Chapter 4

1.1K 213 4
                                    

     "Beri aku beberapa roti"

"M-maaf?"

"Dari sini, hingga sini. Berikan aku semuanya"

Sang pemilik toko roti hanya bisa terpaku mendengar pesanan Cale yang sedikit lebih banyak. Awalnya ia kira sang Tuan Muda ingin berbuat onar di toko nya, berharap Cale segera pergi tanpa membuat dagangannya berantakan.

"Cale.. apa tidak terlalu banyak?"

Lucia yang juga terkejut mendengar seberapa banyak Cale memesan hanya bisa mengkhawatirkan minuman apa yang membuat sang pemuda bisa berubah hingga hampir keseluruhan itu.

Tangannya yang masih memegang lengan Cale sedikit mencengkeram lebih erat. Cale yang merasakan tekanan tersebut menatap sang gadis dengan lembut. Lucia tahu tatapan itu, tapi ia tak menyangka Cale akan menatapnya seperti itu .. di publik. Secara Cale adalah seseorang yang menyembunyikan perhatiannya dan tak mengumbarkannya ke publik.

"Bahkan aku khawatir jika roti nya kurang"

Mendengar kalimatnya membuat Lucia menatapnya terkejut. Roti yang kini Cale beli bisa menghasilkan satu karung sendiri yang bisa di bagikan pada seluruh pengemis di wilayah ini. Lucia berusaha menerka siapa yang akan menerima roti sebanyak itu?

Cale terkekeh melihat wajah kebingungan sang gadis. Ia sengaja menusuk perlahan dahi nya agar tak terlalu berkerut, mendapatkan dengusan jengkel sebagai hasilnya. Sementara itu, sang pemilik toko roti yang telah mempersiapkan satu karung berisi pesanan sang Tuan muda hanya bisa tersenyum kecil melihat interaksi keduanya.

Melihat sekarung roti di tangan sang pemilik toko, Cale melemparkan satu koin emas di meja lalu mengambil karung tersebut. Awalnya Lucia menawarkan untuk membawanya bersama, tapi sebagai pemuda yang baik, tak mungkin ia membiarkan tangan halus Lucia membawa beban seberat itu.

Mereka terus menerus berjalan ke arah tujuan yang di tetapkan Cale, sedangkan Lucia hanya bisa mengikuti. Semakin mereka berjalan, lingkungan kumuh mulai terlihat. Beberapa lampu minyak yang tergantung terlihat berkarat, debu debu beterbangan menghiasi udara yang lembab.

Singkat cerita, tibalah sepasang sahabat kecil itu di depan pintu gerbang kayu tua yang menyatu dengan tembok batu yang mengelilingi pohon tua. Lucia yang melihat pohon tua tersebut terheran. Entah sudah keberapa kali nya ia mengerutkan dahi lagi dan lagi. Jika ini terus berlangsung, wajahnya akan mengerut sebelum waktunya.

"Ini-

"Jangan!! Kau tidak boleh mendekati pohon itu!!"

"I-itu Pohon pemakan manusia!!"

Sebelum kalimat Lucia terlontarkan, terlihat sepasang anak kecil berdiri di luar gerbang pembatas. Penampilan mereka terlihat buruk sekali. Surai panjang yang terlihat tak terurus dan berantakan, pakaian yang sama sekali tak layak pakai, dan debu yang melapisi kulit mereka.

Melihat tubuh mereka yang terlihat sangat kurus dan sepertinya tak sesuai dengan umur mereka membuat Lucia menatap keduanya iba. Tanpa persetujuan Cale, Lucia mengambil dua potong roti dan berjalan ke arah keduanya.

Dua anak kecil dengan status adik-kakak itu sedikit tersentak kala melihat Lucia berjalan ke arah mereka. Bayangan para warga yang memukuli mereka karena kehadiran mereka yang mengganggu terlintas di benak keduanya.

"Makanlah ini"

Tanpa keduanya sangka, tangan lembut yang pucat itu mengelus kepala keduanya dengan lembut dan hangat. Sepasang adik-kakak itu hanya bisa menatap gadis di hadapan mereka dengan tatapan berbinar, terlebih lagi sang adik dengan surai merah yang menatap dua bungkus roti di genggamannya.

"T-tapi, itu pohon pemakan manusia.."

Sang kakak dengan surai perak nya berucap lirih melihat pemuda dengan gelar sampah itu tetap berada di dekat pohon tersebut, menatap mereka dengan tatapan datar. Lucia yang mendengar ucapan sang kakak hanya bisa tersenyum.

"Terima kasih sudah mengingatkan kami, tapi tolong abaikan kami. Nikmatilah roti itu selagi hangat"

Sekali lagi, Lucia melayangkan senyuman manis ke arah keduanya lalu kembali melangkah mendekati Cale nya yang setia menunggu gadisnya. Melihat Lucia yang telah menyelesaikan permasalahan mereka, Cale mengulurkan tangannya yang di sambut oleh Lucia. Lalu bersama sama mereka mencari lubang di sekitar pohon itu. Sebelumnya, Cale sempat menjelaskan tujuannya kemari.

"Cale, aku heran. Kau memiliki aku yang pada dasarnya menguasai sihir. Untuk apa kau butuh perisai ini?"

"Jika nanti Protagonis itu membawa mu, aku tak akan terlihat terlalu lemah"

Karena keduanya kini tengah berada di sisi pohon yang berbeda dan juga diameter pohon yang cukup lebar membuat Lucia tak bisa mendengar gumaman Cale. Sementara itu, Cale membayangkan Lucia yang akan mengikuti jejak sang Protagonis.

Jika nanti gadis itu telah pergi, lalu untuk apa kehidupannya di dunia ini? Mungkin satu satu nya pilihan adalah hidup sebagai pemalas kaya raya. Sebelum itu, Cale akan berusaha menyatukan sang Protagonis dengan rekan rekannya yang kini sedang 'bersinggah' di kediamannya.

Tapi pada detik kemudian, hati Cale berkata; Untuk apa membiarkan sang Protagonis membawa gadisnya yang jelas jelas ia bisa membuat sang gadis menetap. Untuk apa merelakannya jika ia bisa merengkuhnya dengan kuat?

"Cale!!"

Teriakan namanya yang berasal dari gadis kesayangannya membuat pikiran Cale seketika tersadar. Netra nya mencari dimana posisi Lucia sekarang, mendapatkan dirinya yang berada di sisi lain pohon yang tak jauh dari tempatnya mencari.

Cale langsung menyambar karung berisi roti dan mengambil salah satu nya, membuangnya ke arah lubang hitam yang sepertinya tak berujung. Lucia yang menatap roti yang dibuang Cale perlahan memudar kini memiliki binaran penasaran di netra emasnya.

"Cale!! Bagaimana bisa?? Apa pohon ini memliki sihir? Atau-

"Cukup. Kita diskusikan nanti"

/'~'+'~'\

WUAAAA Zea kembali ~

Padahal cuma beberapa hari tapi rasanya lama banget Zea ga up o(TヘTo)

Semoga chapter ini tidak mengecewakan para readers 🙇🏻‍♀️

Baidewei, uda pada masuk sekolah ya ?? ;-; Zea baru masuk besok tapi rasanya cepet banget. MASA CUMA 2 MINGGU DOANG SII

Ok, abaikan. Bertepatan dengan info besok Zea masuk sekolah. Mungkin bakalan jarang up, apalagi ini tahun terakhir Zea jadi- ... gitu

Buttt, Zea bakalan usaha buat up sesering mungkin kok. Okay. Makasii buat yang udah support Zea dan nge vote cerita ini. Semangat buat semuanyaaa -!!!

|| The Female Lead and The Trash ||Where stories live. Discover now