BAB 12

404 43 12
                                    

Bel pintu yang terus berbunyi itu sangat mengganggu tidurnya, sempat melirik jam diatas nakas pukul 02.00?. Bahkan jam segini sangat tidak wajar untuk ukuran bertamu.

Pria itu dengan setengah hati berjalan untuk membukanya. Pandangannya terpaku pada sosok yang tengah berdiri di depannya, raut wajahnya terlihat sangat bahagia.

Ah, dia tau apa penyebabnya. Seulas senyum penuh arti terpatri juga di bibirnya. Sepertinya perempuan itu-ralat wanitanya telah menyelesaikan misi pertamanya?.

"I did it." Ucapnya tersenyum senang, tapi sorot matanya jelas menunjukkan hal lain.

"Masuklah."

Si pria hanya berdiri bersedekap tangan dan terus memandang langkah lunglai wanita itu.

"Aah lelahnya." Wanita itu menjatuhkan tubuh rampingnya. "Apa kau akan tetap diam disitu?."

Pria itu ikut menjatuhkan tubuhnya disamping wanitanya. Bukan, diatas wanita itu tepatnya. Menatap tajam netra coklat yang ditindihnya.

"Akh kau berat Bri, menyingkir lah."

"Kau menikmati nya?." Sorot tajamnya tak menyurut.

"Bohong jika aku bilang tidak."

"Pamela!."

"Why?, Kau akan marah padaku, silahkan. Ingat, kau juga sering tidur dengan banyak wanita dan aku tidak masalah dengan itu."

"Itu karena-... Aaah Babe." Ucap Bri sambil menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Pamela. "Ini berbeda, you love him."

"Kau benar, tapi percayalah keinginanku untuk menghancurkannya lebih dari rasa cintaku padanya."

"Aku hanya khawatir kau berpaling."

Pamela terkekeh. "Kau bicara apa, itu tidak mungkin terjadi."

"Berhentilah merengek Bri, kau seperti anak kecil."

"Aku tidak akan begini jika bukan karena mu. Bukankah kau harus membayar ku untuk itu."

Pamela tersenyum. "What do you want?."

"You!."

"Apapun untukmu."

"Kau yang terbaik."

Tidak ada bayaran yang memuaskan selain bercinta dengan sang kekasih, termasuk uang sekalipun, mungkin.

"Bagaimana bisa kau mengelabuinya? Vincenzo bukan orang yang mudah untuk ditipu." Ucap Pamela bersandar di dada Bri, kekasihnya.

"Menyerang musuh saat dalam keadaan lemah sangat mudah bukan?, Aku menunggu nya berjam-jam untuk itu." Cibirnya.

"Lalu?."

"Aku mengambil nampan pelayan disana, dan bersikap seolah-olah menjadi bartender yang menawarkan minum. Untungnya dia seorang diri disana."

"Waw.."

"Apa Vincenzo buta, bahkan aku tak memakai seragam ataupun apron sama sekali. Stupid!."

Pamela tertawa lirih. "Kau memang tidak bisa diragukan Bri."

"Kau senang?."

"Tentu, satu persatu rencana ku akan berhasil. Kau akan membantu ku lagi bukan?."

"Tentu, dan ingat ini semua tidak gratis, Babe."

"Kau mulai perhitungan denganku?."

"Terserah apa kata mu."

Pamela terkekeh, Bri terlalu jujur dan Ia suka itu. Tiba-tiba tubuhnya terangkat untuk duduk, menindih perut sixpack itu. "Lagi?."

"Aku tidak akan puas jika hanya sekali, Babe."

Beautiful Moments With YouWhere stories live. Discover now