BAB 1

618 49 10
                                    


Cahaya matahari menyeruak menembus kaca berlapis tirai putih tipis kamar besar milik pasangan suami istri itu. Seperti biasa, Cha Young selalu bangun lebih awal dari Vincenzo. Setiap pagi Cha Young selalu disajikan pemandangan menakjubkan, sangat sayang kalau terlewatkan untuk dipandang barang sebentar saja. Memiringkan tubuhnya kemudian menopang dagunya, menatap laki-laki tampan yang berstatus suaminya itu penuh takjub. Bagaimana bisa ciptaan tuhan bisa seindah itu, pikirnya.

"Sayang, bangunlah." ujar Cha Young sambil menggesek-gesekkan hidungnya ke hidung Vincenzo.

"Emh, lima menit lagi Cha" Bukannya bangun Vincenzo malah menarik Cha Young ke pelukannya, menenggelamkan kepalanya ke ceruk leher Cha Young. Cha Young menghela nafas berat, setiap pagi selalu dengan alasan yang sama.

Dengan telaten Cha Young menyurai rambut Vincenzo dengan jari-jari cantiknya sambil sesekali tersenyum dengan tingkah manja Vincenzo. Cha Young tahu Vincenzo bersikap manja hanya kepadanya, jelas. Jika tidak hancur sudah reputasi Vincenzo, seorang Presdir NewC Hotel yang terkenal dengan sikap arogan juga ketus. Presdir Vincenzo Cassano ternyata seorang yang manja pada istrinya, aish membayangkannya saja malunya sudah terasa.

Drtt drtt

"Vin, ini sudah lebih 5 menit. Lihatlah, Luca berkali-kali menelfonmu. Kau tidak kasihan, Dia pasti mencarimu." Ujar Cha Young masih sabar.

"Biarkan saja." Jawab Vincenzo yang masih enggan melepas pelukan di pinggang Cha Young.

Cha Young menghela nafas berat. Tiba-tiba dia teringat pesan Fabio Cassano, ayah mertuanya kemarin.

"Vin!, bukankah hari ini Ha Jin akan pulang?." Berhasil, Sontak Vincenzo langsung mengangkat kepalanya menatap Cha Young.

"Astaga!, Cha aku lupa" Menatap Cha Young dengan tatapan terkejut juga sedikit takut.

"Cepatlah mandi makanya.."

Vincenzo langsung turun dari kasur, berlari ke kamar mandi. Terlalu semangat sampai hampir menabrak pintu. Cha Young yang melihat itu terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak habis pikir dengan tingkah Vincenzo.

Ha Jin, sepupu perempuan Vincenzo. Yang sudah dianggap anak sendiri oleh Fabio Cassano. Orang tua Ha Jin atau Kakak Kandung Fabio Cassano meninggal karena kecelakaan tunggal 13 tahun lalu. Ha Jin saat itu masih terlalu kecil untuk tinggal sendiri, Fabio dan Istrinya lah yang menggantikan sosok Ayah dan Ibu untuknya. Sekarang Ha Jin menetap di Swiss bersama keluarga kecilnya, Suami dan anak perempuan-nya.
Meski begitu tapi Vincenzo tetap memperhatikan Ha Jin, menyayanginya, mengasihinya. Seperti Kakak adik pada umumnya, meskipun Ha Jin sudah menikah. Itu pesan Fabio Cassano, Ayah Vincenzo.

Ha jin hari ini akan pulang ke Korea karena suaminya, akan mengurus proyek bisnisnya disana. Hanya 2 bulan, sepertinya. Pekerjaan suaminya disana akan sangat padat, dan tidak mungkin juga untuk menginap di hotel atau villa. Tidak tega jika harus membiarkan istri dan anaknya kesepian. Jadi Ha Jin memilih untuk tinggal sementara dirumah besar Cassano itu. Fabio dengan senang hati mempersilahkan Ha Jin untuk tinggal.

_ _ _ _ _

Bandara Internasional Incheon, 15.25

"Oppa!!.."

Vincenzo sangat hafal suara siapa itu. Vincenzo langsung memutar badan, dan benar saja itu Ha Jin bersama suami dan anaknya sedang melambaikan tangan dari kejauhan ke arahnya. Senyum merekah langsung tergambar di wajah tampannya, membalas lambaian tangan orang-orang terkasihnya.
Vincenzo berjalan diikuti Luca juga beberapa bodyguard nya menghampiri mereka.

"Annyeonghaseyo.." Suara cadel khas anak kecil umur 4 tahunan menyapa Vincenzo.

"Annyeong Sowoo-ya.." Vincenzo menunduk merentangkan tangannya untuk mengambil alih Sowoo dari gendongan ibunya. Dibalas rentangan tangan juga dari anak kecil itu. "Waah, lama tidak berjumpa kau semakin cantik saja, hm." Goda Vincenzo mencubit pipi gembul itu pelan, saking gemasnya.

