6. Kebersamaan

36.2K 3.5K 70
                                    

      Hari ini Braza akan kembali ke kantor, semenjak di angkat menjadi CEO muda di perusahaan milik papihnya, dia libur 3 hari sebagai upaya istirahat agar saat mendapat banyak tugas dia mampu.

"Harus ikut? Ngapain? Mau upload di wattpad, belum tulis satu bab pun." keluh Kayera lesu.

Braza tidak menyahut, masih sibuk merapihkan dasi, meraih sepatu kerja di ikuti Kayera yang meraih sepatu santai.

"Harus ikut?" Kayera kembali bersuara dengan lesu."di sana ngapain?" lanjutnya seraya memakai sepatu.

"Di sana bisa sambil tulis cerita." jawab Braza acuh lalu berdiri dengan kembali merapihkan penampilan.

Kayera yang selesai pun berdiri, melirik sebelah tangan Braza yang terulur kearahnya.

"Ha? Ngapain?"

Braza menarik kembali tangannya lalu berbalik dan berjalan. Kayera hanya geleng - geleng kepala walau samar.

"Yakin harus ikut?" Kayera kembali bersuara.

Braza hanya tersenyum samar, Kayera benar - benar berisik namun lucu. Padahal usia mereka bukan anak di bawah 20 tahun lagi.

***

Braza  melirik Kayera yang sibuk di depan laptop lalu kembali fokus pada berkas yang harus dia tanda tangani.

"Wih! Yes - yes!!" seru Kayera seraya berdiri dan berjoget - joget tidak jelas.

Braza tersenyum sangat tipis melihatnya, inilah salah satu alasan kenapa dia ingin membawa Kayera ke kantornya.

Kayera bisa menjadi hiburan karena sekitarnya terlalu sepi. Rasanya waktu berlalu begitu lambat, membuat Braza cukup jenuh. Berbeda kalau ada Kayera.

"Baru upload bentar, udah mau 1000 votenya, ga ada pembaca gaib sih ini." senang Kayera dengan kembali semangat menulis.

Idenya jadi bermunculan kalau begitu responnya, mana komentarnya banyak bukan cuma next. Fix sih, Kayera akan double up!

Braza terlihat kembali serius, meneliti kekurangan dalam data di depannya. Alisnya sampai bertaut saking serius.

Usia baru mau 25 tahun, tahun ini. Tapi, sudah di beri beban yang berat. Rasanya dia ingin terus magang saja jadi karyawan papihnya.

Waktu bahkan berlalu cepat, dari pagi hingga siang bagai 30 menit rasanya.

"Ga makan?" Kayera menguap, menghampiri Braza yang masih berkutat dengan tumpukan kertas.

Braza hanya melirik Kayera yang sepertinya baru bangun tidur.

"Ihh di tanya juga, ga jawab!" amuk Kayera dengan lesu karena masih ngantuk.

Braza membubuhkan satu tanda tangan di berkas itu lalu memutuskan untuk istirahat.

Braza beranjak, meregangkan leher dan pinggangnya tanpa peduli dengan gerutuan Kayera teruntuknya.

"Makan apa?" Braza fokus ke ponsel sekilas.

Kayera kembali cerah."Apa ya? Yang cepet aja." jawabnya seraya kembali selonjoran di sofa mahal itu.

Braza mulai mengetik pesan, mengirimnya pada asistennya yang ada di luar.

Braza melirik Kayera yang acuh di sofa, bahkan tanpa sadar kalau kaosnya tertarik ke atas hampir setengah perut.

Braza tersenyum sangat samar, dia senang karena Kayera sudah mulai membiasakan diri. Tidak canggung dan menghindar.

Kalau memang bisa, rasanya Braza ingin bertanggung jawab. Tapi tak apa, dia akan menikmati waktunya dengan Kayera seperti sekarang ini.

"Minta ke bang Rayel ga di denger mulu, mana masih ngutang sejuta! Mau beli ini." Kayera menekuk wajahnya, menatap Braza dengan agak merengek.

Braza menyambut Kayera yang mendekat dan mengulurkan ponsel.

"Minta ke mimi lagi sensi, ke papih bakalan di kasih tapi malu, banyak mau." keluhnya dengan bibir maju seperti bebek.

Braza masih mengamati tas yang harganya seharga 5 motor atau satu mobil bekas.

"Mau itu—" tunjuknya ke ponsel."beliin, plis, hm?" mohonnya.

Braza mengangguk tanpa beban seraya mengembalikan ponsel Kayera kepada si empunya.

"Serius?! Ihhh baikkk deh.." Kayera berseru seraya memeluk Braza dari samping sekilas.

"Kerja mau kapan? Sayang ijazah, ipknya bagus." Braza melipat lengan kemejanya, bersiap sambil menunggu makanan datang.

Kayera di singgung itu kembali cemberut."Ga mau bahas, masih mau liburan." tegasnya seraya sibuk memilih warna tas dan mulai membelinya.

"Udah 2 tahun." kata Braza dengan masih datar - datar saja.

"Nih, bayar dulu jangan bahas kerja." kata Kayera seraya memberikan ponselnya pada Braza.

Braza menyimpan ponsel Kayera di paha, membuka dompet lalu memberikan satu kartu berharganya ke Kayera.

"Pake ini, beli apapun yang kamu mau, Kay."

Kayera sontak terharu, mengambil kartu itu begitu dramatis. Moodnya langsung melesat naik.

Braza menggeleng samar melihatnya, kepribadian Kayera sungguh banyak. Kadang kekanak - kanakan, kadang dewasa, kadang marah - marah, kadang usil, kadang konyol, kadang damai adem ayem, masih banyak lagi.

Sungguh berbeda jauh dengannya yang datar, minim ekspresi dan bingung mengungkapkan keinginan.

Sungguh berbeda jauh dengannya yang datar, minim ekspresi dan bingung mengungkapkan keinginan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Sex On The Beach (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang