32. Raja

14.9K 2.7K 34
                                    

Helios bersimpuh di pinggir ranjang Ayahnya. Di ranjang luas itu tertidur lelap pria paruh baya. Wajahnya terlihat tenang, nafasnya naik turun beraturan. Rambutnya sudah mulai ditumbuhi uban di beberapa bagian. Meskipun tubuhnya rebahan di atas ranjang, laki- laki itu tetap memakai pakaian merah lengkap dengan jubah di belakangnya. Pakaian itu sudah cukup membuktikan kalau dia memiliki kekuasaan yang besar di Eterio sekalipun matanya tidak terbuka.

"Ayah," lirih Helios.

Dia melihat wajah yang sekarang di hantui guratan keriput itu. Jika Raja dan Ratu bersanding di singgasana, tidak jarang orang- orang menebak berapa jarak usia mereka. Raja memang terlihat tua di samping Ratu yang awet muda. Padahal jarak usia mereka hanya 3 tahun. Beban negara Eteriolah yang membuat wajahnya lelah seperti ini.

Helios semakin mendekat, lalu menggenggam tangan Ayahnya.

"Ibu bertindak duluan." Ucapnya lirih.

"Apa yang harus aku lakukan, Ayah?" suara Helios bergetar.

"Kalau Ayah ada di posisiku, apa yang akan Ayah lakukan?" tanyanya sekali lagi.

"Jawab Ayaaahhh!!!" suara Helios memekik kuat.

Tapi tetap saja Ayahnya tidak bangun. Bahkan tangan yang ada di genggamannya tidak bergerak sedikitpun. Sudah seperti itu sejak tiga minggu yang lalu. Raja Aeternus yang bijaksana, hanya bisa berbaring tanpa membuka matanya.

🌜🌞🌛

Aluna masih bingung. Tentu saja. Apalagi sudah tiga hari dia tidak bertemu dengan Helios. Entah karena Putra Mahkota itu marah padanya, atau karena jadwal Aluna yang terlalu padat. Ayolah, seharusnya Aluna yang marah pada Helios. Kenapa laki- laki itu datang terlambat menjemputnya dan mengantarnya ke perbatasan Eterio.

Aluna mendesah kuat saat melihat bayangannya di cermin. Gaun coklat yang dia kenakan terlalu mewah untuk tubuhnya. Rambutnya yang biasa dia sisir sendiri juga selalu tampak rapi di pagi hari berkat pelayan yang selalu mendandaninya. Seperti bukan dirinya. Dan bukan ini yang dia inginkan.

Guratan lelah juga terpatri nyata di wajah Aluna. Belajar hukum, politik, dan etika kerajaan, sudah membuatnya ingin muntah. Tapi pengawasan Ratu yang seperti CCTV hidup, membuat Aluna harus bertahan.

Aluna sedikit membungkuk. Meregangkan tulang punggungnya yang beberapa hari ini di paksa duduk tegak. Kalau saja Ratu ada di kamar ini, mungkin dia akan di bentak habis- habisan.

Pintu pun terbuka. Baru saja 5 menit punggung itu rileks, Aluna harus berpura- pura tahan duduk tegak lagi. telebih lagi dia melihat wajah Ratu yang muncul dari balik pintu.

🌜🌞🌛

"Beri salam untuk Raja," suruh Ratu sambil mendorong pelan punggung Aluna untuk berjalan lebih dekat ke arah ranjang berbalut sprei merah itu.

Aluna langsung membungkuk sembilan puluh derajat, "Hormat saya Yang Mulia Raja."

Setelah dia mengangkat kepalanya, barulah Aluna sadar, ada yang tidak beres dengan Raja yang baru saja dia beri hormat itu. wajahnya persis sama dengan lukisan yang Aluna lihat. Hanya saja matanya tertutup, nafasnya beraturan, tanganngya di lipat di perut dan berpakaian lengkap khas seorang Raja.

Namun, seberapa keraspun suara, atau seberapa banyakpun orang yang berkumpul di kamar ini, Raja itu tetap tidur dalam damai.

"Hormat saya Yang Mulia Raja, saya membawa calon Ratu Eterio selanjutnya." Ratupun membungkuk sembilan puluh derajat ke arah Raja.

Jantung Aluna berdebar mendengar kata calon Ratu. Tiga hari ini dia sudah terbiasa mendengar kata calon Putri Mahkota. Itu saja sudah sangat berat, apalagi calon Ratu. Ini mustahil. Seorang Aluna, karyawan biasa di perusahaan yang hanya memiliki seorang Ibu biasa di kampung halamannya, bisa menjadi Ratu sebuah negara. Lagi- lagi Aluna berharap, Eterio hanya bagian dari mimpinya.

"Mungkin kamu belum tahu banyak tentang peraturan Eterio. Seorang Raja hanya bisa di gantikan ketika dia mangkat atau menyerahkan jabatannya pada pewaris takhta secara sadar."

"Pewaris takhta pun baru bisa di angkat menjadi seorang Raja setelah dia menikah."

Sedikit banyaknya Aluna tahu alasan pertunangannya hanya tinggal dua minggu lagi dengan Helios. Dan pernikahannya akan di laksanakan sekitar dua minggu pula dari jarak pertunangan. Terkesan tergesa- gesa, tapi ternyata ini alasannya. Mereka takut Raja Aeternus mangkat tiba- tiba dan Helios belum menikah.

"Jika terjadi kekosongan takhta, akan ada guncangan politik di kalangan bangsawan." Jelas Ratu.

"Sudah tiga minggu Raja seperti ini." jelas Ratu.

Raja tiba- tiba jatuh setelah makan siang, tepat tiga hari sebelum ulangtahun Putra Mahkota yang ke dua puluh lima kemaren. Dokter kerajaan mengatakan ada penyempitan pembuluh darah di otak Raja yang menyebabkan dia pingsan tiba- tiba dan tidak sadarkan diri sampai detik ini. kemungkinan sembuhnya sangat kecil, kalaupun Raja bangun, bagian tubuhnya akan lumpuh karena serangan stroke.

"Hanya aku, Putra Mahkota, Penasehat Kerajaan dan kamu yang tahu kondisi Raja."

Seperti dugaan Aluna, kondisi Raja di rahasiakan.

"Kalau kabar ini terdengar keluar, kau tahu, kan, siapa yang akan disalahkan?"

Aluna mengangguk paham. Ratu memang cerdik. Dia seperti mengancam Aluna. Dengan kata lain, Aluna tidak akan bisa keluar dari istana dengan mudah.

"Kenapa Yang Mulia Ratu memberitahu rahasia sebesar ini pada saya?"

"Cepat atau lambat, kamu akan menjadi bagian inti keluarga kerajaan."

Bagian keluarga inti. Sebentar lagi. sejujurnya Aluna ingin kabur. Tapi kalau itu dia lakukan, dia tidak lebih dari seorang pecundang atau pemberontak keputusan Ratu. Aluna terjebak.

"Mohon maaf sebelumnya Yang Mulia Ratu," Aluna sampai membungkuk memohon maaf atas kata- katanya selanjutnya. "Saya orang luar, saya tidak pantas mendampingi Yang Mulia Putra Mahkota."

Oke, ini senjata terakhir Aluna.

"Selama kamu gadis dalam ramalan itu, tidak apa- apa." Dan Ratu tidak mempermasalahkan latar belakang Aluna. Calon mertua yang terlalu percaya.

"Tapi, bagaimana kalau kejadian 100 tahun yang lalu terulang kembali?" entah mendapat keberanian dari mana, Aluna berhasil mengatakan itu dengan mudah.

Mata Ratu membelalak, mungkin Aluna dalam masalah besar. Tapi dia tidak mau menyerah.

"Raja Veldo dan Ratu Arunika," Aluna bahkan mempertegas nama dalam cerita kelam Eterio itu.

Ratu mendekati Aluna. Aluna sampai meremas tangannya karena takut. Kalaupun dia di maki, dia sudah ikhlas lahir batin. Karena dia tahu, tidak seharusnya cerita itu di ungkit- ungkit.

Tapi, Ratu malah memegang kedua bahu Aluna, lalu mengulas senyum, "sudah ku duga, kamu memang yang terbaik untuk calon Ratu Eterio."

Apa? Kenapa jadi begini?

🌜🌞🌛

03 Januari 2022

Infinity Eclipse {Sudah Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang