016. Pertemuan Singkat

61 6 1
                                    

"Jangan keras kepala, perasaan seseorang tidak selamanya hanya untuk kamu"

-GISTARA ADELIA-

Beberapa hari setelah pertemuan singkat dengan Akbar ditaman belakang kini Adel merasa ada yang aneh. Perasaan apakah ini?

"Gue kenapa?" tanya Adel pada dirinya sendiri.

Selama dikoridor Adel sama sekali enggan mengangkat kepalanya sekedar untuk menoleh atau menyapa, karena untuk apa juga kan? Adel juga tidak memiliki teman seperti yang lainnya.

"Adel" panggil seseorang yang tiba tiba datang menghalangi jalan Adel.

Adel masih tetap pada posisinya.

Menunduk.

"Adel, gue manggil lo!" sentak seseorang itu kesal melihat respon Adel yang acuh padanya.

Dengan malas akhirnya Adel mengangkat kepalanya dan mata mereka berdua pun saling beradu.

"Apa?" tanya Adel.

"Gue minta maaf" ucap seseorang itu.

"Buat apa?" tanya Adel masih menatap manik mata seseorang itu.

"Buat kejadian beberapa hari yang lalu dikantin" jawab nya.

"Gak perlu minta maaf, gue bosen dengernya. Gue muak!" jawab Adel menekan disetiap katanya.

"T-tapi Del... "

"Percuma minta maaf tapi gak sadar sadar" potong Adel lalu pergi meninggalkan seseorang itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

Dari kejauhan seorang laki laki bertubuh tegap melihat semua kejadian tadi bahkan ia juga mendengar bagaimana respon Adel pada seseorang itu.

"Gadis yang manis" gumamnya.

Tidak lama itu bel masuk pun berbunyi sehingga membuat para siswa yang diluar langsung berbondong bondong memasuki kelasnya masing masing. Tapi, tidak dengan laki laki tadi, Akbar Gempita.

Kini ia sedang berada di rooftop yang ada disekolahan tersebut. Akbar memang bukan murid yang pandai bahkan Akbar juga bukan dari kalangan orang yang terpandang. Terdengar dengar langkah kaki yang semakin lama semakin dekat tapi Akbar tetap pada posisinya.

"Akbar"

Deg

Suara itu, sepertinya ia kenal. Dengan gerakan slowmo memutar kepalanya ke arah sumber suara tadi.

"Adel?"

Dengan perlahan Adel melangkah mendekati Akbar dan duduk disampingnya.

"Ngapain?" tanyanya to the point.

"Gabut" jawab Adel dengan santai.

"Jangan bilang lo ngikutin gue?" tebak Akbar. Tanpa ragu Adel mengangguk.

"Lo suka sama gue?" tanya Akbar membuat Adel melotot.

Bugh

"Sakit g*blok" rintih Akbar sambil mengusap lengan nya.

"Hilap" ucap Adel dengan watadosnya.

"Gila lo ya jadi cewek" ucap Akbar sewot.

"Jadi temen gue ya Bar, gue kesepian" ucap Adel menghadap ke arah Akbar.

"Lah lo ngapa tiba tiba ngajakin gue temenan"

"Gue kesepian, gue gabut, gue capek" jawab Adel beralih menatap pandangan kedepan.

Akbar hanya terdiam sambil menunggu ucapan apa lagi yang akan Adel sampaikan.

"....Nyokap sama bokap gue udah gak ada, cowok gue juga udah gak peduli. Gue bener bener kesepian, gue juga gak punya temen disini" jelas Adel.

Akbar yang mendengar nya pun ikut prihatin, ia pikir Adel adalah gadis yang disenangi banyak orang tapi ternyata salah. Adel tidak seberuntung itu.

"Lo mau ya? Gak lama kok, sampai gue pulih lagi" lanjutnya.

"Gak usah ngomong gitu, gue siap kapan pun lo butuh gue" jawab Akbar yakin dan menatap manik mata Adel.

"Jangan sedih lagi, nanti gak cantik lagi" ujar Akbar membuat Adel salah tingkah.

"Gue duluan" pamit Adel buru buru pergi dari tempat itu.

Kini Adel sudah berada dikantin, ia bolos pelajaran pertama dan kedua. Adel memesan makanan serta minuman kesukaan nya, dengan santai Adel kini beralih membuka ponselnya yang bergetar pertanda ada notif masuk.

Anggasta Mahendra

Dimana?

Gue mau ngomong, penting.

Gistara Adelia

Kantin.

Satu kata mungkin cukup untuk membalas pesan dari laki laki yang notabennya masih menjadi kekasihnya itu. Tidak lama itu, seseorang menghampiri Adel.

"Gue boleh duduk?" tanya nya.

Adel mengangguk.

"Ngomong" titah Adel.

"Gue mau pesen dulu" jawabnya.

"Terserah!" ketus Adel.

Beberapa menit kemudian pesanan yang dipesan datang. Adel masih belum mau melihat wajah seseorang yang ada dihadapannya ini. Adel merasa muak.

"Cepet ngomong, gue sibuk" sewot Adel.

"Kok gak ngomong pake aku-kamu lagi hm?" tanya nya.

"Bukan urusan lo!"

"Oke, Maaf"

"Jangan pernah ucapin kata itu lagi, gue muak!" suara Adel naik satu oktaf membuat murid yang dikantin menatap Adel.

"Maaf" ujarnya lagi.

"STOP ANGGASTA, GUE MUAK DENGER KATA MAAF DARI MULUT SAMPAH LO ITU! DAN SATU LAGI LO GAK PERLU DRAMA LAGI DIHADAPAN GUE KARENA GUE... NAJIS LIAT MUKA LO!" teriak Adel menggema dipenjuru kantin. Adel tidak peduli untuk saat ini ia menjadi tontonan para murid.

"Oh ya gue lupa satu lagi, gue mau putus, gue capek dan makasih kenangan serta luka yang lo kasih secara bersamaan" ujar Adel lalu pergi meninggalkan Anggasta.

"AARGHHHHHH SIALAN, ANJ*NG" teriaknya .

Setelah Anggasta pun pergi dan menuju ntah kemana kakinya akan membawa.










Part gabut, semoga kalian suka:)

GISTARANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