Bagian 7

1.1K 75 8
                                    

Malam itu, jam sudah menunjukkan waktu pulang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam itu, jam sudah menunjukkan waktu pulang. Beberapa pegawai shift malam sudah datang ke tempat kerja. Suasana sibuk perlahan mulai mengendur, menyisakan petugas kebersihan yang menjaga tempat ini dari sampah dan kotoran.

Wajah letih Raffa menatap lesu loker yang ada di depannya, dengan terburu-buru ia ambil segala yang ada di dalamnya. Jaket dengan bahan sutra yang tebal dan hangat ia pakai melapisi baju seragamnya.

“Duluan,” ucap singkat Raffa kepada beberapa rekannya yang baru datang. Raffa segera angkat kaki dari ruang jenazah tempatnya bekerja. Mendorong pintu besi itu dan berjalan ke arah basement. Dari belakang sahabatnya Dono menyusul dengan sedikit berlari kecil.

“Raf, tumben lu langsung pulang. Biasanya lu nungguin pacar pucet lu dulu,” ejek Dono kepadanya.

Raffa menggelengkan kepala. “Capek banget gue hari ini, Don. Mau langsung tidur,” jawab Raffa.

Dono hanya mengangguk pelan. Keduanya sama-sama bergerak ke basement melalui ruang rawat inap dan registrasi rumah sakit yang sudah sepi. Meja-meja sudah kosong, tidak ada aktivitas. Sesampainya di basement, Raffa dan Dono lanjut mengarah ke parkiran motor. Dari kejauhan, tampak seseorang yang sudah tidak asing.

Perempuan berambut lurus dan cantik itu, Saras. Mereka berdua melihatnya, Dono lalu melambatkan jalannya. Yang tanpa sengaja membuat Raffa ikut melambat, sambil tetap menatap ke arah Saras. Siku Dono menyenggol lengan Raffa. “Apaan?” tanya Raffa.

“Itu, gebetan lu tuh.” Telunjuk Dono menunjuk ke arah Saras yang sedang memakai jaketnya.

“Gebetan dari mana? Gue baru kenal beberapa hari, tiga hari paling,” jawab Raffa.

“Jangan kira gue gak tau, Raff. Gue liat lu sama dia deket banget kayanya, akrab banget gitu. Pas istirahat aja makan bareng terus kan? Sering ngobrol juga kan?” tanya Dono. “Udahlah sana samperin, nanti keburu pergi dia,” tambahnya sambil mendorong pelan badan Raffa.

Karena ingin segera pulang, Raffa pun berjalan mendekat ke arah Saras. Sementara itu Dono mengikuti dari belakang dan mengambil jalan lain. Kebetulan motor Raffa juga terparkir dekat dengan posisi wanita itu berdiri. Ia mulai melewati satu per satu barisan motor. Jarak beberapa motor dari Saras, motor miliknya terparkir.

“Baru pulang juga?” tanya Raffa.

Saras menoleh, senyumnya terukir saat mata indahnya menangkap sosok Raffa di dekatnya. “Iya, kamu juga ya? Jam kerja kita bareng ya?” Saras berbalik bertanya.

“Ya begitulah,” jawab Raffa.

“Tapi kemarin-kemarin aku gak ketemu kamu,” ucap Saras sambil memakai helm.

“Iya, biasanya aku gak langsung pulang. Baru sekarang ini aku ngerasa capek, jadi langsung pulang deh,” kata Raffa.

Saras mengangguk pelan dan naik ke motornya, pelan-pelan ia mundurkan motornya keluar. Bunyi mesinnya terdengar dan lampu depannya menyala. “Kalo capek langsung pulang sana, terus tidur. Kalau sakit minum obat, gak usah maksa masuk besok. Telepon aku aja kalau butuh sesuatu,” ujar Saras menyarankan.

Necrolust [18+] (TAMAT) Where stories live. Discover now