-Happy For You

1.4K 121 23
                                    

Title : Happy For You
Rate : 15+ (TW : depressive thoughts, selfharm, suicide attempt)
Word count : 1172
Type : Oneshot
[Wednesday, Nov 10th, 2021 : 21.45 pm]
___________________________________________

Desember 2003

"Apa kau menyesal karena membiarkannya pergi?"

Pansy menoleh, menatap lelaki di sebelahnya. Otaknya memutar kembali semua memori indah yang akan ia jaga seumur hidup sebelum menggelengkan kepalanya pelan. Memori itu indah karena itu adalah versinya. Bukan versi lelaki yang kini harus direlakannya itu. Karena hanya satu orang yang dapat membuat lelaki itu bahagia. Dan itu bukan dirinya.

***

Oktober 2003

"Draco."

"Tidak sekarang Pans," jawab Draco tanpa mengangkat kepala dari tumpukan undangan di hadapannya.

"Dra-"

"Mana yang menurutmu lebih cantik? Biru atau putih?" potong Draco seraya mengangkat dua sampel undangan.

"Sepertinya Hermione akan lebih menyukai yang putih?" lanjutnya menjawab pertanyaannya sendiri.

"Drac-"

"Tidak sekarang Pans, aku benar-benar si-"

"Draco, ini tentang Granger!" potong Pansy kesal.

Draco akhirnya mendongak.

"Ya? Apakah dia menyulitkanmu dengan gaunnya?" tanya Draco seraya tertawa kecil.

Pansy menghela napas panjang.

"Tidak. Ia menyulitkanku dengan hal yang berbeda. St. Mungo. 'Kecelakaan kerja'."

"Atau setidaknya itu yang mereka katakan. Tapi aku yakin kita sama-sama tahu itu bukan kecelakaan, kan?"

Senyum di wajah Draco sirna.

***

Mereka bilang perang mengubah semua orang. Hermione setuju. Dihadapkan dengan perang besar di usia sekolah, Hermione merasa ia tidak akan pernah bisa melihat dunia dengan cara yang sama seperti dulu lagi. Segalanya terasa berbeda. Ia tidak mengerti kenapa dunia masih bisa berjalan sebagaimana mestinya. Kenapa dunia bisa terus berputar di saat ia merasa miliknya berhenti? Perang merenggut teman-temannya, memisahkannya dari orang tuanya. Hidupnya usai saat perang selesai.

Hermione menghela napas panjang. Matanya menatap sebuah benda di tangannya lama, mempertimbangkan langkah apa yang harus ia ambil selanjutnya.

Seandainya dulu Hogwarts tidak mengirimkannya sebuah surat.

Seandainya dulu ia menertawakan kekonyolan isi surat itu dan membuangnya jauh-jauh.

Seandainya dulu ia memaksa dirinya untuk bersikap rasional.

Seandainya dulu ia cukup pintar untuk mencari cara lain untuk menyelamatkan orang tua dan teman-temannya.

Seandainya ia berusaha lebih keras.

Terlalu banyak seandainya dan itu membuatnya lelah. Sangat lelah. Ia hanya ingin tidur. Namun, semua nyawa yang gagal diselamatkannya itu menolak berhenti menghantui mimpinya.

Dan ia benar-benar butuh tidur.

Maka Hermione menguatkan genggamannya. Dalam hati ia terus menghitung untuk menenangkan dirinya. Perlahan tapi pasti, ia mulai menyayat kulitnya. Dinginnya besi terasa seperti pelepasan baginya. Tetes-tetes darah merah saling berlomba untuk jatuh ke karpet di bawahnya. Bibirnya melengkung membentuk sebuah senyum kecil. Diarahkannya pisau itu ke bagian tubuhnya yang lain.

Le Scénario (Dramione Oneshots)Where stories live. Discover now