Ice | Love

213 35 0
                                    

Ice x Reader
⋇⋆✦⋆⋇ Love ⋇⋆✦⋆⋇

☆★☆

Disini gadis itu terduduk, sendiri dibawa langit senja sebagai saksi buta akan patah hatinya. [Name] memandang langit sebuah usaha agar dirinya tidak menangis sedih akan kesialan percintaannya.

"Aku benar-benar menyedihkan, seharusnya aku sadar karena ini sudah yang kedua kalinya. [Fullname] kau sangat payah!"

Racaunya terus menyalahkan diri, omongan yang keluar dari orang yang disukainya itu terus terulang-ulang dipikirannya. Cukup menyakitkan, tapi dia merasa harus terbiasa karena sudah pernah mengalami hal yang sama.

"Lo benaran suka sama si culun itu?"

"Selera lo jelek banget anjr!"

"Pfftt.. Jangan konyol, gw cuman memanfaatkan dia yang pintar dan berhubung dia suka gw kenapa tidak dimanfaatin saja gak sih?"

"Licik bener sih lo, btw elo udah lakuin dengan dia belum?"

"Ogah banget sama dia. Gw punya tipe juga kali, modelan gitu mana mau anjr, asli bikin jijik!"

"Kalau gitu kasih gw aja kali, gitu-gitu lamayan cantiklah dikit"

"Ambil aja, gw iklass nih! Hahah.."

Tawa mereka terdengar diakhiri, benar-benar puas dan tidak sadar akan keberadaan [name] dibalik tembok yang tidak sengaja mendengar omongan itu.
Ingin rasanya dia menampar mulut mereka satu persatu, tapi dia tidak memiliki muka untuk marah lantas pergi entah kemana kakinya membawa dirinya menjauh.

Air mata seketika mengalir, tidak lagi [name] sanggup menahan sakit hatinya. Dia mengutuk akan kepayahan, ketidakpekaan, kebodohan, dan semua kepercayaan yang dia berikan pada laki-laki yang tidak tepat.

"Hiks, padahal aku mencintaimu dengan tulus tapi mengapa begini? BEGO!!" teriaknya kesal diakhir.

Duk!

"Aduh!"

Rintihan itu membuat [name] terkejut dan dengan cepat menghapus air matanya, dia merasa malu karena ada seseorang selain dia disini terlebih keadaannya sedang kacau.

"Si-siapa disitu?" tanya [name] ragu

"Ugh, maaf kau berteriak membuatku terbangun dari tidur siang!" kata orang itu terlihat tidak sedang berbohong.

Lagipun rambutnya terlihat berantakan ditambah wajahnya khas orang baru saja terbangun. Setelah diperhatikan dengan teliti [name] kita sadar orang yang bersamanya saat ini adalah teman sekelasnya yang terbilang introvert, Ice.

"Ah tidak, aku yang minta maaf karena berteria- eh!"

Wajah [name] memerah, entah sejak kapan Ice sudah berada di hadapannya dan tangannya kini berada di wajah [name] hendak tuk menghapus air mata yang tersisa disana. Perasaan gadis itu menjadi bergejolak dan tidak bisa dia kendalikan bahkan air matanya kini semakin deras saja.

"Menangislah, jangan ditahan!" jelas Ice membuat emosi [name] mengambil kendali.

"Hiks.. Payah aku benar-benar payah, aku membencinya, aku benci. Huwaa!!!"

Tangisan itu semakin menjadi, Ice dengan lembut memeluk tubuh rapuh sang gadis seakan dia ialah sebuah kaca yang amat tipis. Membiarkan seragam miliknya menjadi basa oleh air mata itu, dalam diam kerutan didahi dan cacian terus terucap dihati pria itu

* * *

Sekitar 10 menit berlalu dan [name] akhirnya berhenti menangis keras, berubah menjadi isakan kecil, suaranya serak merusaha menghentikan tangisnya. Menyadari bahwa dia telah memperlihatkan dirinya yang lemah pada Pria dihadapannya membuatnya merasa malu.

"Terimakasih untuk waktunya, aku sudah sedikit membaik!" ucap [name] menunduk malu

Ice mengangguk memandang wajah sang gadis, entah apa yang ada dipikirannya. Tangannya kembali terulur membuat pada wajah [name] mengarahkannya untuk memandang dirinya. Cukup lama iris berbeda warna itu saling memandang, hingga. .

Cup!

"Dengar! Jika terjadi sesuatu datanglah padaku, aku akan menerimamu kapanpun itu. Pulanglah, sudah malam!"

Dua kalimat itu menjadi akhir pembicaraan mereka, Ice meninggalkan [name] yang diam membatu berusaha memahami kejadian beberapa detik tadi. Dalam hitungan detik wajahnya memerah bagaikan tomat.

"Heh?! Yang benar saja?!" teriak [name] sambil menyentuh kening bekas kecupan tersebut, adegan tadi terus berulang-ulang dikepalanya membuat dirinya makin memanas.




~Omake~

Ice tersenyum kecil, tangannya naik terlihat berusaha menutupi wajahnya. Hali dan Gempa yang kebetulan pulang bersamanya saling memandang lalu tersenyum kecil melirik adik tengah mereka

"Sudah mulai bergerak rupanya."

"Entah apa yang terjadi, nampaknya itu hal yang baik!"

"Apa dia tidak sadar bahwa telinganya memerah?"

"Hahah.. Cinta selalu tidak terduga bukan?"

End
~ Ice | Love ~

.

.

.

Hiyaa..
Meletoy gak tu?
Saya harapnya iya sih🗿

About You and Me | BoboiboyWhere stories live. Discover now