"Annyeonghaseyo, hyung.." Ujar suami Ha Jin.

"Oeh, annyeong.. Kalian pasti menunggu lama."

"Tidak Hyung, kami baru saja membelikan Sowoo minuman coklat favoritnya tadi."

"Oh, kalau begitu ayo pulang, Ayah sudah menunggu kalian dirumah." Dijawab anggukan semangat dari mereka.

Mereka melangkah bersandingan dengan Sowoo tetap digendongan Vincenzo, dan Ha Jin yang memeluk lengan suaminya. Ah, mereka terlihat seperti keluarga ter-bahagia disana.
Tidak perlu disuruh, para bodyguard nya membawakan koper-koper yang jumlahnya tak sedikit itu. Iya, 2 bulan cukup lama bukan.

'Oppa, Onnie kenapa tidak ikut?'

'Oh Onnie mu sedang sedikit sibuk tadi.'

_ _ _ _ _

Baru saja membuka pintu mobil suara Sowoo sudah menggelegar di telinga Vincenzo, sebab anak itu digendongan-nya sejak tadi.

"Kakek!.." Suara cadel Sowoo melambaikan tangan semangat ke arah pria tua yang duduk dengan tongkat digenggamannya.

Vincenzo dan yang lain menghampiri mereka, Istri dan Ayahnya.

"Ooh cucuku sayang.." Fabio merentangkan tangannya untuk merangkul cucu tersayang nya. Senyumnya merekah begitu indah, membuat siapapun yang melihatnya pasti ikut tersenyum.

"Onnie.." Ha Jin menghambur ke pelukan Cha Young yang sejak tadi merentangkan tangannya. "Onnie, aku merindukanmu"

"Oeh, Onnie juga merindukanmu" Sambil mengelus punggung adik iparnya pelan. Senyum mereka tersirat akan kerindu an yang teramat dalam. Pelukan mereka melonggar.

"Bagaimana kabarmu?"

"Kabarku baik, Onnie"

"Noona.."

Pandangan Cha Young sekarang tertuju pada lelaki di belakang Ha Jin. Suami Ha Jin.

"Annyeonghaseyo.."

Cha Young tersenyum simpul. "Kemarilah.." Dengan senang hati suami Ha Jin menerima rentangan tangan Cha Young.

Vincenzo yang melihatnya pun ikut tersenyum haru, keluarganya terasa hangat dan penuh kasih sayang. Cha Young seperti menggantikan sosok Nyonya besar Cassano di keluarga itu. Kesabarannya, kelembutan tutur katanya, juga kasih sayang yang diberikannya. Semua itu ada pada dirinya. Vincenzo mengakui itu.

"Caah, kalian lebih baik istirahat dulu." Perintah Cha Young, dan dijawab anggukan dari mereka.

_ _ _ _ _

Malam harinya, mereka sedang berkumpul untuk makan malam. Terasa ramai, sebab di selangi dengan pembicaraan jenaka dari mereka. Sowoo yang berada dipangkuan kakeknya juga tampak menikmati makanan yang disuapkan oleh kakeknya.

"Sowoo-ya kemarilah, kakek akan kesulitan makan kalau kamu terus minta disuapi, hm?." Terdengar helaan nafas berat dari Ha Jin. Ini sudah kesekian kalinya Ha Jin membujuk Sowoo, tapi tetap gelengan yang didapatinya.

"Biarkan saja nak, uri Sowoo tampak lahap. Ayah juga senang melakukan. Cucuku sangat pintar.." Jawabnya sambil sesekali mencubit pelan pipi gembul itu.

"Kakek, Sowoo ingin itu.." Tunjuk Sowoo pada buah apel didekat Cha Young.

"Oh, Sowoo ingin buah?, Sebentar ya.."

Dengan hati hati Cha Young mengupasnya. Pandangan Vincenzo tak lepas dari Cha Young, tersenyum simpul. Perasaan iba tiba-tiba dirasakannya.

'kau memang sudah pantas Cha. Bersabarlah, tuhan tidak pernah tidur. Dia pasti sedang menyiapkan yang istimewa untukmu.'

Sudah hampir 6 tahun pernikahan mereka, tapi belum dikaruniai putra. Mereka sudah beberapa kali konsultasi ke Dokter Kang. Hasilnya memuaskan. Hasil tes juga menunjukkan tidak ada yang kurang dari Cha Young maupun Vincenzo. Mereka harus sama-sama jauh dari pekerjaan berat dan pikiran pikiran yang memicu otak untuk berfikir keras dan berakibat kelelahan atau sakit, terutama Cha Young. Itu pesan Dokter Kang.

Benar mereka sangat berusaha, tapi hasilnya tetap Tuhan yang menentukan bukan. Vincenzo percaya suatu saat usaha dan kesabaran mereka akan terbayar dengan hal-hal yang lebih istimewa.

Bersambung...
•••••

Beautiful Moments With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang