𝖊 : lembar 29 ✿

382 55 18
                                    

"Lotus?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lotus?"

Terdiam. Arkana terdiam mematung. Otaknya sedang mencerna apa yang terjadi didepannya, terlalu lambat otaknya bekerja tentang hal-hal seperti ini.

Ketika saudaranya yang lain sedang ketar-ketir ketakutan akan sosok menyeramkan penuh darah, dress merah, rambut kusut memanjang dan mengembang, juga mata merah yang menyorot tajam pada mereka seakan akan menyantap habis mereka pada saat itu juga.

Arkana baru mengingat akan perkataan peringatan dari beberapa arwah-arwah penasaran yang selama ini ia pernah bantu. Mereka mengatakan bahwa ada sosok arwah ber-energi negatif yang mempunyai aura yang sangat kuat disekitarnya. Katanya, arwah itu selalu berada bersama Arkana. Namun bodohnya, Arkana baru menyadari bahwa arwah yang mereka maksud adalah yang tak lain, Lotus, penunggu kamar miliknya.

Arkana mengira Lotus adalah tipe arwah penasaran yang gemar menjaga orang. Nyatanya, Lotus lah penyebab seluruh hantu-hantu berpakaian sekolah mendatanginya terus menerus meminta pertolongan.

Arkana pun secara reflek tertawa miris melihat kegoblokkannya.

Didepan sana, Lotus mengambang, kakinya tak menapak pada lantai kayu. Lehernya menengok patah-patah menambah ketakutan mereka yang masih tergolong manusia.

Sosok Lotus yang sangat menyeramkan, apalagi aura negatifnya yang sangat kuat, membuat tujuh saudara itu tak bisa berkutik. Tubuh mereka seakan dipaksa tak boleh bergerak. Hendak berlari pun rasanya kaki mereka seperti tertanam kebawah lantai.

Sungguh, yang ada didepan mereka seperti bukan Lotus yang biasa Arkana lihat di kamarnya. Lotus yang biasa ia lihat, anggun, cantik, dan positive vibes. Jauh berbeda dengan tampilannya sekarang. Apakah ini yang namanya disesatkan oleh hantu?

Sosok Lotus tertawa menggelegar. Kata Anggasta, ketawanya mirip decitan pintu. Entah apa yang lucu dimata arwah itu, padahal mereka tak ada membuat suatu lelucon. Receh sekali.

"Kejutan!" Tak ada lagi nada lembut menghangatkan hati pada tutur Lotus. Nada itu mendadak sangat menyeramkan. Apalagi, setelah ia berbicara, wajahnya menampilkan ekspresi menjengkelkan.

"Apa maksud semua ini, kak?" Lirih Arkana kecewa. Bagaimana tidak? Selama ini, dari awal mulainya semua konflik mistis dalam hidupnya, Lotus lah yang selalu bersamanya. Lotus bertindak menjaga dan melindunginya. Hingga sekarang, Lotus tiba-tiba menjadi sosok arwah hantu paling menyeramkan yang pernah Arkana lihat.

"Apa maksud semua ini?" Tawa Lotus pun pecah. Terdengar sangat seram, namun tidak menurut Anggasta. Anak kelima dari keturunan Adinata itu sibuk menahan tawanya agar tak ikut nimbrung dengan Lotus.

Namun sayangnya, usaha yang Anggasta lakukan untuk menahan tawanya sia-sia. Lotus menengok patah-patah padanya, dan jangan lupakan matanya yang melotot hampir keluar itu. "Hey, bocah lucu! Apa yang sedang kamu tertawakan? Apa ada yang lucu disini?"

Arkana mengendus kesal. Dalam batinnya ia mengeluh, Asta, jangan berulah disaat genting seperti ini dong!

Lain dengan ekspresi Anggasta sekarang. Anggasta malah semakin mengembangkan senyumnya. "Kata bunda, kita nggak boleh takut dengan makhluk seperti dirimu. Derajat kita lebih tinggi, jadi kamu tidak usah sok mengeluarkan aura menyeramkan. Kamu itu jelek! Gantengan juga aku!"

Merasa direndahkan, dan entah mengapa kini Lotus tak seseram awal dimana ia muncul. Namun matanya masih menyorot tajam pada Anggasta, dan apa yang Lotus lakukan, semuanya tak luput dari penglihatan Arkana.

Khawatirnya Arkana ternyata menjadi kenyataan. Lotus malah tersenyum licik dengan pandangan yang masih terkunci pada adiknya, Anggasta. Hal itu tentunya membuat Arkana panik dan berjalan cepat, lalu berdiri di depan sang adik layaknya sebuah tameng.

"Apapun pikiran licik yang sedang kamu rancang untuk mencelakai adikku, tolong, jangan lakukan itu." Lirih Arkana.

Melihat Arkana yang paling tua diantara tujuh bersaudara, para adiknya yang lain mengikuti Arkana melindungi Anggasta. Mereka membuat formasi melingkar menutupi Anggasta. Sedangkan yang sedang berusaha dilindungi hanya mengernyit bingung. "Kita mau main kotak pos?" Gumam Anggasta.

Suasana semakin mencekam ketika Lotus memutar bola matanya dan menangis namun mengeluarkan darah.

Sejak kapan juga ada badai bertiup kencang seakan Lotus yang mengendalikan semuanya. Tapi sepertinya memang iya. Arwah itu memusatkan seluruh energi dari berbagai alam untuk segera menjadi miliknya.

"Wah, apa kita akan mati sekarang? Apa dia akan memakan kita?"

Arsa yang paling dekat dengan Langit pun segera memberi tabokan emosi. "Mulutmu!"

Namun sedetik kemudian, Arsa kembali bersuara, "Tapi sepertinya ... memang benar. Dia seperti orang kelaparan." Cicit Arsa.

"Jiwa-jiwa yang sedang bersedih .." Lotus mengulang kata demi kata yang sama. Lalu kembali membuka matanya, dan kembali juga menatap menakutkan tujuh bersaudara itu. "Jiwa-jiwa sedih ada didalam tubuh kalian!" Lotus berdecak mengejek sebelum melanjutkan kalimatnya kembali, "Aku suka jiwa-jiwa bersedih seperti kalian." Tawa Lotus pun pecah kembali.

Selain mengamati kegilaan Lotus, Arkana juga membagi fokusnya pada hal lain yaitu, Raka. Raka sedari tadi menatap nyalang pada Lotus, dan genggaman tangan Raka kian mengerat padanya.

"Raka-"

"Kak Sola!"

Kabut tebal persis seperti kejadian sebelumnya, kini muncul kembali. Saat itu, Mashika yang hilang ditengah tebalnya kabut. Namun kini, Lotus yang hilang seperti dilahap habis oleh kabut itu.

"Kok hilang?"

"Ya Tuhan, aku bersyukur! Arwah menyeramkan itu tidak jadi memakan ku!"

"Kak Sola? Raka, siapa kak Sola?" Tanya Angkasa.

"Raka, apa Sola yang kamu maksud itu .. Solana?" Arkana ikut menimpali.

"Solana siapa lagi?" Prustasi Arsa.

Raka berdehem menetralisir rasa gugup akibat banyak tatapan yang ia terima. "Kak Sola itu seperti penjagaku. Kalian masing-masing juga punya kok!" Raka berpindah menatap Arkana, "Iya, dia Solana. Sosok hantu penyuka bunga di taman abang suka kunjungi." Lanjutnya.

"Tunggu, bukankah arwah berbaju merah yang menyeramkan tadi adalah arwah pendendam? Bagaimana bisa ia dihilangkan oleh hantu penjaga?" Tanya Angkasa.

Raka menggeleng pelan, "Kak Sola bukan hantu penjaga biasa. Kak Sola telah tiada lebih lama dari Lotus."

"Bagaimana kamu tau? Aku saja tidak tau!"

"Makanya, kalau kalian ketemu hantu itu, tanya latar belakangnya dulu! Jangan seperti bang Kana yang asal membantu arwah-arwah penasaran." Jelas Raka.

"Tapi aku rasa, kamu belum menceritakan semuanya, Raka?"

"Tapi aku rasa, kamu belum menceritakan semuanya, Raka?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

frumpoussun, 070622

[2] adinata ; enhypen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang