𝖍 : lembar 06 ✿

1.4K 147 8
                                    

Arkana sontak mengacir kabur dari ruangan tanpa memperdulikan rasa pening yang menyerangnya, membuat bunda ikut gelagapan panik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arkana sontak mengacir kabur dari ruangan tanpa memperdulikan rasa pening yang menyerangnya, membuat bunda ikut gelagapan panik. Melewati ayah Adinata juga yang sedang menyelesaikan administrasi rumah sakit.

Arkana berlari menyusuri jalan raya yang cukup jauh, untuk menuju rumah kediamannya. Untuk menoleh kebelakang saja Arkana sangat takut, apalagi berinteraksi sebatas menanyakan apa yang dibutuhkan setan itu sehingga terus mengikutinya.

Penampilan hantu korban bunuh diri itu sangat menyeramkan. Seragamnya total terpenuhi darahnya. Bisa dibayangkan sebanyak apa sisa darah yang tertinggal di tempat kejadian peristiwa.

Bahkan saking menakutkannya, hantu penunggu sungai yang Arkana sebelumnya takuti pun kalah seram. Hantu penunggu itu pun menjadi insecure karna kalah seram oleh sosok yang masih mengikuti Arkana di belakang.

Begitu masuk kedalam gang perumahan, hawanya semakin bertambah lebih mencekam. Ditambah lagi, sosok yang mengikutinya tak henti-hentinya memanggil namanya. Terlintas sejenak di benaknya, mengapa nama dirinya juga terkenal di kalangan kelompok makhluk halus penasaran?

bughh

Arkana nyungsep dengan tidak elitnya.

"Ih, kamu takut ya?"

Sialan. Pake nanya lagi!

Posisi Arkana berlutut menunduk di tengah jalan, membuat Arkana mendapat nyinyiran dari orang-orang pelintas.

"Ini anaknya yang tinggal di deket kolam lele itu ya?"

"Kok anaknya jadi gak waras begini toh? Sing jadilah aku comblangin sama anakku."

Arkana merutuki ibu-ibu komplek perumahannya itu. Tanpa sadar menyumpahi agar hantu bunuh diri yang mengikutinya, berpindah mengikuti dua ibu-ibu itu. Masih menolak untuk mendongak, karna takut jumpscare, Arkana tetap setia mempertahankan posisinya, tanpa menghiraukan kendaraan-kendaraan yang lewat sambil menatapnya aneh.

Tak lama waktu berjalan. Arkana merasa dirinya tersorot oleh lampu yang menderang. Arkana rasa itu berasal dari mobil yang persis berada di belakangnya.

"Jalan aja pak. Kanan saya kosong kok. Saya ga bisa bangun, ada setan di depan saya." Lirih Arkana ketika mendengar dentuman pijakan, yang berarti pengendara itu sedang berjalan ke arahnya.

"Arkana! Ya Tuhan, nak!" Rupanya pengendara mobil yang menyorotkan secerah kehidupan itu, orangtua Arkana sendiri.

Bunda Adinata histeris bingung melihat putranya yang berada di ambang kewarasan. Begitupun dengan sang ayah yang tak jauh berbeda. Ayah Adinata menutupi Arkana dengan kain yang cukup menutupi tubuh Arkana, sebelum merasa lebih malu lagi.

Di dalam mobil, Arkana masih kunjung merengek tidak ingin membuka matanya.

"Setan apa, nak?"

Yaampun, emak siapa ini? random pisan.

[2] adinata ; enhypen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang