23# The Blood

874 117 20
                                    

Vacuum cleaner itu bergerak dengan lincah, menghisap debu yang ada di karpet ruang tengah.
Dengan susu ditangannya, Haruto terus menerus memperhatikan gerak-gerik Fei.

Wanita itu menjadi duakali lipat merasa tidak nyaman. Tidak hanya sekali ini saja, bahkan selama beberapa hari ini.
Mina terus menerus diperhatikan oleh Haruto.

Saat memasak, saat membersihkan rumah bahkan saat bersantai pun, Haruto masih mengawasinya. Semenjak kesembuhan tiba-tibanya itu, Fei rasa keponakannya tersebut mulai bertingkah sedikit aneh.

"Haruto, ada apa denganmu? Akhir-akhir ini kau selalu menatapku dengan tatapan aneh." tanya Fei sembari masih terfokus membersihkan karpet itu.

"Aku? Aku tidak menatap Bibi."

"Haruto, aku tidak bodoh. Kau selalu menatapku dengan tatapan aneh!"

"Tatapan aneh seperti apa, Bibi?"

"Seperti kau mencurigaiku."

Bocah Jangkung itu meletakan buku yang ia baca diatas meja, lalu melepas kacamatanya. Well, dia memang mencurigai Fei dan bahkan sangat curiga.
Ia ingin mengawasi gerak-gerik wanita itu dengan perlahan, tapi caranya terlalu terlihat.

"Aku tidak mencurigai, Bibi. Aku sedang melamun dan kebetulan menatap Bibi." elaknya.

"Kenapa aku jadi ragu dengan alasanmu, huh?" sahut Fei.

"Percaya atau tidak, itu terserah, Bibi. Aku akan ke kamarku."

Haruto beranjak dari soffa itu, ia melangkah dengan cepat menaikki tangga menuju kamarnya. Sementara Fei hanya bisa menghela napasnya, berniat untuk melanjutkan pekerjaannya untuk membersihkan rumah.

Pintu kamar itu Haruto kunci, ia menghempas tubuhnya di ranjang.

Akhir-akhir ini, Bibi bertingkah lebih aneh darinya. Ia selalu terbangun tengah malam ditemani bergumam tak jelas, ia tak bisa berdekatan dengan kamar Ayah sedikitpun dan bahkan tidak pernah ikut perkumpulan wanita di Gereja lagi.
Ia pernah bertanya tentang hal itu kepada Fei tapi jawabannya sama.

"Aku hanya perlu beristirahat dari semua kegiatanku."

Hanya itu.

Saat ditanya kenapa ia terbangun saat malam hari, ia menjawab bahwa mimpi buruk menjadi penyebabnya. Haruto hanya belum menanyakan kenapa Bibi tidak bisa berdekatan dengan kamar Ayah.

Berbicara tentang Ayah, Kyoujirou sudah tidak pulang selama tiga hari penuh. Para pelayan Gereja dan kenalannya pun tidak tahu menahu dimana keberadaannya saat ini.
Bukan karna khawatir, Haruto takut Pria Tua itu melakukan hal yang bodoh.

Drrt. Drrt.

Getaran dari ponselnya cukup untuk mengejutkan Haruto, ia meraihnya dari nakas.
Sebuah panggilan dari Junkyu tertera di layar ponselnya, dengan sigap Haruto mengangkatnya.

"Uh, halo?"

"Kau sibuk, Shibaruru?" sambar Junkyu.

"T..Tidak. Ada apa, Junkyu?"

"Bisa bertemu denganku, sekarang?"

"Sekarang? Memangnya ada apa?"

"Jangan banyak bertanya. Temui aku di Bar milik Jake." titahnya dengan cepat.

"Tunggu, kau sedang di Bar bersama Jakeㅡ"

Krek.

Sambungan itu diputus sepihak oleh Junkyu. Ia heran kenapa bisa jatuh cinta dengan orang sedingin Junkyu, walaupun terkadang dia memang manis.
Haruto segera meraih jaketnya dan memasang sepatu tebal untuk keluar.

(𝙀𝙉𝘿) 𝗖𝗹𝗮𝗶𝗿 𝗗𝗲 𝗟𝘂𝗻𝗲 ft ℎ𝑎𝑟𝑢𝑘𝑦𝑢𝑤𝑜𝑜Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