8. Pengkhianat

1.4K 142 20
                                    

"Clara kamu mau kemana nak?" tanya Rahman ketika melihat anaknya menuruni tangga.

Clara sama sekali tak memberi respon.

Gadis itu masih marah.

Bagaimana tidak? Papahnya menamparnya karena wanita gila seperti Mira.

BRAK!

Clara sengaja menutup pintu dengan kencang. Ia sama sekali tak ingin melihat wajah Rahman.

Gadis itu memutuskan untuk jalan kaki hingga sampai di halte dekat simpang rumahnya.

"Mau kemana?"

Bukan main terkejutnya Clara ketika mendapati Anta kini tengah berada di depannya.

Menggunakan CBR berwarna hitam yang hanya pernah dinaiki oleh Clara di kursi belakangnya. Anta tak akan pernah mengizinkan siapapun untuk menaiki motor itu berdua dengannya kecuali gadisnya sendiri.

Pertanyaan Anta tadi hanya seperti angin berlalu bagi Clara.

Ia tak menjawabnya. Melainkan langsung memeluk cowok itu dari samping.

"Peluk dari belakang aja!"

Senyum Clara merekah dibuatnya.

Gadis itupun naik dan Anta kembali menyalakan mesin motornya.

"Mau kemana?"

"Kemana aja asal sama kamu."

"Maaf."

"Kenapa?"

"Aku udah ninggalin kamu sendirian."

"Jangan pernah tinggalin aku lagi ya kak. Aku takut."

Anta mengusap tangan Clara yang memeluk pinggangnya dengan erat.

"Aku bakal pertahankan hubungan kita. Walau orang tua kita tetap menikah."

"Tapi kak–"

"Kita duluan yang jalin hubungan Ra, bukan mereka. Mereka yang seharusnya ngalah."

Clara senang mendengar ucapan Anta. Tapi disisi lain ia juga sedih.

Itu adalah pilihan yang sangat sulit, bukan?

"Tiga hari lagi mereka nikah. Aku bakalan ngasih mereka pilihan untuk lanjut atau berhenti."

"Kalau mereka milih untuk tetap lanjut. Aku bakalan bawa kamu keluar dari rumah itu. Kita hidup berdua!"

"Aku bakalan nikahin kamu!"

"Tapi kita masih sekolah kak."

"Aku gak bakal macem-macemin kamu sebelum kamu lulus Ra. Kalo mau macem-macem juga gakpapa kan? Kan udah halal."

"Kaaaak!"

Anta terkekeh pelan.

Sudah lama ia tak menggoda pacarnya itu.

~Kalopsia~


"Kan aku sudah bilang. Pernikahan kita ini di gedung saja. Jangan di rumah! Rumah aku ini kecil."

"Sayang pernikahan inikan untuk kita berdua. Jadi kenapa harus memikirkan omongan orang lain? Biarkan saja mereka mengatakan yang tidak-tidak. Yang pentingkan besok kita berdua sudah resmi menjadi suami istri."

Sebentar lagi mungkin telinga Clara akan mengeluarkan asap.

Jijik mendengarkan Mira memanggil papahnya dengan sebutan sayang. Wanita gila itu sangat pandai bersandiwara.

KalopsiaWhere stories live. Discover now