Prolog

2.6K 334 3
                                    

"Terlalu banyak resiko yang akan di sebabkan hanya karena kau tak bisa mengorbankan salah satu dari kami!!!"

Sang gadis yang telah bersama dengan sang pahlawan sejak pertama kali ia menginjakkan kaki nya keluar dari lingkungan desa Harris itu meneriakkan fakta yang tak bisa lagi disanggahnya. Choi Han menghela nafasnya kasar, netranya melirik sekumpulan musuh di depan sana dengan langit yang telah berhias warna jingga. Sang surya hampir tenggelam di ufuk barat sana.

Choi Han merasakan genggaman hangat mendarat di kedua pundaknya. Matanya yang sejak tadi tertutup setelah sang gadis berteriak terbuka dan langsung menatap lurus ke arah netra emas yang selalu ia dambakan itu. Angin semilir bertiup pelan, menggoyangkan surai keunguan sang gadis yang telah berhasil mencuri hatinya sejak pertama kali mereka bertemu.

"Jika mereka terlalu berharga untuk di korbankan, biarkan aku-

Mendengar kalimat sang gadis yang langsung ia ketahui mengarah kemana percakapan ini, Choi Han langsung saja berbalik mencengkeram kedua bahu mungilnya, berusaha mengutarakan apa yang kini ia rasakan. Ia tak mau lagi kehilangan orang tersayangnya lagi. Cukup desa Harris yang hancur. Tidak dengan lenyapnya sosok malaikat di hadapannya.

"Kumohon, jangan!!"

"Tak ada pilihan lain, Choi Han!"

Netra keemasan sang gadis terlihat bersinar karena semburat mentari menyorot lurus tepat di mata nya, walau begitu kesungguhan yang tersirat di mata nya tak bisa tertutupi. Choi Han yang melihat itu pun mau tak mau membenarkan semua perkataan gadis tersebut.

Tangannya perlahan meluruh, melepaskan sang gadis yang masih menatapnya dengan hangat. Tatapan itu yang pertama kali ia tanggapi. Choi Han yang pada dasarnya tak peduli dengan sekitarannya awalnya menolak rasa hangat yang menguar di dalam hatinya saat pertama kali mereka bertemu.

Kala itu, Choi Han menganggap gadis bersurai ungu itu hanyalah seorang Nona muda yang arogan dan manja. Mendapatkan apapun yang ia mau hanya dengan tatapan. Setelah suatu kejadian, ia menyingkirkan semua pendapat negatif tersebut. Dan pada akhirnya, Choi Han menyadari dan menerima bahwa gadis tersebut berhasil mencuri hatinya.

"Terima kasih atas semuanya, Choi Han"

Gadis dengan surai ungu yang menyerupai bunga lavender itu tersenyum melihat rekan perjalanannya selama ini. Netra emas nya terlihat bersinar bagai bintang yang selalu bersinar di atas sana. Walau hati nya menegaskan bahwa ia memerlukan sang gadis di sisinya, tapi logika nya mengatakan bahwa sudah resiko seorang pahlawan untuk kehilangan rekannya.

Dengan perlahan gadis tersebut memperkuat dan mengkokohkan mana sihir yang ia gunakan, bersedia menyambut serangan terakhir musuh di depan sana. Pria dengan surai hitam nya yang sangat jarang ditemukan di kerajaan Roan menatap sang gadis dengan sendu. Walaupun ia bisa menahan gadis itu, tapi resiko yang akan disebabkan terlalu besar untuk ditanggung.

Choi Han menundukkan kepalanya, menghormati rekan perjalanannya -yang ia harap bisa lebih dari sekadar rekan- untuk terakhir kalinya. Senyuman manis terukir di wajah gadis yang tengah berlumuran darah. Dirinya dengan perlahan namun pasti melangkah menuju kumpulan musuhnya, menyambut setiap serangan mereka dengan pedangnya langsung.

"Terima kasih untuk semuanya, Lucia"

***

".. Sepertinya itu ending yang paling bagus untuknya"

Seorang pemuda dengan buku novel di genggamannya menggumamkan pendapatnya untuk ending dari karakter yang menjadi salah satu inspirasinya. Tangannya bergerak menutup buku tersebut lalu bangkit dari duduknya.

Dirinya berjalan perlahan meratapi suasana ruangan yang kini ia tempati dengan secangkir kopi di tangannya. Pikirannya berkelana pada cerita yang baru saja ia selesaikan. The Birth of a Hero. Seorang Pemuda yang bertransmigrasi menjadi pahlawan. Disebuah kontinen dimana pahlawan lahir tak terhitung. Dan peristiwa menakjubkan lainnya.

"Aku penasaran.."

Mata sang pemuda kembali menatap novel yang baru ditaruhnya, berpikir dengan keras. Dia kembali mengambil novel itu dan membuka halaman yang selalu ia tandai agar bisa membacanya berulang kali tanpa harus mencari halamannya.

Kim Rok Soo terus membaca bagian itu lagi dan lagi. Perasaannya mengatakan ada sesuatu yang mengganjal dari bagian sang pemeran pendamping. Baca dan baca. Lagi dan lagi. Terus menerus, hingga rasa kantuk mengalahkan pikirannya yang menyuruhnya untuk terus membaca bagian tersebut.

/'+'~'+'\

Hellaw!~

Setelah menghadapi banyak pertimbangan CUMA buat prolog aja, akhirnya jadi juga (;'д`)ゞ

Sebentar,, Zea bakal jelasin dulu gimana cerita ini kedepannya;

JADIII, persis sama kayak desc cerita, Zea bakal nambah OC yang notabene nya FL dari novel original. Dan yah, beberapa karakter emang sengaja Zea buat OOC karena... pengen aja ¯\_(ツ)_/¯

Mohon dimaapkan kalo misalnya kalian lebih suka karakter original mereka. But don't worry, karena OOC mereka ga banyak banyak kok, palingan cuma di part part fluff gitu aja~

BTW, Zea ngikutnya dari Manhwa yah. Soalnya kalo baca novel, buku buku Zea yang mulai berdebu di laci ga bakal kebaca, hikd- POKOKNYA BASED ON MANHWA

Kalo misalkan ada alur yang kelewat atau salah gitu, mohon bimbingannya <(_ _)>

Emm, btw.. boleh ga si kalo Zea minta kalian kayak Vote gitu? Karena Zea benar benar butuh semangat di cerita ini 🙇🏻‍♀️

Dah gitu aja, Zea usahain biar lancar ni buku yah. Bye bye~

|| The Female Lead and The Trash ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang