22. Please Comeback

17.2K 2.8K 78
                                    

Pertama- tama, Aluna harus berterimakasih. Kalau bukan karena Helios, dia mungkin sedang berada di bawah tanah dan di tanyai malaikat Nunkar dan Nankir. Kedua, dia harus mengembalikan saputangan dan kalung Helios, sebelum laki- laki itu pusing mencarinya. Tapi semua rencana baik itu harus Aluna tunda saat mendapati di perpustakaan hanya ada Gwyn yang menata buku dengan kategori tertentu.

"Dia tidak ada disini," kata Gwyn langsung saat melihat Aluna celingak- celinguk. Tanpa bertanyapun, Gwyn tahu apa tujuan Aluna.

Aluna seperti biasa, hanya bermodal senyumnya dan masuk lebih dalam lagi ke perpustakaan, "Dia ada dimana?" tanya Aluna tak sabar.

"Untuk beberapa hari kedepan, kamu akan kesulitan menemui dia." Gwyn menatap Aluna setelah merasa buku yang dia masukkan ke rak sudah rapi. "Temanku itu lebih sibuk daripada yang kau bayangkan." Lanjut Gwyn.

Aluna manggut- manggut, "Jadi, dimana aku bisa ketemu sama dia?" tanya Aluna lagi tidak mau menyerah.

"Kau tahu sendiri, kan? Dia suka muncul dimana- mana. Tapi saat kau mencarinya dia malah tidak ada dimana- mana."

Aluna sangat setuju. Saat dia di cari, tidak akan ketemu. Tapi saat ingin sendirian, seringkali Helios malah muncul di hadapannya. Sepertinya laki- laki itu suka memberi kejutan dan mempermainkan hidup orang lain.

Gwyn melirik Aluna yang menundukkan kepala dan memainkan kakinya. Gadis itu sedang bosan. Atau mungkin kesal.

"Tidak ada gunanya menunggu dia disini," ucap Gwyn seperti bisa membaca pikiran dan rencana Aluna.

Membuat gadis itu tersenyum bodoh seperti orang yang ketahuan berbohong.

"Jadi, aku harus menunggu dia dimana?"

Gwyn terkekeh kecil sebelum menjawab pertanyaan Aluna, "Ternyata kau gadis yang tidak gampang menyerah, ya." Entah itu pujian atau sindiran, Aluna juga tidak yakin.

"Tapi kali ini aku tidak bisa membantumu." Jujur Gwyn dan itu artinya, dia tidak akan mengatakan apa- apa lagi tentang Helios pada Aluna.

Aluna mengedarkan pandangannya ke seluruh perpustakaan. Tempat ini terasa sepi tanpa ada si penguasa sofa. Mata Aluna berhenti tepat di sofa itu, membayangkan Helios rebahan disana sambil menutup wajahnya dengan buku. Ah, apa sekarang dia merindukan sosok laki- laki yang suka mengancam itu.

Lalu di melirik Gwyn sejenak. Meskipun Gwyn teman dekatnya Helios, Aluna tidak mungkin menitipkan kalung dan saputangan itu pada Helios. Aluna ingin mengembalikannya sendiri tanpa perantara.

Lagi pula ada yang harus Aluna tanyakan langsung pada Helios, mengenai saputangan, terutama kalung. Kenapa dia berani menyimpan saputangan berwarna merah. Kenapa di dalam kalung itu ada nama Putra Mahkota. Apa jangan- jangan barang- barang itu bukan miliknya seutuhnya? Bisa saja Putra Mahkota meminjamkan saputangan dan kalungnya pada ksatria pedang. Begitu pikir Aluna.

"Apa Matahari dekat dengan Putra Mahkota?" tanya Aluna yang penasaran sebenarnya laki- laki yang menyebutkan nama sebagai Matahari itu jabatannya apa di istana?

Gwyn yang awalnya sedang mencari buku, tanganya tiba- tiba berhenti. Dia menelan ludah terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Aluna yang terasa sulit ini.

"Entahlah, coba tanya langsung ke orangnya." Jawab Gwyn. Tentu dia harus menjaga rahasia.

"Apa dia pengawal Putra Mahkota?" tanya Aluna masih penasaran.

Gwyn menatap Aluna cukup dalam, lalu kembali berbicara, "Tanyakan langsung ke orangnya."

Huft, jawaban yang sama lagi.

"Sepertinya kamu memang orang yang bisa di ajak jaga rahasia," puji Aluna, namun dari nada bicaranya dia kentara sekali merasa kesal.

"Aku pernah baca dalam buku The Eternity Eterio, katanya dilarang memakai pakaian warna merah. Apa itu berlaku juga untuk kalung mungkin?" tanya Aluna hati- hati, mungkin dengan cara begini dia bisa mengorek sesuatu.

Infinity Eclipse {Sudah Terbit}Where stories live. Discover now