957

24 5 0
                                    

Note : harap bijak umur dalam membaca karya yang satu ini

Hamparan padang rumput hijau yang bergerak secara alamiah mengikuti arah mata angin, memanjakan mata Evelyn dari balik jendela kereta besi yang sedang melaju dengan kecepatan sedang menuju ke suatu tempat.

Mobil berwarna hitam itu tak lama kemudian berhenti pada sebuah vila yang terletak persis di pinggir hutan.

Evelyn tersenyum lebar, merasa sangat antusias dengan liburan musim panas tahun ini yang mengunjungi pinggiran kota. Menghabiskan waktu musim panasnya di sini. Tidak ada alasan lain bukan untuk tidak merasa antusias?

Evelyn terburu-buru keluar dari mobil seperti seorang anak kecil, memandangi lingkungan sekitarnya dengan tatapan takjub penuh binar. Seakan-akan gadis berusia 17 tahun itu baru melihat pemandangan alam yang asri.

“Mama, bolehkah aku berjalan-jalan mengitari daerah ini?” tanya Evelyn seraya menoleh ke belakangnya untuk menatap sang Ibu yang baru saja keluar dari mobil.

Sang Ibu mengangguk saja, “Jangan terlalu masuk ke dalam hutan. Kau harus pulang ketika hari sudah sore.”

Evelyn hanya mengangguk kemudian memulai acara berkeliling lingkungan sekitarnya yang terlihat asri dan sejuk.
Vila di pinggir hutan, memiliki jarak sekitar lima meter untuk bertemu dengan tetangga. Benar-benar sebuah tempat tinggal idaman Evelyn yang menetap di kota besar dan kompleks padat penduduk. Sudah begitu, tetangganya selalu mengomentari apa yang dilakukan Evelyn. Apa pun itu, entah itu Evelyn membeli barang-barang, atau mengajak teman-temannya untuk main ke rumah, para tetangganya selalu mengomentari. Maka tidak wajar kalau Evelyn benar-benar terlihat senang ketika datang ke sini.

Gadis bersurai pirang itu dengan ceria berjalan-jalan di pinggiran hutan. Mengamati dengan saksama pohon-pohon yang berjejer dengan rapi seperti membentuk sebuah pagar. Tumbuhan merambat juga tak luput dari perhatian Evelyn yang terlihat sangat penasaran dengan hutan. Bahkan, gadis itu dengan nekat semakin masuk ke dalam hutan. Melupakan sejenak peringatan sang ibu untuk tidak terlalu masuk ke dalam hutan atau ia akan tersesat di dalam sana.

Suara kicauan burung, desisan serangga dan gesekan dedaunan yang tertiup angin. Suara khas yang hanya dapat terdengar di alam. Di perkotaan atau pun pedesaan kau tidak akan menemukannya. Maka dari itu, Evelyn terlihat menikmatinya. Sudah begitu, udaranya begitu sejuk.

“Kalau tahu akan seasyik ini, aku lebih sering berlibur ke daerah pegunungan atau pinggiran hutan.” Evelyn bergumam seraya memandang takjub puluhan batang pohon yang menjulang tinggi. Dedaunannya rimbun, hingga melindungi Evelyn dari tersengat sinar matahari secara langsung.

Gadis itu terus berjalan tanpa arah, semakin masuk ke dalam hutan tanpa disadari olehnya. Kicauan burung atau desis serangga tak lagi terdengar. Hanya sesekali terdengar suara hewan-hewan hutan yang baru pertama kali Evelyn dengar. Suasananya pun terasa semakin mencekam. Dedaunan pohon semakin lebat, membuat sekitarnya terlihat gelap seakan-akan matahari telah terbenam.

Dan karena perubahan tersebutlah Evelyn baru menyadari jika ia telah tersesat di dalam hutan. Gadis itu berhenti melangkah, memandangi sekitarnya yang hanya terdapat ratusan batang pohon yang membuat sang gadis mendadak buta arah.

“Bagaimana ini?” Evelyn menggigit jarinya. Kepanikan mendadak menyerangnya karena takut tidak bisa pulang ke rumahnya. “Jika berjalan terus ke depan sana, maka aku akan benar-benar tersesat. Dan jika aku berputar arah dan berjalan ke arah di mana aku datang, kemungkinan besar aku akan berputar-putar karena terlalu bingung dengan arah.”

Walaupun begitu, Evelyn justru melangkah ke depan. Mengabaikan sebuah kemungkinan bahwa dirinya akan semakin tersesat di dalam hutan. Atau yang paling mengerikan, ia bertemu dengan babi hutan atau hewan buas yang bisa saja menghabisi nyawanya.

ONESHOOT ASRAMA WATTPADWhere stories live. Discover now