11# Believer

1.2K 188 55
                                    

"Amen."

Haruto membuka matanya, setelah mengucapkan doa dibenaknya. Ia membatasi bagian kitab yang barusan ia baca, lalu ditutup dan ia letakkan di nakas.
Kacamata yang ia kenakan pun ia lepas, bersiap untuk tidur.

Semenjak kematian Jihoon, ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk berdoa dan membaca kitab.
Semacam mengirimkan pesan terbaiknya untuk Jihoon yang di surga, melalui doa.

Ia memijit pelipisnya sesaat, membiarkan jarinya menenangkan benaknya yang langsung ricuh saat dijauhkan dari kitab tersebut.

"Sial. Kepalaku sakit lagi." gumam Haruto.

Beberapa hari ini, Haruto sering terkena sakit kepala yang mendadak. Entah saat sedang belajar, bahkan saat sedang tidur dan membuatnya terpaksa bangun pun bisa.
Ia tidak mengerti darimana asalnya sakit kepala itu.

Bocah jangkung tersebut memutuskan untuk turun dari ranjangnya, ia berniat mencari pil sakit kepala atau apapun yang dapat menghilangkan sakitnya.

Jika bisa obat bius, maka obat bius yang akan ia telan.

Langkah beratnya beranjak keluar dari kamar tanpa suara, ini sudah pukul 12 malam, semuanya pasti sudah tidur.

Atau belum...?

Kakinya tanpa suara menapak lantai dua rumah tua itu, diliriknya kamar Bibi Fei.
Masih tertutup rapat dan sunyi, berarti sedang tidur nyenyak.

Haruto kembali melanjutkan perjalannya menuju lantai satu. Namun, langkahnya terhenti di anak tangga paling tengah.
Matanya mengintip dari celah pagar tangga tersebut.

"Iya, aku mengerti, Tuan Park. Terima kasih sudah bermurah hati kepada kami."

Itu Kyoujirou, Ayahnya.

Pria tua itu duduk menghadap perapian sembari menelpon seseorang. Karna mendengar nama depan Jeongwoo disebutkan, Haruto memilih untuk menguping pembicaraan tersebut, siapa tahu ia bisa mendengar sedikit kabar tentang Junkyu.

Junkyu..?

Bocah bermanik hazel itu kembali tak masuk sekolah setelah meninggalnya Jihoon. Surat istirahat dilayangkan kepada pihak sekolah untuk memberikan ijin kepadanya.

Tentunya, sekolah menerima. Karna lagipula, setengah dana pembangunan gedung sekolah berasal dari Jeongwoo.

Jika boleh jujur, maka Haruto akan mengakui bahwa ia merindukan Junkyu dan mengkhawatirkannya. Kejadian itu sepertinya membuat Junkyu sangat terpukul.

Tapi, ia tahu jika mengakui hal tersebut tidak akan merubah apapun, malah memperburuk.

"Iya, Tuan Park, aku sangat terkejut saat mendengar berita itu dari sekolah Junkyu, dan lebih terkejut lagi saat tahu bahwa itu teman dekatnya."

Cih.

Kyoujirou memang selalu berpura-pura, padahal dia sama sekali tidak perduli tentang hal tersebut ketika Bibi Fei bercerita kepadanya, dan sekarang ia bilang terkejut..?

"Apakah Junkyu baik-baik saja? Dia masih shock?"

Mendengar nama Junkyu ditanyakan, telinga Haruto berdiri.

"Benarkah? Oh, aku sangat kasihan padanya, pasti berat. Haruto juga beberapa hari ini terlihat lesu." dustanya.

Pria tua itu lagi-lagi menjual namanya.

Oh, for god sake, ia dan Ayahnya sudah saling menghindar dan tak pernah bertemu lagi walaupun berada dalam satu atap semenjak kejadian itu.

Sarapan, makan siang, dan makan malam dilakukan di tempat yang berbeda.
Saat pergi sekolah pun, Haruto lebih memilih untuk menunggu Ayahnya pergi lebih dahulu dan terlambat daripada bertemu dengannya.

(𝙀𝙉𝘿) 𝗖𝗹𝗮𝗶𝗿 𝗗𝗲 𝗟𝘂𝗻𝗲 ft ℎ𝑎𝑟𝑢𝑘𝑦𝑢𝑤𝑜𝑜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang