18. Berantem

28.6K 2.5K 52
                                    


       Braza melirik Kayera yang menatapnya syok itu, ternyata suara bedebug itu berasal dari kamar Rayel dan bisa Kayera lihat memar, darah menghiasi wajah datar nan tampan milik Braza.

Kayera menatap Rayel yang terengah di sofa pojok, kepalanya merunduk dengan tangan masih terkepal.

Braza berdiri dengan agak tertatih, perutnya cukup sakit karena pukulan maupun tendangan yang di berikan Rayel.

Braza menerima semuanya, dia memang pantas karena sudah membuat masa depan Kayera menjadi rumit.

Rayel mengerang kesal dengan tatapan kini menatap Kayera penuh penyesalan.

Adiknya itu sudah di siksa batin oleh keluarga miminya dan kini apa lagi? Kenapa adiknya itu begitu sial!

Rayel berdiri, mendorong jauh Braza yang hendak memeluk Kayera yang bergetar syok.

Braza kembali terjatuh, bibirnya yang lebam dan berdarah meringis pelan setelahnya.

"Bang!" Kayera berseru dengan bibir bergetar, pikirannya menduga kalau Rayel sudah tahu semuanya.

Rayel terisak sembari meraih kepala Kayera dan di peluknya dia erat. Rayel menyesal karena membuat Kayera lari ke club gara - gara singgungan beberapa keluarga saat pernikahan Yeri. Saat itu Kayera pasti sangat tersakiti sampai rela masuk ke club dan minum - minum.

Adiknya itu tidak nakal, Rayel sangat tahu.

Kayera tidak bisa membendung air matanya, semua sesak dan beban seolah tumpah ke dalam pelukan Rayel.

"Pasti takut, hm?" suara Rayel bergetar lirih apalagi saat mendengar tangisan Kayera yang pecah dan menyesakan.

Braza yang masih di lantai menunduk, tidak tega melihat Kayera menangis begitu menyesakan.

Hamil memang anugrah, hanya saja waktunya yang salah dan posisinya yang tidak tepatlah yang menjadikan kehamilan Kayera begitu membebani siapa pun yang mengetahui.

"Kay takut, bang. Gimana pandangan orang nanti hiks mimi pasti kecewa berat, ki-kita keluarga dan hancur karena—" Kayera semakin kencang menangis, rasanya begitu menyesakan hanya untuk berucap saja.

"Maafin abang, Kay." sesal Rayel dengan semakin mengeratkan pelukannya.

Keduanya terus menangis, menyalurkan rasa yang kacau balau tak karuan.

Rayel mengusap punggung Kayera."Ada abang, semua akan baik - baik aja, jangan banyak pikiran, hm? Kasihan debay." di urai pelukannya.

Rayel menyeka air mata yang terus mengalir itu, Rayel pun menyeka air matanya sendiri.

"Ada apapun panggil abang, jangan dia!" tunjuk Rayel pada Braza dengan aura permusuhan yang ketara.

Kayera menggeleng samar, dia tidak mau Rayel membenci Braza karena yang salah bukan hanya Braza.

"Braza ayahnya, kenapa abang benci, Braza?" Kayera kembali terisak, dia semakin takut menjadi alasan keluarganya hancur.

Kayera mendekati Braza, berjongkok dengan menatap wajah penuh noda itu dengan tangis semakin deras.

"Abang kenapa pukul, Braza." isaknya seraya mengulurkan tangan untuk mengusap memar di pipi Braza.

Braza membisu dengan menatap Kayera lekat, menerima usapannya seraya menyeka air mata Kayera.

Rayel masih berdiri dengan tidak sanggup menatap keduanya, dia masih kecewa pada Braza, keadaan dan dirinya sendiri.

Rayel merasa gagal jadi abang untuk Kayera.

Sex On The Beach (TAMAT)Where stories live. Discover now