Chapter 23

16.4K 1.8K 474
                                    


Kali ini 350+ vote, 250+ komen, okey??? 😉🤗

*****

Jaemin mengerjapkan kedua mata nya menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam penglihatannya yang masih buram. Pertama yang Jaemin lihat adalah sebuah lampu neon putih yang begitu terang dan bau obat-obatan yang sangat menyengat.

"Ngghh."

Winter mendongkak dari tidur nya saat mendengar erangan Jaemin. Sebagai seorang dokter, pendengaran Winter memang sangatlah peka walaupun hanya suara erangan.

Winter tersentak saat melihat Jaemin yang sudah membuka kedua mata nya. Winter segera mengecek keadaan Jaemin.

Keluarga Na, Taeyong, Beomgyu dan Sungchan menghampiri brankar Jaemin dan menunggu Winter yang sedang memeriksa seluruh tubuh Jaemin.

Winter bernafas lega saat memastikan keadaan Jaemin sudah membaik.

"Nana, syukurlah kau sudah bangun" Ucap Winwin mengecup pucuk kepala Jaemin.

Tubuh Jaemin tiba-tiba tersentak. Kedua tangan nya refleks memegang perut nya. Jaemin menghela nafas nya lega saat masih bisa merasakan babybump milik nya.

Renjun mengusap perut Jaemin.

"Tenang lah, mereka baik-baik saja" Ucap Renjun.

Jaemin tersenyum. Ia bersyukur jika janin nya baik-baik saja di dalam kandungan nya.

Jaemin menyentuh perut nya dengan telunjuk gemas.

"Hai baby, ini bunda. Kalian baik-baik saja kan disana. Maafkan bunda ya sempat membuat kalian ketakutan" Ucap Jaemin tersenyum.

Semua mata saling menatap satu sama lain. Winter menggelengkan kepala nya guna memberikan kode untuk tidak memberitahu Jaemin masalah salah satu bayi nya yang terlahir cacat nanti.

"Winter, bisa kah aku mendengar detak jantung baby twins? Aku merindukan suara detak jantung mereka" Ucap Jaemin.

Winter mengangguk.

"Setelah kau merasa lebih baik, aku akan mengantarmu keruanganku untuk mengecek keadaan baby twins" Ucap Winter mengusap rambut Jaemin.

Jaemin tersenyum berterima kasih. Tidak sabar untuk mendengar kehidupan di dalam tubuh nya.

*****

"Tuan Jeno, saya baru saja dapat kabar dari nyonya besar jika nyonya muda baru saja siuman" Ujar bibi Kim menghampiri ruang kerja Jeno.

Jeno menganggukan kepala nya dan memberi kode pada bibi Kim untuk segera meninggalkan ruangan nya.

Jeno mendesah pelan. Sudah dua hari ini dirinya sulit tidur dan sering mendengar suara-suara aneh. Bahkan wajah nya sangat lah kusut dengan kedua kantong mata yang menghitam.

Jeno memejamkan mata nya menyenderkan tubuh nya di kursi kerja nya. Mencoba menenangkan diri nya lagi dan lagi.

Bruk!!.

"Mau sampai kapan kau bermalam di ruangan mu Jeno?! Kau mempunyai kamar dan istri! Kenapa malah tidur disini?!" Pekik Minhee marah masuk ke dalam.

Regret - NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang