15

3.9K 374 9
                                    


Matanya terbuka namun yang terlihat hanyalah hitam,apa dia buta sekarang.

Rasanya sangat pengap membuat dirinya rasanya ingin muntah di tambah kepalanya pusing sekarang.

Srek

Jaeyun menggelengkan kepalanya mencoba menyesuaikan diri.

Mendongak menatap orang di depannya namun matanya masih belum dapat melihat jelas seseorang yang ada di hadapannya.

Hingga saat dirinya sudah dapat menjernihkan pandangannya dan melihat orang di depannya.

"Paman!!"












Dengan suasana ruangan yang agak menyeramkan itu,jaeyun sungguh di buat terkejut dengan sesosok di depannya ini.

"Apa kabar Shim"jaeyun dapat melihat pria tua itu menarik sebuah senyuman dengan arti lain pada saat ia mengucapkan marganya.

Jaeyun menunduk menghindari tatapan mata mengejek dari pria dihadapannya yang sayangnya adalah pamannya.

"Aku tak menyangka,kau sungguhan hamil anak pria bajingan itu"jaeyun mendongak dan menatap tajam tak terima dengan apa yang pria tua itu katakan.

"Kau tau,keluargamu sebenarnya sudah menjual mu kepadaku sebelum kau pergi ke Korea...."jaeyun terdiam antara tak mengerti dan penasaran dengan apa yang akan pria itu ucapkan.

".....aku berencana menjual mu sebelumnya tapi,lihat dirimu sekarang"jaeyun masih diam menatap pria itu dengan benci.

"Tapi tak apa......"

"Karena sekarang perusahaan keluarga ada di tanganmu.......



























..........dan aku menginginkannya!"

"Jadi.."

Pria itu mengkode anak buahnya dan sebuah dokumen peralihan kekuasaan kini ada di tangan pria itu.

"Aku butuh sidik jarimu untuk hal itu Jake Shim"

Pria itu berjalan mendekati jaeyun yang masih memproses apa yang dikatakan pria itu.

"Lepaskan ikatannya"Paman jaeyun atau kita panggil saja tuan Shim itu memerintahkan anak buahnya agar melepaskan ikatan pada tangan jaeyun.

Jaeyun baru saja akan berdiri dan mencoba kabur namun dengan cepat tuan Shim memegang tangannya dan mendudukkannya kembali dengan anak buahnya yang kini menahan pergerakannya.

"Jangan coba-coba kabur Jake"

Pria itu menarik tangan jaeyun dan mengambil sebuah silet dari kantongnya,lalu mengarahkannya pada jari telunjuk jaeyun.

Dengan cepat membuat goresan membuat jaeyun meringis di tengah-tengah acara memberontaknya.

Mengarahkan jari yang kini mulai mengeluarkan darah itu pada kertas tadi dan tersenyum senang saat sidik jari itu sudah tercetak jelas.

"Ikat dia"pria itu memberi perintah pada anak buahnya yang mana langsung kembali mengikat tubuh jaeyun pada kursi.

Pria itu mengayun-ayunkan kertas yang sangat berharga itu di depan wajah jaeyun,yang berdecak melihat aksi pria tua gila harta itu.

"Hahahaha,sekarang perusahaan itu milikku"pria itu terlihat sangat bahagia sampai berputar-putar seperti sedang berdansa dengan kertas itu.

Pria itu kemudian menyudahi kegiatan bodohnya itu dan kembali menatap jaeyun dengan wajah yang sangat menyebalkan di sertai senyum tengil yang sungguh sangat menyebalkan.

"Dan sekarang saatnya untuk pergi Jake"

"Kau ingin tau maksudku yang bilang tak apa tentang dirimu yang sekarang...."jaeyun hanya menunduk dan berdecak tak menatap pria itu.

"..... seseorang sudah membeli mu dan sekarang adalah waktunya untuk pergi"

"Apa yang kau katakan......bajingan!?"

"Hey jangan seperti itu,kasian baby mu sayang"pria itu menepuk pipinya beberapa kali sampai jaeyun mengalihkan pandangannya.

"Haha,cepat bawa dia!"

Jaeyun memberontak saat para pengawal itu melepaskan ikatan pada tubuhnya dan menariknya keluar.

"Tidak! Lepaskan Bajingan"

"Argh lepaskan, brengsek"

Sebelum keluar dari ruangan itu jaeyun berbalik menatap pamannya dengan kebencian yang sangat kentara.

"Aku membencimu paman!"

"Cih!"

























Menatap kertas dengan cetak jari dengan tinta berupa darah itu membuatnya sedikit merasa aneh.

"Aku tak menyangka akan seperti ini"

"Dan sepertinya kau juga tak menyangka kehadiranku tuan Shim!?"

Dor

Satu tembakan melayang mengenai pundak pria tua itu.

Tangannya dengan cepat mengambil kertas penting itu dan menyembunyikannya di belakang tubuhnya.

"Cih,aku tak menginginkan itu tuan serakah"

"Aku hanya ingin jaeyunku,oh atau yang kau kenal dengan Jake"

Park sunghoon pria itu kini berdiri dengan sebuah pistol yang baru saja mengeluarkan pelurunya untuk tuan Shim serakah itu.

Sedangkan tuan Shim kini terlihat panik mencari-cari keberadaan anak buahnya yang seperti hilang di telan bumi saat ini.

"Anak buahmu sudah habis tuan"

"Jadi,jangan bertele-tele dan beritahu aku dimana jaeyun sekarang!!"sunghoon berkata dengan nada dingin yang mana berhasil membuat bulu kuduk berdiri.

Bersamaan dengan itu sekitar empat orang masuk ke dalam ruangan dan berjejer di belakang sunghoon.

"Niki"pria dengan tinggi yang hampir sama dengan sunghoon maju lalu tanpa basa-basi memberi pukulan pada tuan shim.bukan cuma sekali tapi berkali-kali sampai sunghoon menyuruhnya berhenti.

"Ambil kertas itu"pria yang di panggil Niki mengambil kertas yang ada ditangan tuan Shim dan memberikannya pada sunghoon.

"Beritahu aku atau ku robek kertas ini"

"J-jangan..uhuk..uhuk"pria itu menjawab dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Aku menjualnya-

Satu tembakan kembali mendarat ke tubuh pria itu,kali ini pada perutnya.

"...uhuk di pelabuhan xxx di atas sebuah kapal pesiar,perjualan manusia"

Dan satu tembakan kembali sunghoon berikan pada pria itu,tepat di dada nya.

Mengambil kertas yang ada ditangan Niki dan merobeknya dengan emosi.

"Minta bantuan park ke-3"sunghoon berkata dan keempat orang itu mengangguk dan keluar terlebih dahulu dari ruangan itu.

Sedangkan sunghoon kini menatap pria tua yang tampak sedang sekarat itu.

"Sunghoon.. hah...aku titip Jake padamu.hah...dan terimakasih sudah membunuh keluarganya."

Sunghoon terdiam mendengar ucapan terakhir dari paman jaeyunnya itu.


















"Terimakasih kembali"
...

obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang