BAB 8

484 57 18
                                    

Flashback

"Aku mau kita putus." Wanita itu tetap kekeh dengan keinginan nya.

Sedangkan laki-laki didepannya ini malah menarik satu sudut bibirnya, sepertinya Dia tau cepat atau lambat ini akan terjadi. "Tiba-tiba? Kenapa? Alasannya?." Ujar nya masih mempertahankan raut sedihnya.

"Seminggu lagi aku akan ke London, aku akan melanjutkan S2 disana dan ayah memintaku mengurus cabang disana. Kurasa hubungan kita tidak bisa dilanjutkan."

"Kita masih bisa berkomunikasi kan. Kita hanya beda negara, kalau kau mau aku menyusulmu akan kulakukan."

"Kurasa aku tidak akan bisa. Menjalin hubungan jarak jauh tidak semudah yang kau pikirkan. Itu akan menyakiti satu sama lain, jadi maaf aku tidak bisa." Wanita itu beranjak, hampiri mengambil langkah untuk pergi.

Tuk

Sebuah amplop coklat besar dihempaskan di atas meja itu, raut wajah lelaki itu seketika berubah tajam. Yang tadinya menunjukkan raut kesedihan teramat dalam sekarang justru sebaliknya, sorot matanya seolah mampu menembus jantung musuh-musuhnya kemudian lenyap seketika.

"Pandai bersandiwara kau sekarang, Pamela." Geram Vincenzo penuh penekanan.

Pamela menatap Vincenzo bingung, apa maksudnya?. Pamela kembali duduk dan meraih amplop itu. Dibukanya perlahan, merogoh isinya. Dahinya berkerut saat mengeluarkan benda itu sedikit demi sedikit. Foto?.

Dibaliknya foto itu. Matanya membelalak terkejut, detak jantungnya pun berpacu tak karuan. Semakin dilihat foto-foto berikutnya tubuhnya semakin menegang. Di ambilnya benda berikutnya yang masih belum terjamah olehnya. Nafasnya tercekat sesaat. Tespeck?.

Beberapa foto dirinya bercumbu mesra dengan lelaki lain, dihotel, diruang kerjanya bahkan di dalam mobil milik Pamela. Dan bodohnya Tespeck itu tertinggal di wastafel hotel tempat mereka bercinta. Vincenzo jalas geram, dirinya merasa dikhianati.

Vincenzo sangat menikmati setiap ekspresi Pamela, dirinya berhasil menguak rahasia terpendamnya.

"Kau ingin putus kan?, Syukurlah. Kau mempermudahnya untukku." Ujarnya terlampau tenang, tapi jelas sedang menahan amarahnya.

"Vin, bagaimana bisa kau- mendapatkan ini?." Tanya Pamela, sekarang justru dia yang panik dengan Vincenzo.

"Tidak perlu aku jelaskan kau pasti tahu. Aku juga tahu kau ke London untuk menemui bedebah itu alih-alih menuruti perintah ayahmu."

"Tapi Vin-."

"Sudahlah aku sibuk hari ini, aku pergi." Sela Vincenzo mengambil langkah keluar dari ruang VIP restauran itu.

Dirinya terus melangkah menghiraukan teriakan Pamela yang terus memanggilnya.

Jujur Vincenzo kecewa, merasa sangat dikhianati. Mereka sudah menjalin hubungan cukup lama, bisa dikatakan harmonis hubungan mereka. Entah petir darimana yang seolah menyambar hubungan mereka sampai di ambang kegoyahan.

Keluarga Gustavo dan Keluarga Cassano, mereka menjalin kerjasama sudah cukup lama. Bahkan Robert dan Fabio sempat mengatakan kepada Vincenzo, bahwa ingin menjodohkan mereka dan Vincenzo menyetujui nya.

Bahkan cincin lamaran sudah disiapkan Vincenzo untuk melamar kekasihnya hari itu, tapi kabar buruk didapatkan nya sebelum Dia melamar sang kekasih. Membuatnya mengurungkan niat untuk itu. Vincenzo menahannya, masih mencoba memancing dan mencari kejujuran dari Pamela tapi pengalihan topik yang didapatinya.

Beautiful Moments With YouWhere stories live. Discover now