Chapter 12

634 130 0
                                    


     Siang itu, kediaman Henituse terlihat lebih sibuk dari biasanya. Beberapa ksatria tengah berjaga di halaman depan kediaman, ditambah dengan sekumpulan ksatria yang akan mengiringi perjalanan sang Tuan Muda.

Beberapa pelayan berlalu lalang memindahkan barang bawaan majikan mereka. Satu dua berkomentar bahwa mereka tak pernah melihat kediaman Henituse sesibuk itu. Semuanya berjalan dengan lancar.

Pria yang merupakan pendatang baru di antara yang lain itu hanya bisa menatap sang Tuan Muda dari kejauhan. Pria bersurai merah itu kini tengah berbincang santai dengan gadis di sampingnya.

"Cale, bukankah ini terlalu.."

"Bukannya kau sendiri yang menyetujui usulan Ibu?"

Lucia hanya bisa tertawa getir. Memang dirinya lah yang menerima semua yang dilakukan oleh Bibi nya, tapi tak terbayang hingga sampai ke titik dimana satu pasukan ksatria diikut sertakan.

Pada intinya, Lucia menyesal menerima pemberian keluarga Henituse.

Terkadang jika di bibir mereka tersebut hal sederhana dan tak terlalu berlebihan, itu untuk standar mereka. Berbeda untuk orang luar.

Hahh.. benar benar keluarga Henituse.

"Jangan terlalu banyak berpikir. Masuklah"

"Baik baik.."

Melihat keduanya yang sepertinya telah usai dengan pembiacaraan mereka, Choi Han memutuskan untuk melangkah mendekat. Setidaknya, sebelum mereka benar benar berangkat, ia harus memperjelas apa yang menjadi tugasnya saat ini.

"Apa aku harus berada di kereta yang sama denganmu, Cale-nim?"

"Memangnya ada alasan khusus?"

Choi Han mengangguk paham dengan maksud sang Tuan Muda dan berlalu pergi. Cale menatap Pria itu dalam diam. Ada sesuatu yang berubah darinya. Tentu saja.

"..Dia terlihat lebih tenang dibandingkan saat dia datang kesini"

Lucia yang menyimak percakapan singkat keduanya menyeletuk. Kepalanya ia sandarkan di dinding kereta dan menatap sosok Choi Han yang menjauh. Pria itu.. Pria dengan potensi besar. Jika saja Paman Ron nya tidak memusuhi Pria malang itu.

"Jangan dilihat terus. Ayo kita berangkat!"

Dengan begitu, kereta kuda dengan lambang keluarga Henituse itu berangkat. Derap langkah kuda mereka terdengar menggema di udara. Cuaca cerah yang mendukung itu membuat suasana lebih menyenangkan.

Tawa Lucia terdengar ketika Cale menggerutu tentang iringannya itu. Tangannya tanpa henti mengelus bulu lembut milik Hong yang tidur di pangkuannya.

"Apa yang Lily minta untuk hadiah?"

"Darimana kau tahu?"

Cale menatap gadis cantik dihadapannya dengan heran. Sejak kapan dia tahu kalau dirinya berencana membawakan hadiah untuk adik adiknya?

"Lily terlihat lebih bahagia setelah berbicara denganmu"

Cale terdiam. Benar juga-

"Lagipula wajah mu itu mudah untuk aku baca, Cale"

Gerutuan kembali terdengar dari Cale yang tak bisa menyangkal kalimatnya. Yah, memang benar. Cale Henituse dengan Lucia Harvest. Bahkan sepertinya penduduk di ibu kota pun tahu pasangan bangsawan ini.

Yang satu nya sampah masyarakat yang gemar membuat onar, dan yang lainnya memegang gelar Marquess termuda. Benar benar kombinasi yang aneh.

Ketika Cale kembali memikirkan barang seperti apa yang harus ia berikan, kereta kuda berhenti mendadak. Penumpang yang hanya berisi mereka berdua dan dua ekor kucing itu tersentak kala seruan terdengar di luar.

"Kalian harus membayar jika ingin melewati jalan ini!!"

Bandit. Cale hanya bisa menghela nafas jengkel. Setidaknya dirinya sudah menduga kemunculan para bandit itu.

"Apa mereka tidak melihat simbol keluarga ini?"

"Mereka tidak melihatnya, nya!"

"Mereka bodoh"

"Sangat bodoh"

Penumpang kereta kuda itu hanya bisa menyumpah serapahi para bandit di luar sana. Lucia dalam diam melirik sekumpulan orang bodoh itu, menatap mereka tajam layaknya predator yang mengunci mangsa.

Jika saja Cale tidak ada disini, dirinya pasti telah mendapatkan kesempatan untuk pemanasan. Sementara itu, Cale kebali tersentak ketika Ron mendekati jendela kereta kuda. Senyum ramahnya itu tak pernah meninggalkan wajahnya.

"Tuan Muda, sepertinya kita bisa beristirahat di sini. Aku akan menangkap beberapa kelinci untuk santapan. Kebetulan, ada banyak kelinci di sekitar sini"

Tatapannya yang tak lepas dari Cale membuat sekujur tubuhnya merinding. Ia tak akan pernah terbiasa dengan kehadiran Ron yang terasa mengancam itu.

"Oh!! Kalau bisa bawakan padaku yang masih hidup, aku ingin memeliharanya!!"

Sementara untuk Lucia, pandangan Paman Ron nya itu sudah menjadi makanan sehari harinya. Dirinya sudah kebal dengan senyuman ramah itu. Cale hanya bisa berjengit ketika medengar permintaan Lucia yang tak masuk akal.

"Lucy, jangan aneh aneh. Kita bisa memilih kualitas yang lebih bagus di ibu kota nanti"

"Tapi aku mau kelinci.."

Entah Cale yang tak waras atau memang sekarang ini Lucia terlihat seperti kelinci yang tengah memelas?

Cale tak waras. Yakini itu.

Ron yang melihat keduanya hanya bisa tersenyum dan menutup tirai kereta perlahan. Biarkanlah keduanya melupakan apa yang terjadi diluar ini. Lagipula, sudah lama orang tua itu tak melakukan pemanasan ringan.

\/^.^\/

Kebanyakan bucin Dokja jadi melupakan tuan muda satu ini 🙏🏻

Zea lagi ga mood nge bacot jdi di baca aja yh-

terima kasih pada para reader budiman 🙇🏻‍♀️

|| The Female Lead and The Trash ||Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin