22. Waras

1.5K 184 48
                                    

makasii ya buat yg uda komen dipart sebelumnya dan yg hari ini udaa bikin byk notif di hp aku.

seneng bgtt tauu😾❤️

notif kalian yg bikin aku update hari ini

~Kalopsia~

Clara mendengus kesal.

Sudah lebih dari 3 kali Anta bulak balik di depannya. Menghalangi cahaya matahari yang masuk dari sela-sela ventilasi dan juga pintu rumahnya yang ia buka dengan lebar.

Gadis itu merasa terganggu karena sedang membuat pesanan buket bunga pelanggannya. Ia memutuskan untuk pergi ke rumah bang Ipul.

Duda satu itu sudah membuka warungnya hari ini. Istirahat sehari saja sudah cukup, katanya.

Ada Iwan dan Ipal disana. Mereka membolos pada saat jam istirahat. Seakan tak sadar diri bahwa sebentar lagi sudah akan lulus SMA.

"Ehh neng Clara," sapa bang Ipul. Masih sibuk dengan kerjaannya di dalam warung itu.

Clara membalasnya dengan anggukan dan senyuman.

Ia mendekati Iwan yang tengah makan mie rebus.

Biasalah!

Kalau tidak mie rebus. Ya pasti telur dadar. Karena itu ia sering bisulan.

"Kak!" panggil Clara sedikit berbisik.

"Mau nanya boleh?"

Iwan mengangguk sambil menyeruput kuah mie rebusnya. "Apa sih yang gak buat Clara tersayang."

"Kak Anta gak sekolah lagi ya?"

"Dia sengaja gak masuk sekolah."

Iwan membenarkan posisi duduknya sedikit mengarah ke Clara.

"Kalo tu bocah masuk sekolah. Sama aja kayak dia tinggal di rumah bang Ipul. Orang suruhan maminya pasti bakal buntutin dia."

Entah kenapa tiba-tiba saja Clara mengingat kejadian ketika ia sembunyi-sembunyi datang ke rumah Anta.

Tepat dimana Anta berkelahi dengan maminya.

Tampak begitu jelas bahwa wanita itu sama sekali tidak mempedulikan anaknya. Bahkan pada saat itu Mira–mami Anta secara terang-terangan mengatakannya.

"Tapi kak, gak mungkin maminya kak Anta–emm."

Iwan menyuap mulut Clara dengan sesendok mie rebus miliknya. Karena Anta tiba-tiba saja muncul.

"Rasain Cla mie rebus buatan gue sendiri," lirihnya.

Kali ini ia benar-benar memasak mie rebus itu sendiri.

Katanya ingin mengurangi jumlah hutangnya di warung bang Ipul duda.

"Bang Ipul bilang kalo buat sendiri harganya cuma 3 ribu. Cuma bayar mie instan sama air rebusannya doang. Lumayan kan, gue bisa hemat 2 ribu."

"Hmm iya sih, enak. Kayaknya bentar lagi bang Ipul ada saingan nih," puji Clara.

Iwan mendorong pundak Ipal yang tengah duduk santai di sebelahnya. Lalu, menepuk-nepuk dadanya sendiri.

Ingin pamer karena sudah dipuji Clara.

Ipal hanya diam, tak banyak bicara. Sudah biasa dengan sikap gila sahabatnya itu. Karena ada yang lebih gila daripada Iwan.

Anta!

Kemarin membuang. Kini menumpang.

"Ngomong-ngomong lo udah punya nama buat anak lo?"

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang