28. Not The End

721 84 16
                                    

Nafta mengantarkan Clara dan Elzan pulang ke rumah. Setelah menjalani perawatan lebih kurang seminggu, bayi kecil itu diizinkan untuk pulang.

"Makasih ya, Na." Clara keluar dari kamarnya menghampiri Nafta di ruang tamu.

"Sama-sama," jawab Nafta sembari tersenyum membenarkan kacamata yang ia kenakan.

"El udah tidur?"

Clara mengangguk.

Gadis itu memperhatikan sekelilingnya. Rumah tampak rapi dan bersih, sepertinya Anta yang melakukan semua itu. Selama El dirawat di rumah sakit, lelaki itu tak pernah terlihat datang mengunjungi.

"Cla, ada sesuatu yang mau gue omongin ke lo." Tatapan mata Nafta tampak serius.

"Tentang lo dan El."

Clara mengalihkan pandangannya. Menunduk. Kemudian kembali melihat Nafta. "It's over, Na."

"Aku udah coba ngelakuin itu. Gak akan ada yang bisa nolongin aku, karna aku sendiri aja gak punya petunjuk."

Ruangan terasa hampa. Sangat melelahkan bagi Clara untuk kembali mengungkit permasalahan hidupnya itu.

"Gue tau kita gak punya cukup bukti buat ngungkapin kasus lo. Tapi gue udah ngumpulin bukti dari kasus lain buat ngehukum orang yang udah hancurin hidup lo."

Nafta mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam tasnya. Membuat Clara penasaran dan bergerak mendekatinya.

Cowo itu memberikan kertas tersebut kepada Clara, membiarkannya membaca sendiri. Disana terdapat sebuah foto pergelangan tangan seorang pria yang memiliki tato berbentuk elang.

Percis seperti lambang elang yang Clara lihat di lengan baju seorang pria yang ia duga pelaku atas pelecehan seksual yang dialaminya.

Clara memandang Nafta seolah ingin mendapatkan penjelasan dari cowo itu.

"Itu Black Eagle yang sempat kita bahas kemarin."

Clara kembali membuka lembaran demi lembaran sambil membacanya perlahan. Nafta pun ikut menjelaskannya secara singkat.

"Mereka punya perusahaan cangkang. Perusahaan yang didirikan dengan tujuan menutupi perusahaan inti. Karna perusahaan inti mereka adalah perusahaan ilegal."

Clara tersenyum melihat kegigihan lelaki di depannya itu. Jiwa seorang Jaksa sudah tampak dari dalam diri Nafta.

"Cla?"

Clara mengangguk pelan. "Makasih Na. Udah selalu bantuin aku."

Gadis itu tak lagi berharap banyak. Melihat El dapat tidur dengan nyenyak saja ia sudah sangat bersyukur. Ia tak lagi peduli dengan siapa yang sudah menghancurkan hidupnya.

~Kalopsia~

"Maapin bang Ipul ye neng Clara. Sejak El pulang dari rumah sakit, bang Ipul belum sempat datang kesini."

Duda satu itu sibuk di warung kopi miliknya. Rejekinya semakin mengalir deras semenjak Clara melahirkan.

Kedatangan El memberi keberkahan untuknya. Mungkin ini adalah balasan dari Tuhan untuk bang Ipul. Karena ia selalu membantu Clara.

"Alhamdulillah warung bang Ipul rame neng."

"Alhamdulillah, gapapa bang. Bang Ipul walaupun sibuk tetap masakin Clara makanan enak. Makasih ya bang."

Iwan dan Ipal lah yang selalu mengantarkan masakan bang Ipul kepada Clara. Kadang kala mereka juga membantu bang Ipul menggoreng bakwan.

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang