[15] - Loyalty

17.4K 2.7K 222
                                    

Tubuh kaku nya terasa sakit karena sudah tak bergerak selama 5 hari, dan sekarang, rasa sakit tersebut harus bertambah 2 kali lipat karena kegiatan muntah nya saat ini.

‘Kalau seperti ini, lebih baik aku pingsan saja sekarang…’ Pikir Keith dengan tatapan kosong.

Waktu santai nya ketika bermain monopoli bersama Eva tadi sekarang hanya terasa seperti khayalan semata.

“Huweekk.”

Keith mulai menangis, perut nya sudah kosong, dan ia tak bisa memuntahkan apapun.

…menyebalkan.

.

.

.

.

.

◌ ͙۪۪̥˚┊❛ [𝐂𝐚𝐙𝐚 𝐏𝐫𝐨𝐣𝐞𝐜𝐭] ❜┊˚ ͙۪۪̥◌

Come Back to Life as a Second Male Lead : [15] - Loyalty

Written by : QueenCacaa and kaielnn

Genre : Historical, Shounen-ai, Drama, Fantasy, Action, Romance, Comedy, and fluff

DO NOT LIKE? DON'T READ!

◌ ͙۪۪̥˚┊❛ [𝐂𝐚𝐙𝐚 𝐏𝐫𝐨𝐣𝐞𝐜𝐭] ❜┊˚ ͙۪۪̥◌

.

.

.

.

.

[Sebelum Keith sadarkan diri]

Haleth membuka kipas lipat milik nya, “Pergilah. Kau sama saja seperti yang lain nya.”

“Baiklah, saya akan pergi! Akan tetapi, perlu anda ketahui bahwa saya adalah penyihir dengan inti sihir vitalitas terbaik yang pernah ada. Saya tak bisa dibandingkan dengan penyihir rendahan lain yang telah anda pang—” Ucapan nya terpotong, keringat dingin mulai membasahi tubuh nya, disertai dengan rasa takut yang luar biasa ketika melihat tatapan beracun yang diberikan oleh Haleth.

“Astaga,” Haleth menutupi sebagian wajah nya menggunakan kipas lipat, sepasang violet nya mulai bersinar dengan kilatan yang berbahaya, “Kau tuli, ya? Sudah ku bilang pergi, brengsek.”

“T-tapi—”

“Aku tak ingin mendengar omong kosong bodoh dari orang tolol seperti mu.” Haleth menatap Keith yang tengah berbaring tak sadarkan diri di tempat tidur. “Kau penyihir yang di kirim oleh Yang Mulia Raja, bukan?”

“Benar Duchess, saya adalah penyihir jeniu—”

Wajah si penyihir terhempas ke samping, pipi kiri nya terlihat begitu merah dan terasa panas akibat tamparan kuat yang diberikan oleh Haleth, “Diam.”

Si penyihir pun mengangguk ketakutan dengan harapan tak membuat sang Duchess lebih marah lagi.

Suara hentakan dari sepatu yang dikenakan Haleth bergema ketika ia memutari si penyihir, “Hm… Yang Mulia berkata bahwa aku memiliki kendali penuh atas penyihir yang dia kirim kan. Karena beliau telah mengizinkanku melakukan apapun sesuka ku, jadi…” Haleth berhenti tepat di hadapan sang penyihir, Ia memegang dagu nya dengan lembut, wajah Haleth pun menjadi semakin cantik ketika ia menarik sudut bibir nya untuk membuat sebuah senyuman lebar, tak lupa juga dengan kedua mata nya yang menyipit indah, “Apa yang harus ku lakukan padamu ya…?”

Came Back to Life as a Second Male LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang