𝖍 : lembar 17 ✿

434 68 5
                                    

"Tingkahmu tidak seperti biasanya, bang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tingkahmu tidak seperti biasanya, bang?"

Sepanjang perjalanan, Arjuna yang beriringan berjalan bersama Anggasta pun menemui kejanggalan. Sejak mereka berlima melewati gubug bertuliskan nomor 20374, Anggasta langsung menduduk sepanjang perjalanan, juga seakan yang paling tau tentang alam ilusi ini sehingga menunjukan arah.

Anggasta menoleh ke Arjuna dengan tatapan menukik tajam menyeramkan, jangan lupakan senyum miring yang aneh. "Kamu kepo banget."

Arsa yang awalnya hanya menyimak kedua adik termudanya didepan, kini mendadak berhenti berjalan dan menatap Anggasta lamat. "Nada bicara Asta gak kayak gitu. Dan, aku pernah dengar nada itu. Tapi .. dimana?" Arsa bergumam pelan namun dapat didengar oleh Langit dan Angkasa yang berada tidak jauh.

"Kamu bukan Anggasta, ya?" Arsa hanya mengeluarkan opininya yang sedari tadi ada di benaknya. Tapi Anggasta malah menatapnya tajam, namun sedetiknya melunak.

"Yahh, aku ketahuan."

Lari atau tidak?

Tapi jika berlari, mereka tidak tahu arah jalan pulang ..

"Tunggu." Arwah dalam tubuh Anggasta itu menghentikan aba-aba keempatnya untuk berlari. "Jangan kembali kebelakang lagi." Arwah itu menggerakkan tangan Anggasta menunjuk kumpulan kabut tebal yang berada di belakang mereka. "Jika kalian menyentuh kabut itu, maka nyawa kalian akan terjebak selamanya disini."

"Kamu tidak mencoba untuk membohongi kami, kan?" Arsa bertanya ragu.

Arwah dalam tubuh Anggasta membuat pergerakan memutar bola mata dengan sinisnya, lalu mendecih. "Aku bukan jenis hantu yang gemar menyesatkan manusia loh, ya."

Haruskah mereka percaya akan perkataan manis, dan meyakinkan itu?

"Mau sampai kapan kalian akan mematung disana? Hingga kabut memakan habis roh kalian?"

Sontak keempat sisanya mengacir mengikuti arwah dalam tubuh Anggasta itu yang berperan sebagai pemandu ditengah kabutnya alam ilusi. Masalah akan disesatkan belakangan saja. Yang terpenting Arkana harus ditemukan.

Mereka berjalan cukup jauh dari kabut yang terus merambat, hingga sampai pada jalan setapak yang disampingnya terdapat tanaman bunga bermekaran. Ingatkan sekali lagi, ini ilusi. Jika usil mencabut bunga itu, bisa dipastikan mati saat itu juga.

Melewati jalan setapak yang mengharuskan mereka berlima berjalan bergantian, Arjuna yang berada di belakang Anggasta tidak sengaja menarik baju Anggasta karna tidak dapat menjaga keseimbangan. Hingga kejanggalan kembali didapatkan.

Arjuna melihat orang lain lagi disampingnya. Persis disampingnya memakai baju khas jaman dahulu, dengan kulit pucat. Juga pada kulitnya yang meninggalkan corak-corak luka di sekujur tubuhnya yang tidak tertutupi baju.

Apa itu hantu juga?

"Mataku mendadak menjadi ajaib!" Arjuna berhenti ditengah perjalanan diikuti ketiga kakaknya dibelakangnya. Arwah dalam tubuh Anggasta yang merasa wadah yang dirasukinya tertarik hingga kecengklak kebelakang hanya meringis kesal pada bocil berisik sehabis melihat makhluk tak kasat mata itu.

[2] adinata ; enhypen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang