih awal. Ditambah supir kendaraan umum. Jalanan akan penuh saat matahari benar-benar muncul dan menunjukkan sinarnya. Asap kendaraan, debu dan suara-suara bising yang campur aduk jadi suasana yang khas.

Ada yang berkerja, ada yang melepas penat. Suatu tempat di ujung utara kota ini menjadi salah satu opsi bagi mereka yang ingin merelaksasikan pikiran dan hati. Orang-orang rela antri untuk masuk ke dalam. Banyak yang membawa keluarga, pacar sampai teman-teman terdekat demi bersenang-senang bersama.

Berbagai permainan yang menarik mata terlihat di mana-mana. Berbagai wahana ekstrem, wahana ringan sampai penjual makanan dan pernak-pernik menjadi pemandangan yang umum di tempat ini. Oh iya, jangan lupa ada badut-badut lucu bagi mereka yang menyukainya.

Di tengah-tengah keramaian itu, Raffa dan Saras berjalan bersama. Raffa tampil sederhana dengan jaket biasa dan celana jeans. Sedangkan Saras, dia tampak begitu cantik. Memakai baju terusan panjang berwarna pink, tas kecil dan riasan make-up tipis di wajahnya. Mereka melangkah berdampingan ke beberapa tempat.

“Oke, Saras. Udah di dalem, kita mau ngapain?” tanya Raffa.

Saras tertawa kecil. “Mau ngapain? Ya naik wahana dong, kamu udah pernah kesini?” Saras bertanya balik. Raffa menggeleng. “Ya udah, ikut aku yuk,” ajak Saras sambil menarik tangan laki-laki itu.

Saras membawanya ke sebuah wahana yang cukup diminati beberapa orang. Di dalam wahana itu terdapat beberapa tempat duduk berbentuk gelas teh yang disusun membentuk lingkaran. Setiap satu atau dua orang yang datang dan hendak naik maka akan duduk di satu gelas tersebut. Begitu pula dengan mereka berdua, setelah selesai mengantri. Mereka memilih salah satu tempat dan duduk di dalamnya.

“Dah, duduk aja di sini,” kata Saras.
Raffa yang baru pertama kali naik ini pun menurut. Ia bisa merasakan antusias orang di sekitarnya. Anak-anak tertawa girang, tak sabar untuk segera bermain. Sampai akhirnya wahana ini mulai beroperasi. Tempat duduk mereka yang berbentuk gelas itu lalu mulai berputar-putar. Pengunjung lain tampak menikmati wahana tersebut sambil bercanda ria dengan keluarga mereka.

“Lawakan macam apa ini? Gue diputer-puter dan orang-orang anggap ini hiburan gitu?” gumam Raffa pelan.

“Kenapa?” tanya Saras yang samar-samar mendengar.

“Enggak, gak apa-apa. Lucu ya wahananya, kita diputer-puter. Pusing juga lama-lama,” jawab Raffa.

“Yah, pusing ya? Yaudah deh, gak lagi aku ajak wahana begini,” kata Saras sambil tertawa kecil.

Necrolust [18+] (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang