Chapter 1

2K 322 14
                                    

     "Selamat Pagi, Cale!!"

Suara melengking yang terdengar amat ceria itu terdengar sepanjang koridor Mansion Henituse. Seorang gadis dengan surai ungu lembutnya berlari menghampiri teman seperjahilannya yang masih berkencan dengan kasur dan bantal kesayangannya. Netra emas yang menjadi daya tarik sang gadis terlihat amat bersinar menunggu sang sahabat terbangun dari tidurnya.

"Selamat pagi, Nona muda Harvest"

Bukan suara sang sahabat yang kembali menyapanya, melainkan kepala pelayan dari kediaman Henituse yang tak pernah melepas senyuman 'manis' nya. Ron dengan secangkir teh di tangannya juga dilengkapi senyuman khas nya menyapa sang gadis bergelar nona muda itu dengan hangat.

"Ah, pagi juga untukmu Ron. Apa Cale sudah bangun?"

Sebagai jawaban, Ron menggeleng lalu meminta izin mendahului sang gadis untuk membangunkan tuan muda anjingnya. Sang gadis yang tak tahu ingin berbuat apa memilih untuk mengikuti Ron di belakangnya, ide untuk mengejutkan Cale kembali memenuhi benaknya.

Ron yang tahu apa yang sedang dipikirkan Nona muda kucingnya itu hanya bisa menghela nafas tanpa melepas senyuman khas itu. Kedua Tuan dan Nona mudanya memang tumbuh bersama, bahkan ibu keduanya sudah seperti kakak dan adik. Tapi dalam waktu bersamaan, keduanya kehilangan Ibu mereka di usia dini.

Ayah sang Nona muda kucingnya memilih untuk menyusul sang kekasih dan meninggalkan Nona mudanya sendirian dengan tugas wilayah yang cukup berat, itu mengapa di saat saat kelam itu Count Henituse bersuka rela membantu keluarga Harvest. Dan kini usia keduanya telah menginjak umur dewasa, Count Henituse membiarkan Nona mudanya mengambil kembali hak dan kewajibannya.

Suara benturan antara benda kaca dan kayu terdengar sebelum Ron yang dengan semangat penuh berusaha membangunkan Tuan Muda nya yang amat sulit dibangunkan. Sementara Nona muda Harvest hanya bisa menahan tawa melihat keadaan sahabatnya yang terlihat berantakan sekali setelah semalaman minum minum.

"Oh! Jarang sekali Tuan Muda bangun dalam sekali panggilan"

Terlalu sibuk untuk menahan tawanya, Nona dengan gelar Marchioness Harvest yang tak ingin dipublikasikan itu mengerutkan dahi nya ketika mendengar pelayan tua itu berkata. Kepalanya segera menoleh ke arah Cale yang masih dalam 'wajah bantal'nya.

"Wow, sepertinya ada yang salah dengan minumanmu semalam, Cale. Ini suatu keajaiban dunia"

Mendengar tutur kalimat sang Gadis, Ron hanya bisa sedikit terkekeh hanya untuk menanggapi. Sementara itu, Pemuda yang masih dalam fase pengumpulan nyawa itu tercengang melihat keberadaan gadis bersurai ungu yang seiras dengan bunga Lavender berdiri dihadapannya, nyata.

"Cale!! Cepatlah bersiap siap!!"

Mendengar suara nya pun hanya bisa ia bayangkan dalam mimpinya. Pemuda yang kini berwujud seorang Cale Henituse hanya bisa membeku melihat senyuman hangat sang Gadis. Melihatnya secara langsung adalah salah satu dari daftar keinginannya yang harus terpenuhi sebelum mati.

Melihat keadaan sahabatnya yang masih saja tak menyahuti nya dengan ejekan rutinnya hanya bisa membuat sang gadis terheran dengan keadaannya. Sementara Ron membuka tirai agar sinar matahari masuk, Nona Harvest itu berusaha menyadarkan Cale dari lamunan pagi nya yang sepertinya terlalu banyak dosis.

"Haloo!! Bumi kepada Cale Henituse. Apa kau masih hangover ??"

Menyadari betapa dekat jarak wajah mereka, Cale dengan segera memundurkan wajahnya hingga kepalanya berbenturan dengan sandaran tempat tidurnya. Merasakan sakit yang terasa amat nyata membuat otaknya kembali berfikir. Ini semua bukanlah mimpinya di setiap malam. Ini benar benar nyata.

