Five

70 17 0
                                    

Evanescent.

"Kakak lama banget masuknya, IH!"

Sekiranya, itulah keluhan pertama yang datang dari Ace Trappola saat panggilan video dilakukan oleh beberapa orang sambil menatap layar laptop yang dibagi atas beberapa kotak kecil berisi orang-orang yang hadir dalam panggilan video yang dibuatnya.

Singkat kata, mereka tengah melakukan panggan video secara online. Katanya, sih, 'ngobrol ria, hingga tak ada ujungnya'. Russet dengan laptop yang Idia buatkan untuknya itu hanya cekikikan menatap layar sambil sesekali menyuap potongan buah dalam sajian salad buahnya.

Dalam siang yang paginya dilalui untuk menyusur hutan bahkan sebelum ina mulai menyinari bumi melalui sinar kuning yang menembus pohon-pohon di dalam hutan, hanya terdengar suara dari sepatu kuda yang berdepak dengan pijakan bumi saat malam masih belum berlalu.

Idia sendiri tidak keberatan atas ajakan Russet pada pagi-pagi buta untuk menjajal sekali hewan besar berkaki empat yang dihadiahkan oleh ayah mertuanya, sebagai hadiah pertunangan. Tentu, Russet menerimanya dengan senang hati. Tidak mungkin juga gadis itu membawa kuda putihnya dalam lingkungan kampus. Maka hal yang paling benar adalah membiarkan kudanya bergabung dengan kuda-kuda lain dalam pondok kekasihnya. Tidak sulit membedakan yang mana kudanya, hanya kuda Russet yang memiliki rambut berwarna putih bersih.

"Ah, masih ingat cara mengendalikannya?" Idia bertanya sedemikian rupa setelah memacu kudanya dalam hutan untuk mengejar Russet yang lebih dulu memacu kuda betinanya untuk berlari dan untungnya, Idia menemukan kekasihnya sedang berdiri di tepi sungai dengan suara ayar yang mengalir. Begitu sejuk dan hening. Sangat nyaman, jauh dari hiruk pikuk perkotaan dan kepenatan dalam berbagai hal. Gadis itu membiarkan kudanya menyapu lidah pada air jernih dengan tangannya yang membelai bulu-bulu halus kuda berwarna putihnya,

"Tentu saja." Russet berbangga, "Ayahmu mengajariku dengan baik, dan aku tentu mengingatnya hingga saat ini." tuturnya, "Namun, aku tidak pernah mengendalikan kudaku, aku hanya mengendarainya dengan cinta, benar begitu Eirwen?" tanya Russet, dan segera kuda itu meringkik mempertemukan seluruh wajahnya dengan majikannya,

Idia menghela napas pendek di atas kuda hitamnya, pemuda yang melihat hal tersebut langsung memutar bola matanya malas.

"Ayo kembali, dan mandi."

Eirwennama kudanya Russet, telah selesai meminum air. Hewan tersebut kembali ditunggangi oleh majikannya yang memandang Idia dengan tatapan memohon, dan tatapan yang tidak akan bisa membuat Idia lari. 

"Dua putaran lagi, ya?"

"Liburan 'kan masih lama. Siapa suruh gak pulang!?" Russet mencecar balik Ace, yang dicecar hanya cengengesan sambil memakan keripik kentangnya,

Idia ada di sisinya, bersandar sambil memainkan nintendo switch. Seakan tidak peduli dengan obrolan ngalur ngidul yang dilakukan oleh kekasihnya dengan beberapa juniornya, namun, ia memasang telinga baik-baik terhadap apa yang dibicarakan. Sesekali Russet memainkan surai panjang Idia dan menjadikannya kumis melintang pada wajahnya di antara hidung dan mulut.

"Sebentar, deh, kak..." Andela yang mulai menyadari sesuatu,"Kakak bajunya samaan, ya? ASIK. KAK IDIA NENGOK DONG, ADUH, NANTI AKU BELIKAN PERMEN APEL PAS MASUK. IH!!"

Idia yang sadar karena dirinya diejek saat itu, kemudian meraih tangan Russet dengan sembarang dan menutup sisi wajahnya sambil menyembunyikan tawa.

"Malu." Kekeh Russet, "Andela dari tadi sambil dandan, ya? Mau ngapain? Kondangan?"

"Disuruh kak Vil, nih." Balas pujaan hati Azul, tak lupa mengerucutkan bibir, "Males banget, aku disuruh ikut Fashion Show NRC, kak."

"Lah, jadi?" tanggap Russet yang membiarkan Idia mulai merebahkan kepala di atas pangkuannya, "Aku kira wacana BEM saja."

AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang