Bagian 4

1.5K 114 8
                                    

“Pak Rahmat, bapak di mana sekarang?” tanya Raffa melalui sambungan telepon

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

“Pak Rahmat, bapak di mana sekarang?” tanya Raffa melalui sambungan telepon. Dirinya kini tengah duduk di jok supir mobil ambulan. Bersandar santai sambil menempelkan ponsel ke telinganya. Saat itu baru sekitar lima menit setelah kepergian Pak Rahmat dari lokasi penemuan mayat. “Pak? Bapak di mana sekarang?” tanyanya lagi.

“Saya lagi di jalan, ini kamu telepon saya jadi berhenti. Soalnya kalo sambil jalan gak kedengeran. Ada apa sih?” Dalam sambungan telepon itu justru Pak Rahmat berbalik tanya.

“Begini, Pak. Bapak gak usah lapor polisi, gak usah ke polsek ya. Di sini udah ada pihak keluarga yang jemput mayatnya. Jadi saya rasa udah selesai nih, pihak keluarga juga gak mau lapor polisi dan milih buat langsung bawa ke rumah duka. Abis itu dikubur hari ini juga,” tutur Raffa menjelaskan kepada Pak Rahmat.

“Oh, jadi gimana ini saya? Udah setengah jalan,” tanya Pak Rahmat.

“Bapak, langsung aja ke rumah sakit. Gak usah balik ke sini, ambulan biar saya yang bawa,” jawab Raffa.

“Gitu ya.” Pak Rahmat diam sesaat. “Terus, kamu yakin nih? Udah gak mau lapor polisi? Beneran keluarganya bukan?” Pak Rahmat terus melontarkan pertanyaan untuk meyakinkan diri.

“Yang saya liat sih begitu, Pak. Mereka histeris, nangis-nangis. Terus si Pak RT itu ngomong soal polisi. Akhirnya keluarganya bilang kalau kejadian ini gak perlu sampai lapor ke polisi. Keluarga udah ikhlas. Jadi bapak gak usah lapor ya, kasihan keluarganya takutnya nanti malah ganggu suasana mereka yang lagi berduka,” kata Raffa meyakinkan.

“Oh, gitu. Kamu bener ya bawa mobil ke rumah sakit? Ini saya duluan, saya tunggu lho!”  ujar Pak Rahmat.

“Siap, Pak. Udah pokoknya bapak tenang saja, mobil aman sama saya.” Ucapan Raffa kali ini semakin meyakinkan Pak Rahmat.

“Oke, oke. Makasih ya, Raf. Saya lanjut jalan dulu ke rumah sakit.

Setelah itu percakapan pun berakhir. Raffa mematikan sambungan telepon itu, ia kembali memasukkan benda kecil itu ke dalam sakunya. Matanya menatap ke depan dengan wajah licik. “Bego, gampang banget dibohongin tuh orang tua,” gumam Raffa yang kemudian menyalakan mesin mobil ambulan.

Sedangkan mayat perempuan tadi masih ada di bagian tersimpan rapi di bagian belakang ambulan. Sama sekali tidak ada keluarga yang datang.

“Pak, beres ya. Saya bawa mayatnya,” kata Raffa pamit kepada ketua RT. Setelah itu kaca jendela ia tutup. Kaki Raffa terus menginjak pedal gas perlahan, tangannya bergerak mengendalikan setir mobil melewati jalan berkelok-kelok yang cukup sempit. Di sisi kiri dan kanan sudah langsung berhadapan dengan rumah warga. Semua orang sekitar menyingkir memberikan jalan untuk ambulan Raffa. “Permisi, Bu,” sapanya ramah kepada tiap orang yang dilewatinya.

Sampailah Raffa di jalan raya, mobilnya melewati sebuah gapura dan keluar dari kawasan pemukiman penduduk. Dengan bebas Raffa melaju cukup cepat di tengah jalan raya itu, suara sirine ia nyalakan. Membuat banyak kendaraan lain di depannya secara sukarela memberikan jalan. Raffa bisa melesat cepat tanpa hambatan.

Necrolust [18+] (TAMAT) Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz