Chapter 13

714 121 6
                                    


     Langit di atas sana mulai dipenuhi semburat jingga. Angin di sekitar juga terasa lebih dingin dari sebelumnya. Setelah permasalahan kecil mereka terselesaikan, rombongan itu memilih untuk bermalam di sana.

Sosok Cale terlihat menatap tajam hidangan dihadapannya. Wajahnya dengan jelas menampilkan ketidaksukaannya pada semangkuk sup didepannya.

"Berikan pada anak anak jika tidak mau di makan"

Kedua anak kembar yang berasal dari suku kucing itu mengeong dan menyentuh kakinya seakan menyetujui kalimat sang gadis. Sementara Lucia menikmati hidangannya, Cale masih terus mengeluh tentang hal ini.

Jelas sekali bukan Ron yang menangkap kelinci ini. Pandangannya teralihkan kepada Choi Han yang sedang menikmati makan malamnya tak jauh dari mereka. Walau wajahnya tidak menampilkan reaksi apapun, Cale tahu apa yang sedang ia pikirkan.

Kembali ke saat pertarungan terjadi.

Para bandit yang haus akan harta itu tentu saja menargetkan kereta kuda yang berkilau itu sebagai target utama. Ditambah dengan para ksatria yang lokasi nya lumayan jauh dari kereta kuda, membuat mereka tak lagi menyia-nyiakan kesempatan.

Sayangnya, Choi Han lah yang bertugas untuk menjaga kereta kuda.

Dengan pedang di tangannya, dan tatapan yang tak lagi berkabut membuatnya maju menghadapi sekelompok bandit itu dengan mudah. Bahkan wakil kapten -yang sempat merendahkan keberadaan Choi Han- terkejut melihat kemampuan yang dimilikinya.

"Ini hanya terasa seperti pemanasan, bukan pertarungan sungguhan"

Lucia yang mendengar hal itu hanya menatap Pria itu dengan penasaran. Seburuk apa isi dari Hutan Kegelapan? Mungkin jika ia punya waktu luang, hutan itu bisa menjadi tempat berlatihnya.

"Sepertinya Tuan muda tidak berselera, ya.."

Entah dari mana pria tua ini muncul, yang jelas jantung Cale hampir saja berhenti berdetak. Tolong jangan buat jantungnya berhenti dulu, dia belum mendapatkan kekuatan kuno yang dapat menyembuhkannya.

Suara Ron tentu saja terdengar cukup jelas hingga sampai di telinga Choi Han. Pria itu lantas menoleh, memperhatikan gerak gerik sang Tuan muda. Ia hampir saja melupakan sesuatu.

"Hans, tolong bawa mereka untuk makan"

"Baik, Nona!~"

Dengan senang hati pelayan muda itu menggiring para kucing kecil untuk makan. Tentu saja, dia sendiri telah menyiapkan makanan terbaik sebelum keberangkatan mereka. Lucia sedikit heran, sejak kapan Hans bisa terobsesi seperti ini?

Lupakan hal itu. Gadis dengan raut wajah yang terlampau tenang itu berbalik menghadap Ron yang setia berdiri di belakang sang Tuan muda.

"Tolong siapkan Steak seperti biasa, Ron. Cale tak berselera memakan sup"

"Baik, Nona"

Dengan sedikit bungkukan kepala, Ron pergi berlalu memenuhi tugasnya. Lucia kembali fokus pada mangkuk dengan isinya yang tinggal setengah. Sementara Cale menatapnya tak percaya.

Hei, kenapa gadis di sisinya ini bisa dengan mudah 'mengusir' Ron? Bahkan dirinya yang pada dasarnya majikan dari sang pelayan, butuh nyali yang besar untuk sekadar menolak tawaran teh Lemon nya.

"Apa? Kau mau sup ku?"

".. Tidak"

"Lalu apa? Kau tidak akan menatapku tanpa alasan-"

"Kau cantik hari ini"

Keheningan melanda. Kedua pihak terdiam, sama sama mencerna kalimat yang baru saja di lontarkan oleh Cale. Lucia yang menyadari kalimatnya lebih dulu memilih untuk melanjutkan makannya walau perlahan.

Tapi semua orang pasti tahu betapa malu nya ia saat ini. Lihat saja telinga nya yang memerah. Sementara Cale yang menjadi sumber kecanggungan ini terdiam. Sungguh demi dewa kematian yang bahkan belum ia temui, kalimat itu terlontar begitu saja tanpa Cale sadari.

Sepertinya mulutnya itu perlu di kunci dalam beberapa hal.

Sementara itu, para ksatria yang berada di sekitar hanya bisa menahan senyum ketika melihat Tuan muda mereka yang semakin frontal dalam mengekspresikan perasaannya.

Sungguh, cepat sekali waktu berlalu. Tanpa mereka sadari, Tuan muda mereka yang selalu berjodoh dengan keributan kini telah tumbuh menjadi lelaki sejati.

Terdengar aneh, tapi biarkanlah.

"Lucy-

"Diam sebelum aku membuatmu diam"

Lagi lagi kesalahpahaman terjadi. Para ksatria yang mendengar kalimat itu hanya bisa terbatuk untuk menyembunyikan senyuman mereka.

Ternyata majikan mereka sudah sampai ke tahap itu.

Sementara Choi Han yang berniat menghampiri keduanya kembali mengurungkan niatnya. Lihat saja! Siapa juga yang berani mengganggu kemesraan pasangan manis di sana. Mungkin ia akan menghampiri Pemuda dengan surai merah itu beberapa saat lagi.

"Lucy, aku sungguh-

"Diam!"

\/^.^\/

Let's see who stay 👀

(maapin Zea yang kelamaan ngilang 🙏🏻)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 19, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

|| The Female Lead and The Trash ||Where stories live. Discover now