Chapter 7

1K 181 5
                                    

"Jadi.."

Tumpukan buku bisa didapati di setiap sudut ruangan tersebut, buku buku dengan berbagai jenis dan warna menghiasi setiap rak nya. Hans dengan sikap tubuh yang tegak berdiri dengan jarak beberapa langkah dari meja kerja Count Henituse, sedangkan Count sendiri tengah duduk di kursi nya.

Tatapannya terlihat amat serius ketika mendengar beberapa informasi dari sang pelayan yang ditugaskan untuk mengawasi anak sulungnya, Cale Henituse. Tangannya menyatu dan bertumpu pada meja kerja nya yang terlihat tertata rapih. Beberapa segel dan botol tinta menghiasi sudut sudut meja tersebut.

"... Dia membiarkan Lucia minum?!"

Mendengar informasi yang menjadi penutup laporan Hans hari ini membuat Count hampir terjatuh dari duduknya. Tatapannya terarah pada Hans yang tengah menunduk, menatapnya seakan informasi yang diucapkannya hanyalah candaan belaka.

Ketika Count Henituse sama sekali tak mendapatkan kalimat lanjutan dari sang pelayan, dirinya bersandar perlahan dan menghela nafas. Awalnya ia ingin bersyukur walau sedikit bingung akan perubahan Cale, tapi ketika mendengar sang gadis yang telah mendapatkan kembali hak, kewajiban, dan gelar Marquess nya di umur nya yang telah menginjak 18 tahun dibiarkan mabuk oleh anak sulungnya membuat pikirannya kembali kacau.

Deruth tahu walau Cale mabuk sekalipun, ia tak akan membiarkan Lucia menyentuh botol alkoholnya. Sang kepala keluarga Henituse tersebut hanya menganggap sikap tersebut sebagai hal dasar yang sudah melekat pada diri Cale, dalam keadaan apapun putra nya akan selalu melindungi gadis kecilnya.

"Haruskah saya mengawasinya?"

"Tidak perlu"

Hans mengangguk menerima perintah majikannya. Dirinya sedikit membungkuk ketika melihat Count Henituse telah kembali pada posisi biasanya. Sebelum benar benar pamit, Hans berniat kembali bertanya sebelum sang Count berkata;

"Awasi dan lindungi Lucia. Jangan biarkan sifat Cale berimbas padanya"

***

"Namamu Choi Han, kan?"

Hanya anggukan yang Lucia dapatkan. Tangan lentiknya dengan perlahan menuangkan teh ke cangkir nya. Walaupun kewaspadaannya terhadap Lucia sama sekali tak berkurang, tapi Choi Han mengakui keanggunan yang dimiliki gadis dihadapannya ini murni dari seorang bangsawan. Bukan kesan anggun yang arogan, tapi benar benar anggun dan elegan.

"Ku dengar kau membawa berita tentang kehancuran Desa Harris"

Mendengar nama Desa tersebut, benak Choi Han kembali memutar memori ketika Desa itu hancur. Api dengan cepat menyebar di Desa tersebut, membuat lautan api yang sangat besar. Asap membumbung tinggi di udara. Lalu jasad jasad keluarga yang telah bersedia mengurusnya saat pertama kali ia menginjakkan kaki keluar dari Hutan yang penuh dengan monster itu membuatnya kembali mengingat tujuannya.

Tangannya terkepal kuat, ia gagal. Choi Han gagal melindungi keluarga nya. Dan kini ia berniat membalaskan dendamnya kepada Organisasi yang membantai habis Desa nya. Tepat setelah ia membayar kembali kebaikan Cale padanya.

"Aku turut berduka"

"..Terima kasih"

Mendengar jawaban Choi Han yang terdengar ragu ragu itu membuat Lucia menghela nafasnya. Ia tahu sudut pandang Pria di hadapannya kini. Choi Han memandangnya sebagai seorang Nona Muda yang manja dan baik hati yang terlalu naif untuk dunia yang kejam ini.

Ditambah dengan perasaannya yang mengatakan bahwa kewaspadaan Choi Han meningkat ketika berada di sisinya itu membuat Lucia sedikit cemas. Entah apa yang membuat nya cemas, tapi Lucia tahu ia harus menyelesaikan masalah ini.

|| The Female Lead and The Trash ||जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें