Matahari sudah mulai mengintip dari ujung bukit, maka ini artinya kegiatan para warga kota itu harus sudah dimulai.
Para Ibu mulai membersihkan rumah, menyiapkan sarapan dan membangunkan anak-anak mereka.
Para Ayah bersiap untuk pergi bekerja, menafkahi keluarga yang ia miliki.
Dan para anak, akan berangkat menuju sekolah, menempuh ilmu agar dapat menghargai kerja keras orangtuanya.
Pagi itu, tidak ada hujan salju, Walaupun timbunan salju bekas tadi malam masih cukup banyak di halaman depan rumah.
Para pekerja sosial mulai turun ke jalan untuk membersihkan timbunan salju dengan sukarela.
Knock. Knock. Knock.
Mata Bocah jangkung itu melirik ke arah pintu yang diketuk tersebut.
"Haru-ya, ayo bangun, ini sudah pagi. Kau harus sekolah." ujar Bibi Fei dari luar pintu.
Ini sudah pagi?
Ia mengerutkan keningnya, lalu melirik ke arah jendela, dan baru sadar bahwa ini sudah pagi.
Ternyata memang sudah pagi, cahaya matahari sedikit muncul.
Selama itukah ia terjaga?
"Baik, Bibi."
Setelah ia menjawabnya, langkah Bibi Fei mulai menjauh. Haruto beranjak bangun dari kasurnya, dan meregangkan tubuh jangkungnya.
Matanya terjaga semalaman karna begitu banyak hal bersesakan di dalam benaknya, berebutan minta dipikirkan oleh Haruto.
Karna muak, ia berakhir terjaga sampai pagi memberikan semua ruang kosong dibenaknya untuk berpikir.
Semacam tidak ingin melawan.
Bocah jangkung itu melangkah malas menuju kamar mandi, sembari membawa handuk.
Tidak, ia sama sekali tidak mengantuk.
Ia hanya lelah, dan tidak ingin bersekolah jika bisa. Haruto ingin beristirahat sehari saja, membiarkan pikirannya tenang.
Sekitar 15 menit, akhirnya tubuh jangkungnya sudah lengkap dibaluti seragam sekolah.
Matanya menatap cermin besar yang memantulkan refleksi tubuhnya, sembari ia memasang dasi.
Sudut bibirnya membekas dari tinjuan Ayahnya, sedikit berwarna ungu dan sakit bila diajak bicara.
"Haru-ya?"
Haruto menoleh dan mendapati Bibi Fei diambang pintu.
"Ada apa, Bibi?"
"Aku datang untuk mengantarkan ini." ucap wanita itu lalu melangkah masuk dengan nampan berisi segelas susu hangat dan sarapan.
Bibi Fei meletakkan sarapan itu di meja belajar Haruto, dan melirik kesekitar kamar berantakan milik Bocah itu.
"Haru-ya, rasanya baru kemarin aku membersihkan kamarmu." tegurnya.
"Maafkan aku, Bibi." balas Haruto diiringi tundukan.
YOU ARE READING
(𝙀𝙉𝘿) 𝗖𝗹𝗮𝗶𝗿 𝗗𝗲 𝗟𝘂𝗻𝗲 ft ℎ𝑎𝑟𝑢𝑘𝑦𝑢𝑤𝑜𝑜
Fanfiction𝑇𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝐼𝑏𝑙𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 𝐾𝑖𝑚 𝐽𝑢𝑛𝑘𝑦𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑡𝑖𝑛 𝑎𝑏𝑎𝑑𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑖 𝑛𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎. 𝑁𝑎𝑚𝑢𝑛 𝑎𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑠𝑒𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑡𝑎 𝑗𝑢𝑔𝑎 𝑗𝑎...