𝖍 : lembar 08 ✿

691 98 3
                                    

"Anak kamu?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Anak kamu?"

'Inik kimi, nggak tante. Saya peserta jaipongan!' Batin Arkana tak terjeda henti merutuki ibu-ibu komplek yang sedari tadi mencoba mencomblangkannya dengan anak gadis mereka. Sangat menyebalkan rasanya untuk ikut ke rumah duka om botak.

"Iya, Tri. Anak kamu seumuran Arkana kan ya? Yang dulu, jadi nggak?"

'Yang dulu? Jangan-jangan aku di jodohin kaya di sinetron?' Arkana bertahan untuk tidak kabur demi harga dirinya juga sang bunda. Jika saja bukan karna alasan bunda yang seakan dikejar oleh pembunuh yang masih berkeliaran.

"Duh iya nih, sayangnya Kejora sedang ada kelas tambahan. Tidak memungkinkan menyempatkan waktu untuk ikut berkunjung kesini, Ra."

Tiba-tiba lawan bicara bunda Arkana menatapnya, lalu mencubit pipi Arkana gemas. "Kamu bakal suka deh sama Kejora! Anaknya cantik, cocok deh sama kamu." Arkana hanya membalas dengan senyum paksaan.

'Saya gak suka gadis, tante.' Ingin sekali Arkana berteriak seperti itu di depan wajah sahabat bundanya.

"Yuk, masuk. Doa bersama bakal dimulai." Bunda Adinata mengaitkan tangannya dengan tangan putranya. Begitu masuk ke dalam rumah duka, semua mata tertuju pada Arkana. 'Kayak gak pernah liat orang cakep aja!' Arkana merasa seperti artis dadakan jika begini.

Diantara kerumunan orang, Arkana menatap satu sosok ibu begitu lamat. Di punggungnya, bertengger sosok hantu bunuh diri di sekolahnya saat itu.

Tunggu? Jadi selama ini Arkana tidak diganggu lagi karna kini hantu itu menempeli orang lain?

Arkana merutuki ibu-ibu komplek perumahannya itu. Tanpa sadar menyumpahi agar hantu bunuh diri yang mengikutinya, berpindah mengikuti dua ibu-ibu itu.

Ah ya! Mengapa sosok itu langsung mematuhinya? Terlebih Arkana berbicara dalam hati, juga tidak serius. Apa hantu dapat mendengar suara hati?

Hantu itu berkontak mata dengannya.

Tubuh Arkana menegang. Keringat dingin menguar kembali.

Caranya menatap Arkana, sangat menyeramkan. Seperti mempunyai dendam pada Arkana?

"Kana, ikut ambil kotakan tuh, disana." Pinta Bunda, membuat Arkana mengalihkan pandangannya bertatapan dengan sang bunda. Arkana hanya dapat mengangguk malas sebelum kembali menengok ke arah sosok hantu bundir itu berada.

Hantu itu telah hilang begitu saja bersamaan dengan datangnya arwah om botak, yang menampakkan wujud asli penuh darah, tidak jauh menyeramkan dari hantu bunuh diri sebelumnya.

"Tolong."

Arkana kabur.

Iya, kabur pake jurus seribu bayangan ke tempat antrean ngambil jatah kotakannya. Untuk kontak mata sama makhluk begituan aja Arkana ga kuat, apalagi komunikasi? Arkana terlalu takut untuk mengambil langkah lebih jauh lagi. Apalagi, dirinya baru saja tercemplung pada dunia baru dimana makhluk yang tak terlihat, selalu berada di setiap aktivitasnya, kini Arkana dapat melihatnya satu demi satu.

[2] adinata ; enhypen ✓Where stories live. Discover now