𝖍 : lembar 03 ✿

1.2K 128 6
                                    

Matahari mulai terbit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari mulai terbit. Langit mendung mendominasi membuat suasana nyaman untuk melanjutkan berkelana di alam mimpi. Arkana, anak itu hingga jarum jam berpindah ke angka 6, tidak ada pergerakan untuk bangun. Pemuda itu terlalu menyayangi tempat tidurnya dengan selimut tebal, membuatnya lebih melebih tidak bisa bangkit meninggalkan tempat tidur.

Arkana bahkan telah menghiraukan ketukan demi ketukan yang berasal dari pintu kamarnya yang di ketuk oleh sang bunda.

Karena sebuah naluri takut untuk durhaka pada bunda, Arkana-pun bersikeras membuka matanya walau rasanya tak tega. Hendak bangun, namun tubuhnya lantas tidak bisa digerakkan. Rasanya persis seperti peristiwa kemarin sore.

Perempuan dengan dress merah dengan rambut ikal. Duduk di perut Arkana, wajahnya menghadap ke arah pintu. Sontak Arkana langsung memejamkan matanya erat.

"Kamu, bisa liat aku?"

'Apa-apaan! Aku kan punya mata, jelas bisa lihat kamu!' Batinnya bersuara. Pasalnya, perempuan itu mempunyai wajah pucat. Bahkan Arkana dapat merasakan aura dingin disekitarnya. Apa dia hantu?

Merasa badannya dapat digerakkan, Arkana segera membuka matanya. Namun,

"Kamu berkontak mata denganku. Kamu bisa melihatku!"

"AAAAAAAAA!" Hantu. Perempuan itu bisa Arkana simpulkan hantu. Dengan caranya menempel pada langit - langit kamar, persis berada di atas Arkana. Arkana pun langsung berlari membuka pintu dengan berisik.

"Bang Kana kenapa ya?" Heran Arjuna di meja makan berkumpul dengan lima saudaranya.

dugg

Arkana terjatuh pada anak tangga terakhir dengan tatapan kosong, tidak mengeluh merasa sakit. Arsa berlari mendekat, "Abang kok turun tangga aja remidi?"

Arkana tetap masih tak kunjung menjawab.

Raka mendekat, mengelus bahu sang kakak. "Sadar, bang." Seakan ajaib, tangan Raka membuat Arkana tersentak memundur.

"Eh? Anu .. Arsa! Abang pinjem kamar mandi di kamar mu dulu ya!" Kata Arkana kikuk. Tanpa mendengar persetujuan Arsa, Arkana telah berlari ke dalam kamar Arsa.

"Itu, bang Kana kenapa deh?" Langit membuka suara setelah dirinya selesai melihat kelakuan aneh dari Arkana pagi ini.

"Kemarin juga, bang Kana jatuh duduk di taman belakang rumah. Gak biasanya bang Kana, kaya gitu?" Angkasa menimpali.

"Bang Kana, orang pertama."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2] adinata ; enhypen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang