Bagian 11

600 59 5
                                    

Raffa terbangun keesokan harinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Raffa terbangun keesokan harinya. Malam itu menjadi terasa singkat dengan adanya mainan baru di ranjangnya. Mata Raffa terbuka, menatap lesu langit-langit kamarnya. Tatapannya masih sayu, badannya lemas. Dirinya enggan bangun, seakan kasur menempel pada kulitnya. Memaksa dirinya tetap berbaring di atas empuknya ranjang ini dengan masih dalam keadaan tanpa busana.

Kepala Raffa menoleh ke samping, Saras di sana terbaring tanpa nyawa. Jenazah wanita yang semalaman ia simpan itu semakin pucat dan dingin. Ia merubah posisinya, sambil berbaring miring ke arah Saras ia menatap wajah cantik jenazah itu. Satu tangannya menopang kepala, senyum bahagia tidak bisa ia sembunyikan di wajahnya.

“Selamat pagi, Sayang,” ucapnya.

Tangan kirinya mengelus lembut rambutnya sesaat. Melihat jam yang sudah menunjukkan hampir pukul tujuh pagi, Raffa buru-buru melepas selimutnya. Langsung duduk dan beranjak dari ranjang. Sambil duduk mengumpulkan nyawa, ia menguap sambil melihat sekitar. Kepalanya kembali menoleh ke arah Saras. “Mau temenin aku sarapan? Ayo!” Ia tarik kaki wanita itu sampai mendekat ke hadapannya.

Tiba-tiba Raffa terkejut, kala ia mendengar sedikit suara dari tenggorokan Saras. Suara seperti seseorang yang mencoba bernafas. Ia kaget saat sadar kalau Saras belum sepenuhnya meninggal. Buru-buru Raffa kembali naik ke kasurnya, ia ambil bantal dan langsung menekan bantal itu ke wajah Saras.

Sekuat tenaga ia sekap wajah wanita itu. Berharap tidak mendapatkan nafas sedikit pun. Bahkan saking takutnya Saras hidup kembali, Raffa sampai harus naik ke atas kasur. Lalu ia duduki bantal yang menutupi wajah wanita itu. Belum puas, dirinya berdiri. Ia injak-injak bantal itu, semakin menekan kuat wajah Saras.

“Mati kamu! Mati kamu, Sayang!” bentak Raffa sambil menginjak-injak wajah Saras yang tertutup bantal.

Raffa kembali turun dari kasur, ia ambil bantalnya kembali. Matanya menatap wajah itu, wajah Saras yang tetap pucat dan tidak terdapat tanda-tanda kehidupan sedikit pun. Raffa sedikit membungkuk, tangannya melingkar ke tubuh jenazah itu. Kemudian ia angkat dan menggendongnya keluar kamar tanpa memakai pakaian terlebih dahulu.

Kaki Raffa mengarah ke dapur. Langkah demi langkah ia tapaki sambil menahan beban tubuh yang ada dalam gendongannya, di sana terdapat meja dan kursi sederhana. Salah satu kursi ia tarik keluar.

Pria itu lalu menaruh jasad wanita tak bernyawa dalam gendongannya ke kursi yang ia tarik tadi. Jenazah Saras yang masih lemas pun bisa duduk di atas kursi itu. Kepalanya tertunduk lemah ke bawah.

Dari dalam lemari kecil di atas kompor, dirinya mengambil dua buah mi instan. Raffa juga menyiapkan dua buah mangkuk. Sebuah panci berisi air ia siapkan di atas kompor yang menyala. Sambil menunggu air itu mendidih, Raffa membuka bumbu dan menuangnya ke satu per satu mangkuk yang ia siapkan.

Gelembung-gelembung muncul di air dalam pancinya. Raffa lalu memasukkan dua buah mi instan ke dalam panci itu. Kini ia hanya perlu menunggu. Dirinya berpindah ke arah meja di mana Saras duduk. Laki-laki telanjang itu duduk dihadapan Saras. Dari ponselnya ia memutar sebuah lagu dengan melodi indah, membuat sarapan ini menjadi romantis.

Necrolust [18+] (TAMAT) Where stories live. Discover now