"Lu..cia?"

"Hey! Jangan bilang efeknya terlalu berat hingga kau lupa dengan ku?"

Dengan wajah cemberutnya yang terlihat amat imut dan lucu membuat semburat merah terlihat samar di kedua pipi Cale. Untuk menghindari kecanggungannya, Cale sedikit berdeham lalu bangkit dari tidurnya. Sementara Lucia menatapnya aneh, Cale meratapi wajah tampannya di cermin dan menilik setiap sudut wajah tampan dari sampah keluarga Count itu.

Senyuman kecil terlukis di wajah nya yang kini terlihat lebih tirus. Benak dan hatinya terus menerus memuji betapa tampan seorang Cale Henituse yang sekarang menjadi dirinya. Lalu salah satu adegan novel yang sebelumnya ia baca terlintas di benaknya, membuatnya seketika merinding.

Cale Henituse tak sengaja melempar botol kosong bekas alkohol ke arah sahabatnya, Lucia Hazard dihadapan seorang Choi Han yang kala itu jatuh cinta pada pandangan pertama pada Lucia. Dan setelahnya, Choi Han dengan sekuat tenaga memukuli Cale Henituse yang masih dalam keadaan mabuk.

Narasi itu terlintas dengan jelas di pikiran Cale membuatnya semakin merinding. Netra coklat kemerahannya melirik Lucia yang tengah berbaring di ranjangnya dengan tatapan rindu. Walaupun ia tak tahu bagaimana wujud sebenarnya Lucia kala itu, ia tetap jatuh ke dalam pesona seorang Lucia dengan hanya sekadar narasi tentangnya.

Lucia Harvest. Kehilangan kedua orangtuanya di usia dini. Keluarga Henituse mengambil alih hak asuh nya dan membuatnya teman bermain Cale. Walaupun setelah sifat sampah Cale mulai terlihat, Lucia tetap berteman dan bermain dengannya. Orang orang beranggapan bahwa Cale memakai hak asuh Lucia untuk membuatnya tetap berada di sisinya dengan terpaksa.

Ketika adegan dimana Cale dipukuli Choi Han, Lucia dengan air mata yang mengalir karena melihat sahabatnya dipukuli menghalang Choi Han hanya dengan tangan kosong, membuat Choi Han sedikit terheran. Setelah berbicara baik baik dengan Choi Han, Lucia mengajukan dirinya sendiri untuk ikut berkelana dengan Choi Han.

Walaupun ia tak tega meninggalkan sahabat kecilnya itu, tapi Lucia melihat keuntungan jika dirinya ikut dengan Choi Han. Rumor tentang Cale mengekangnya dengan hak asuhnya akan hilang, setidaknya itu akan meringankan beban Cale. Sepanjang perjalanan, Lucia tak pernah mengetahui bagaimana perasaan Choi Han terhadapnya, hingga akhir hidupnya.

Novel The Birth of a Hero memang berbasis pada jenis aksi, tapi sang penulis memilih untuk sedikit menyematkan adegan imut keduanya. Walaupun memang tak ada pemeran utama wanita pada novel tersebut, para penggemar memilih untuk memberikan gelar itu pada Lucia.

"Caleeee!!!! Cepatlah bersiap!! Aku tahu wajahmu itu tampan, tapi tolong cepatlah~"

Suara rengekan sang Gadis membawa kesadaran Cale kembali. Ia hanya bisa menghela nafas mendengar rengekan kekanak kanakan gadis itu. Walau begitu, Cale tetap bersyukur bisa berhadapan langsung dengan gadis fiksi yang telah berhasil mendapatkan perhatiannya.

"Baiklah. Tunggu sebentar"

/'+'~'+'\

...

Zea baru sadar kalo di chapter ini sama sekali ga ada time skip ._.

Karena biasanya kalo Zea nulis cerita seenggaknya pasti ada dua tempat yang di sebut disitu, tapi ini engaaa

Oke, abaikan. Kita fokus ke chapternya. Sejauh ini Zea enjoy enjoy aja nulis nya, dan kayaknya rasa minder Zea juga sedikit berkurang jadi bakalan lancar si update nya 👍🏻 Doakan saja~

Baidewei, makasi buat yang uda support book ini dan yang vote jugaaa, semoga kebaikan nya juga berbalik ke kalian <3

That's it for today, thank u once again for ur support, Bye bye ~

|| The Female Lead and The Trash ||Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu